Tusuk

112 14 6
                                    

"Daejin, apa tak sebaiknya kau pulang saja ke negaramu?, disini berbahaya untukmu" ucap Jaehwan dingin.

"aku..." ucapnya terhenti. "tak mungkin aku menyia-nyiakan apa yang sudah kuraih. Aku... Tak mungkin menyia-nyiakan kerja kerasku untuk datang kemari dan mencari ilmu. Aku tidak bisa.." jeda Daejin , "AKU JUGA TAK INGIN BERADA PADA SITUASI INI. AKU TAK INGIN IKUT CAMPUR DENGAN KALIAN!!" ucap Daejin agak marah.

"APA SALAHKU?.. AKU TAK PERNAH BERBUAT APAPUN!, KENAPA DIA MENYERANGKU?!!, SI BRENGSEK ITU!!" ucap Daejin dengan marah. "AKU TAKKAN PERNAH MEMAAFKANYA DAN AKU AKAN MEMBERINYA PELAJARAN!!" ucapnya lagi. Kini dimatanya hanya ada kebencian pada Taeyoung. Jaehwan yang melihat sisi Daejin yang seperti itu, ia memeluknya.

Daejin mengerutkan dahinya. "oppa cepatlah pulang! JUNG GO sedang dirumahmu SEKARANG!!"

Namun, Jaehwan tak bergeming.

"oppa sadarlah!!.. Dimana Jaehwan oppa?!, Eonni sedang dalam bahaya!" ucap Daejin sambil berteriak.

Jaehwan sedikit memegang kepalanya. Ia terlihat sangat bingung.

"OPPA CEPAT PULANG!!! JUNG GO SEDANG ADA DIRUMAH!!" ucap Daejin sekali lagi.

....

"KA..KAU!!, KENAPA KAU KEMARI?" suara Haejin sedikit berteriak. Karena Jung Go sedang berada dirumahnya.

"aku?, bukankah telah kuperingatkan padamu?" ucap Jung Go mendekat kearah Haejin.

Jung Go telah membawa belati kecil pada sakunya, ia memakai sarung tangan topi dan bajunya hitam. Haejin dan Jung Go mendengar suara tangisan bayi. Mata Haejin terbelalak saat Jung Go tak menghampirinya melainkan anaknya yang sedang menangis. Haejin cepat-cepat mendahului Jung Go.

"untuk apa kau kemari?!!, JIKA KAU MAU LUKAI SAJA AKU!! ASAL BEBASKAN ANAKKU!!" teriak Haejin

Jung Go menyeringai.

Minhyun sengaja mampir kerumah Jaehwan. Ketika ia baru sampai dipintu. Dia mendengar suara wanita sendang berteriak. Segera Minhyun masuk dalam rumah. Jung Go tersentak saat melihat Minhyun berada disana. Ia menodongkan pisau kearah Haejin dan melarang Minhyun tuk mendekat.

"Kau tak ingin dia kenapa-kenapa kan?. Maka menjauhlah!" Ucap Jung Go.

"Ba.. Baiklah" ucap Minhyun dengan wajah tegangnya ia berusaha tetap tenang meski ia merasa Haejin sangat terancam.

"Tolong aku" ucap Haejin sambil terisak.

'Jaehwan tolong datanglah' batin Haejin dalam tangisnya.

Jung Go membawa paksa Haejin tuk keluar rumah. Awalnya Minhyun hanya terdiam, Hanya ketika Jung Go melewati pintu ada yang menendang kepala Jung Go. Pastinya Jung Go tersungkur.

"APA YANG AKAN KAU LAKUKAN HAH! BAJINGAN" ucap Jaehwan sambil memukuli wajah pria itu.

Dan Jaehwan memukul Jung Go dan Begitupun sebaliknya. Namun, Kini Jung Go dalam tubuhnya terkunci Jaehwan.

Jung Go hanya tersenyum miring. "Karena ayah mu telah membunuh istriku!... Dia menghancurkan hidupku dan mengambil semuanya dariku!"

"Ti..tidak mungkin . Ayahku tidak mungkin tega melakukan hal itu pada adiknya sendiri. Kau salah paham!" Ucap Jaehwan. Ia kini termenung sendiri dan matanya berkaca.

'Tak mungkin ayah melakukan hal sekejam itu. Tak mungkin' ucap Jaehwan dalam hati. Ia tak bisa menerima kenyataannya.

Ketika Jaehwan masih memikirkan hal yang menurutnya tak mungkin. Jung Go segera mengambil belatinya. Mata Haejin membulat dan Begitupun Minhyun.

"JAE!!!"

Belum sempat mereka menghampirinya. Jaehwan telah tersungkur menahan rasa sakit pada punggungnya. Yang hanya Jaehwan lihat adalah Haejin yang menghampirinya sambil menangis dan Minhyun menodongkan pistol kearah Jung Go. Samar-samar ia merasa Haejin memeluknya sambil menangis sejadi jadinya.

"Uljima Haejin-a" ucap Jaehwan terbata. Ingin ia menyentuh pipinya namun semua telah berubah menjadi gelap.

.

.

.

"Jangan terjadi apa-apa padanya.. aku mohon.." ucap Haejin.

"Jebal.. jebalyo" ucap Haejin kembali.

Daejin memeluk Haejin yang tengah dirundung kekhawatirannya. Ia tak bisa tenang sama sekali dan perasaanya sesak.

"Eonni.. tenanglah.."

"Bagaimana ku bisa tenang?"

"Eonni" ucap Daejin menepuk nepuk punggung Haejin.

Haejin melihat suaminya hanya dari pintu kaca rumah sakit itu. Karena luka tusukkan Jaehwan diharuskan melakukan penjaitan di daerah punggungnya.

"Jadi kau Haejin?" Tanya Minhyun.

"Ne.. Nuguseyo?"- Haejin.

"Aku Minhyun.. "

Haejin mengerutkan alisnya. "Ah, Arra, kau adalah pacar Rose bukan? Jaehwan pernah menceritakannya padaku"

"Ne.. Jadi sejak kapan kau mulai diteror oleh Jung Go?"

"Sejak beberapa hari lalu.."

"Apa kau diteror oleh orang lain selain Jung Go?"

"Ne, entah itu bisa disebut teror atau bukan"

"Lalu apa yang terjadi padamu dan Jaehwan akhir-akhir ini?"

~
Jaehwan POV.

Aku berada disini?, Kenapa aku bisa berada disini?.

"Appa!!" Ucap anak laki-laki memanggil namaku.

"Nugu-ya?" Ucapku membalas panggilanya. Nampak tak jelas ku lihat wajahnya.

"Appa, waeyo?. Kenapa kau berada disini?" Ucap anak itu sambil memegang tanganku.

"Dimana ini?" Ucapku kemudian.

"Appa. Kau terjebak disini?. Aku akan mengantarmu keluar"

"Sebenarnya kau siapa?" Tanyaku lagi.

"Aku adalah.. bagian darimu"

"Ma..maksudmu?"

"Keluarlah.. eomma akan merasa takut. Jaga dia dan eonni. Jadi, aku mengajakmu tuk keluar dari sini"

Apakah maksud anak ini adalah dia anakku?. Tapi, mana mungkin?.

"Jaehwan, sepertinya kau tak memerlukan aku lagi"- ucap Daniel ditengah perjalanan. Jangan!, Aku selalu tenang disamping mu. Namun apa daya. Aku hanya bisa melihat diriku sendiri dengan kepribadian yang polos.

"Aku akan pergi. Aku bisa kapan saja datang sesuka hati. Namun, aku juga bisa hilang tanpa kembali lagi"

"Kenapa kau ingin pergi?" Tanyaku.

"Kau bisa mengontrol dirimu sedikit demi sedikit. Bahkan akhir-akhir ini aku tak bisa muncul dengan tubuhmu. Kau telah memiliki Haejin maka jangan sakiti dia..."

"Daniel... Kau benar akan pergi?."

"Jaga dirimu"- Daniel

Diriku sendiri menghilang begitu saja. Kenapa Daniel bisa pergi. Apakah?. Aku masih bingung. Sebenarnya samar-samar ku ingat kenangan masa kecil ku. Aku bingung. Namun juga lega.

"Jae.. cepatlah sadar.." aku mendengar suara Haejin. Namun, hanya suaranya yang ku dengar.

Aku merasa pipiku dicium lembut. Apa kau menciumiku Haejin?. Tenanglah aku akan segera keluar dari tempat ini.

"Appa! Kaja" ucap anak kecil itu lagi menarik tanganku. Wajahnya masih samar ku lihat.

Aku jalan mengikutinya dan aku seperti tersedot dan akhirnya aku merasakan napas. Namun, mataku masih enggan dibuka.

"Appa.. tunggulah aku"

Itu kata terakhir ku dengar. Setelahnya aku tertidur.

...

Multiple Personality >< Kim Jaehwan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang