9

8K 940 32
                                    

Ada yang masih bangun...ketik langsung publish, typo masih berantakan. Maaf kalo kurang serem..makasih vomment kalian sesorean tadi..Happy reading😊
****

"Lho, Mela? Kok pagi-pagi sudah kesini?"

Lastri, Mama Mela menyambut dengan heran. Celingukan mencari sosok lain yang mungkin ikut dengan putrinya ini. Namun nampaknya Mela datang sendiri tanpa ditemani suaminya.

"Mela mau ketemu mama, sekalian mau nyelesain urusan sama orang itu.."

Lastri hanya menghela nafas. Sejak keluar dari rumah, Mela memang tak pernah mau memanggil ayah tirinya itu dengan sebutan ayah. Mungkin dulu ia selalu memaksa putrinya itu untuk memanggil dengan sebutan yang benar. Namun nampaknya sebutan itu memang tidak pantas disematkan untuk pria itu.

"Mama sudah urus perceraian mama?" tanya Mela setelah duduk di ruang tengah.

"Mama mana bisa mengurusnya. Bayar pengacara saja mama nggak sanggup karena semua akses keuangan dipegang sama ayahmu."

"Kok bisa sampai akses keuangan pribadi mama juga, sih.." Mela terbelalak.

"Mela kira cuma surat-surat penting tentang hak milik perusahaan dan rumah ini yang diambil." lanjutnya.

Lastri hanya terdiam dengan wajah penuh penyesalan.

"Oke sekarang gini aja. Dimana sekarang orang itu?"tanya Mela gusar.

"Dia sedang keluar kota sama Burhan. Mungkin hari ini dia pulang. Kamu tunggu ya.."  jawab mamanya.

Mela berpikir sejenak.

"Gini aja, Ma... Lebih baik Mama ikut Mela ke tempat Bang Raul. Kita urus perceraian kalian dari sana. Bang Raul pasti bisa bantu kita. Sekarang mama siap-siap secepat mungkin. Lebih baik kita pergi diam-diam. " putus Mela yang untungnya langsung dituruti oleh Lastri.

Mela ikut naik ke atas membantu agar mamanya bisa bergegas. Setelah semua beres dan memastikan apa yang harus dibawa sudah terbawa semua, mereka segera turun untuk keluar menuju mobil yang mengantar Mela tadi.

Baru saja selesai mengunci pintu rumah, sebuah mobil masuk ke halaman rumah.
Mamanya sempat terpekik karena melihat suaminya dan Burhan serta anak buahnya yang datang saat itu.

"Halo, anak cantik...akhirnya kamu pulang juga..." sapa Hendro ayah tiri Mela. Suaranya masih semenjijikan yang Mela ingat.

Di belakangnya nampak Burhan sedang menyeringai memindai Mela dengan pandangan mesum.

Bulu kuduk Mela merinding. Tangannya mencengkeram erat lengan sang Mama.

"Jauhi anakku, Hendro..." teriak Lastri tiba-tiba.

Mela dan semua orang menengok ke arahnya. Mela bisa merasakan tubuh mamanya bergetar. Namun ini waktu yang tepat untuk mencuri kesempatan memanggil bantuan. Ia yakin tidak akan bisa menghadapi ini sendiri.

Ia hanya siap menghadapi Hendro sendirian, namun sekarang ada Burhan dan 5 anak buahnya di sini. Membiarkan ibunya berbicara dengan mereka, ia meraba ponsel di tas slempangnya.

Beruntung nama Raul berada di puncak teratas daftar panggilannya tadi. Setelah memastikan tersambung ia kembali memasukkan kembali ponselnya ke kantung tas nya.

".....kamu bisa ambil semuanya. Tapi biarkan aku dan anakku pergi dari sini.."

Wajah Hendro nampak murka. Sedang Burhan hanya tersenyum sinis disertai kekehan meremehkan dari para anak buahnya.

Hendro mendekat lalu menampar wajah Lastri. Mela memekik panik mendorong tubuh Hendro lalu mencoba menolong Mamanya yang terjerembab ke lantai.
Namun tubuhnya dicekal menjauh dari Lastri lalu didorong ke arah Burhan yang dengan sigap menangkapnya.

A Love For UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang