25

9.4K 803 24
                                    

Maaf baru update... Maaf banyak typo n feelnya g sampe..happy reading😊😊

***

Mela bisa melihat Icang tersenyum lebar saat melihatnya keluar dan melambai dari pintu kedatangan bandara. Di samping Mela, Raul mendorong troli yang berisi koper dan tas milik mereka.

"Kak Icang kenapa tidak membawa kertas yang bertuliskan namaku besar-besar..?" seru Mela saat sudah berada di dekat Icang, dengan suara merajuk.

Icang yang mendapat pertanyaan tak terduga tersedak oleh ludahnya sendiri dan terbatuk. Sedikit takut-takut ia melirik ke arah tuannya, yang kini hanya memandang geli padanya.

"Saya masih bisa mengenali Tuan dan Nyonya. Jadi saya tidak memerlukan benda macam itu.." jawab Icang pada akhirnya. Setelah memastikan tuannya tidak akan membunuhnya karena menanggapi gurauan Mela padanya.

"Aaah, Kak Icang nggak seru, ah... Kan kita lama nggak ketemu, jadi anggap aja Kak Icang menyambut kedatanganku dengan antusias." gerutu Mela sambil bergelayut di lengan Raul.

Icang hanya menghela nafas, tak tahu harus membalas seperti apa lagi. Yang pasti dia harus bisa mengamankan lehernya agar tidak ditebas majikannya.

Suara tawa Mela terdengar ceria, melegakan perasaan Icang. Itu berarti masalah diantara pasangan suami istri di hadapan Icang ini sudah terselesaikan dengan baik.

Icang mendorong troli yang tadi ditinggalkan Raul saat pria itu diseret Mela untuk segera keluar dari bandara. Percakapan ringan dan juga rangkulan erat antara Mela dan Raul, memanjakan mata dan telinga Icang saat ini. Belum lagi saat melihat wajah Tuan Raul nampak bahagia. Berbeda 180° saat pria itu meninggalkan kota ini untuk menjemput istrinya itu, seminggu yang lalu.

Sungguh ini kebahagiaan terbesar Icang, sepanjang ia mengabdikan hidupnya kepada Tuan Raul. Mungkin perasaan itu akan bertambah saat pasangan ini pada akhirnya memiliki putra atau putri yang lucu.

Icang akan mempertaruhkan seluruh hidupkan agar bisa menyaksikan momen tersebut. Tuan Raul berhak bahagia. Dan Icang yakin sudah saatnya kebahagiaan itu akan datang pada tuannya ini, berbentuk sebuah cinta dari putri mantan rival Raul, yakni Mela. Gadis perawakan kecil yang dua tahun lalu menerobos masuk dan membuat keonaran di klab malam Excluse.

****
"Ya ampun, Melaaa... Mama kangen..." sambut Mama Lastri saat Mela baru saja memasuki pelataran rumah besar tempat Mama Lastri sekarang tinggal bersama Papa Candra.

Mereka berdua memutuskan untuk kembali menikah saat urusan perceraian Mama Lastri dengan Hendro selesai.

Rumah yang mereka tempati bukan pula rumah Lastri yang dulu. Candra menghadiahkan sebuah rumah yang lebih sederhana daripada milik mereka dulu. Tapi tetap saja rumah "sederhana" ini masih tergolong besar dan mewah. Namun suasananya jauh terasa hangat karena ada banyak cinta yang mengisinya.

"Kamu kenapa nggak bisa dihubungi? Mama cemas sekali. Papamu hanya bilang kamu baik-baik saja. Mama kesal terus-terusan diberi kabar tapi nggak bisa memdengar menemuimu dan mendengar suaramu sama sekali. Kenapa nggak kasih mama nomor telpon, sih.."

Mela meringis mendengar mamanya bersungut-sungut. Raul hanya tersenyum geli mendengar Mela terus dimarahi oleh mamanya.

Suara deheman menyela keseruan reuni ibu dan anak itu.

Raul menyalami lelaki tua yang kini malah memeluknya. Perasaan canggung masih terasa pada benak Raul. Sepanjang ia menjalani bisnis, pak tua inilah yang paling ia hindari urusannya. Selicik apapun pesaing bisnisnya ini, ternyata Mela lah kelemahan mereka berdua.

Orang tua mana yang tak bahagia melihat senyum di wajah putri mereka satu-satunya.

Candra menebus kesalahannya di masa lalu dengan jalan membahagiakan Lastri serta memberikan bisnisnya untuk dikelola Raul. Ia percaya di tangan dingin Raul, bisnis mereka akan lebih kuat, serta kebahagiaan Mela juga terjamin.

A Love For UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang