17

8.2K 835 28
                                    


Typo...typo...habis ngetik langsung publish...sambil nunggu momen taun baruan... Jangan lupa dengerin mulmednya...

Happy reading 😊😊
***
Rasanya Mela ingin berteriak. Meneriakkan semua yang membuatnya muak selama ini. Ia ingin sekali berteriak di depan wajah suaminya, yang bahkan masih bisa tersenyum "ramah" kepada pria tua yang kini tengah saling memandang rindu dengan Mama Mela. Ingin berteriak pada kedua orang tuanya yang nampaknya tengah melupakan bagaimana kehidupan yang mereka jalani selama ini.

Mereka semua sepertinya lupa, kalau masih ada dirinya di sini. Apa-apaan, mereka seakan tengah bereuni layaknya keluarga normal kebanyakan. Dan tak tahu bahwa dirinyalah yang selama ini menderita sendirian karena ulah mereka semua.

Papa yang tak bertanggung jawab, sepanjang ingatan ia akan orang ini. Mama yang membuatnya pergi dari rumah di usia remaja, dan menikah dengan orang yang benar-benar asing baginya. Dan suami yang tak bisa ia tebak jalan pikirannya.

Mereka adalah keluarga yang ia punya saat ini. Dan merekalah orang-orang yang sangat ingin ia benci sekarang.

"Mela, sayang... Kamu pasti masih ingat dengan papa kandungmu, kan?" suara Raul bahkan terdengar lembut.

Tentu saja ia ingat. Dia yang punya pria itu sebagai papa, bukan Raul.

"Oh, jadi sekarang kalian sudah sepakat untuk akur?" Mela bahkan tak berhasil menutupi nada sinis pada ucapannya itu.

Mela hampir tertawa miris melihat wajah bingung suami dan semua orang yang ada di ruangan kerja Raul ini.

Yang bisa Mela lakukan hanya tersenyum sinis. Memandang sengit pada setiap orang yang kini memandanginya.

"Siapa dan apa yang kamu maksud, Mel?" tanya Raul kebingungan.

"Tentu saja kalian semua. Mama, apa mama lupa? Papa yang ninggalin kita dulu. Papa, apa-apaan seenaknya pergi, menghilang lalu datang lagi sekarang." cecar Mela seraya menunjuk pada mama papanya.

"Bisakah aku punya kehidupan normal. Punya orang tua yang normal. Bukan orang tua penuh drama seperti kalian berdua."

"Mel..." Mama Lastri mendekat hendak merangkul Mela yang kini berjengit menghindarinya. Wajah Lastri nampak terluka. Mela hampir mengucapkan maaf, namun terhenti saat Raul tiba-tiba merangkul pundaknya terlebih dahulu erat-erat.

"Lepaskan, Bang..." desis Mela. Raul tak menggubrisnya malah makin mengeratkan pelukannya, dan menggiring Mela keluar dari ruangan.

Sampai di luar ruangan, Mela menepis lengan Raul. Mela kini menampakkan wajah muaknya.

"Kamu kenapa, Mel? Apa kamu nggak suka ketemu papa kamu?" tanya Raul, berusaha terdengar lembut.

"Berhenti berlagak baik pada seorang Candra Suwiryo, Bang..." Raul tersentak, namun hanya sedetik. Ia lalu kembali menampakkan wajah tenangnya.

"Jadi kamu sudah tahu kalau kami dulu bermusuhan?" tanya Raul tenang.

"Yaah, begitulah. Bahkan aku tahu, Abang mencoba menghamiliku, untuk mengusik ketenangan papaku. Kamu anggap aku ini apa, Bang?" cecar Mela.

"Kayaknya aku perlu ingetin lagi, apa tujuanku dulu nikah sama kamu. Aku nikah karena ingin menyingkirkan Hendro dari keluargaku. Sekarang Hendro sudah di penjara. Jadi sekarang aku sudah nggak ada urusan lagi sama kamu. Jadi sekarang aku minta cerai." tandas Mela.

Raul hanya menghela nafas mendengar ucapan Mela. Dirinya maju selangkah, namun Mela juga mundur menghindari sentuhan Raul.

"Jangan sentuh aku lagi..."

A Love For UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang