20

9.4K 828 30
                                    

Happy reading,,.colek2 aja ya kalau ada typo...

😊😊
****

"Aku mau ajak kamu liburan untuk berbulan madu.."

What??" Mela ternganga mendengar suara tenang suaminya tersebut. Bibirnya terbuka lalu menutup kembali. Tak tahu harus menjawab apalagi.

Mungkin kepala Raul habis terbentur waktu di pesawat tadi, hingga ucapannya mulai ngawur. Mela tidak tahu bila berhadapan dengan Raul akan seabsurd ini.

Bulan madu katanya? Hei, bahkan mereka harusnya sudah bercerai saat ini kalau saja suaminya ini tidak menyulitkan prosesnya. Dan sekarang raksasa serupa beruang kutub ini mengajaknya berlibur dalam rangka bulan madu.

Mela menyipitkan matanya. Memandang penuh spekulasi pada wajah tenang Raul.

Wajah tampan ini masih datar tanpa ekspresi yang memperlihatkan emosinya. Bahkan mata sehitam malam itu benar-benar tak terbaca. Rupanya, istilah mata adalah cerminan isi hati, benar-benar tidak berlaku pada diri Raul. Pria ini mampu mengendalikan sorot mata itu agar tak mudah dibaca orang lain.

Bahkan orang ini terlihat terlalu baik-baik saja bila dibilang sedang rindu. Sangat berbeda dengan Rafael saat menemuinya kala kehilangan jejak Roselyn dulu.

Tanpa sadar Mela makin mendekat demi meneliti wajah Raul. Wangi parfum maskulin pria itu mulai terendus, sebelum dirinya sempat mundur untuk menjauh dari serangan perasaan rindu yang tiba-tiba muncul, tubuhnya terlebih dahulu ditarik oleh sebelah lengan Raul yang merangkul pinggangnya.

Suara pekikan Mela yang belum sempat keluar sudah langsung teredam oleh pagutan. Raul menciumnya tanpa ijin. Sama seperti pertemuan pertama lebih dari 2 tahun yang lalu.

Raul menciuminya dengan lembut namun penuh tuntutan. Bahkan lidah Raul mulai memancing agar Mela mengijinkannya masuk untuk memperdalam ciumannya.

Suara erangan lolos dari bibir Mela saat jemari Raul menekan lembut tengkuknya demi mengangkat wajah Mela agar ia lebih mudah menginvasi bibir istrinya tersebut.

Kedua tangan Mela terangkat menuju depan dada bidang Raul. Sekuat tenaga mengumpulkan kesadaran, diantara serangan rasa yang bertubi-tubi dari perlakuan Raul.

"Bang..." panggilnya berbisik dengan suara serak namun terselip nada protes yang lemah di antara ciuman mereka.

"Ya, sayang..."

Mela berusaha mendorong tubuh Raul agar sedikit memberi ruang kosong di antara mereka. Tangan Raul masih erat merangkul tubuh dan belakang kepalanya.

Saat jeda itu berhasil tercipta. Mela berusaha bernafas kembali dengan normal. Bibirnya terasa kebas dan membengkak akibat ciuman tersebut.

"Kamu gila..." ucapnya setengah terengah.

Raul tersenyum, kakinya melangkah untuk mendekati Mela.

Mela mundur, "Hentikan, kumohon."

Raul berhenti, memandang penuh tanya.

Mela berkacak pinggang. Nafasnya masih setengah memburu. Nampaknya pengaruh ciuman Raul belum hilang sepenuhnya.

" Hentikan semua ini, Bang... Untuk apa Abang datang kesini. Tolong biarkan aku hidup tenang. Kumohon.." pinta Mela.

Pandangannya menyapu area sekitar. Kemanapun demi menghindari sorot mata tajam milik Raul. Menggeleng pelan saat menyadari bahwa mereka masih berada di teras rumah kosnya. Di luar.

Beruntung tidak ada orang lalu lalang. Namun bisa saja tadi ada yang melihat mereka berciuman. Ya Tuhan.

"Kamu masih istriku, Mel..." suara pelan Raul itu cukup membuat merinding Mela.

A Love For UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang