11

10.7K 936 39
                                    

Scene 18+ ya, bijak2in kalo baca...skip aja kalo g cocok hihihi...Typo bertebaran..feel mungkin kurang ngena di hati..Happy reading😊😊
***

Raul menghembuskan nafas sebelum akhirnya membuka pintu kamar pribadinya. Mempersiapkan diri akan menemukan Mela yang tengah meringkuk di tengah ranjangnya yang kini terlihat kosong dan rapi...

Kosong dan Rapi???!!!

"Sialan..." umpat Raul yang bergegas menuju lemari pakaian yang ia persiapkan untuk Mela. Masih ada isinya. Mencoba mencari ke kamar mandi. Lalu keluar lagi menuju ke dapur. Nihil.

"CAAANG...ICAAANG..." teriak Raul gusar.

Begitu asisten nya itu tiba di hadapannya. Sungguh Raul ingin sekali menghajarnya saat ini juga. Ia sudah menahan emosi pada titik terberat yang selama ini pernah ia rasakan.

Menahan detaman keras pada isi kepalanya sejak tadi pagi. Dihadapkan wajah cantik yang selama ini menjadi isi lamunannya harus terluka karena keterlambatannya menyadari bahwa istrinya itu dalam bahaya. Dan bukannya ia tak tahu bahwa tatapan Mela hanya tertuju padanya. Namun sungguh ia tak kuasa bila harus melihat wajah memar itu karena kesalahannya.

Dan saat mendengar gadis itu memanggil Icang dengan akrab bahkan lebih memilih pulang dengan asistennya itu daripada menunggunya selesai melihat kondisi Doni, dada Raul terselusupi rasa asing. Ia seakan tak ingin Icang terlalu dekat dengan Mela. Karena Mela adalah miliknya seorang. Untuk kali ini hanya Raul yang boleh berinteraksi dengan Mela. Icang sudah terlalu ikut campur dengan urusan pernikahannya. Karena itu pula orang yang ia ingin temui pertama kali sepulang dari RS adalah Mela.

"Ya, Tuan..." wajah asistennya terlihat tenang namun ia tahu, pemuda itu sedikit takut padanya. Karena baru pertama kali ini dirinya dipanggil dengan teriakan seperti tadi.

"Dimana istriku?" tanya Raul dengan suara yang lebih tenang.

Wajah Icang terlihat kebingungan.

"Tadi saya sudah minta Nyonya untuk tinggal di kamar, Tuan. Saya sudah melarang keluar rumah. Para staf juga tidak ada yang melapor Nyonya keluar. " jelas Icang.

Raul mendekatkan wajahnya pada pemuda itu sambil menunjuk pintu kamarnya. "Kalau dia ada di dalam sana, aku tidak akan memanggilmu saat ini, Cang.."

"Tapi, Tuan... "

"Sialan, darimana saja kamu?" potong Raul tiba-tiba.

Icang ikut menoleh saat melihat arah pandang Raul yang saat ini mengarah ke pintu masuk lantai atas. Di sana Mela masih berpakaian yang ia kenakan sedari pagi lengkap dengan tas slempang kecilnya, melangkah ke arah kamar tanpa memperdulikan interaksi Raul dan Icang yang ia lewati.

"MELAA...aku bicara sama kamu...!!!" bentak Raul karena merasa diabaikan, padahal dia sudah setengah mati mencemaskan istrinya itu.

"Apaaa??" Mela berhenti dari langkahnya lalu berbalik untuk membentak Raul.

Gadis itu melangkah cepat ke arah Raul. Mendongak menatap langsung mata suaminya.

"Punya hak apa kamu menanyakan itu padaku?? Hah?? "

"Tentu saja aku punya hak. Aku suamimu, Kamu itu istriku.." tekan Raul.
"Aku sudah bilang kamu harus membiasakan diri bersikap sebagai istri padaku, karena aku akan memperlakukanmu sebagai istri.. Kamu masih ingat, kan??"

Icang yang merasa tidak seharusnya berada di medan perang yang satu ini diam-diam pergi turun meninggalkan pasangan ribut ini. Tak lupa mengunci pintu masuk agar keributan mereka tidak terdengar sampai ke luar. Apalagi ada ibu mertua Tuan Raul di lantai 2.

A Love For UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang