26

9.2K 834 22
                                    

Colek2 kalau ada typo yaa.... Happy Reading..😊😊
***

"JANGAN MASUK, ABANG BAUUU...!!"

Raul kembali menutup pintu kamarnya dengan pikiran kalut. Mela masih meneruskan gerakan Anti Raul dan Nangis All the Day. Ada saja alasan yang diberikan Mela tiap kali ia mencoba mendekati istrinya itu. Bau rokoklah, alkhohol, baju kurang rapi.

Sudah seminggu dirinya tidur di salah satu kamar di lantai dua. Bersebelahan dengan kamar Icang.

Asistennya itu juga tak mau banyak bertanya. Dia kembali menjadi Icang yang penurut dan wajah datar seperti dahulu. Namun tanggung jawabnya jauh lebih berat, karena Raul menunjuknya untuk mengelola klab malam dan bisnis yang dulunya milik Candra Suwiryo, mertua Raul.

"Tuan..."

Raul terlonjak kaget saat hendak membuka kamar sementaranya. Kewaspadaannya menurun akhir-akhir ini. Tubuhnya lelah setengah mati. Apalagi kebutuhan biologisnya yang biasanya teratur sekarang jadi tertunda karena tingkah aneh Mela.

"Nyonya masih bertingkah aneh?" tanya Icang bersimpati.

Raul hanya menghela nafas pendek dan mengangguk.

Icang hanya diam, tidak berani menanggapi lebih. Bagaimanapun itu urusan internal rumah tangga mereka.

Terdengar suara isakan tangis dari arah lantai atas.

"Aku sudah tidak tahan lagi, sialan.." maki Raul yang langsung ke atas. Kembali menemui Mela.

"Ngapain Abang masuk?" sembur Mela begitu Raul memasuki kamar mereka.

Raul tak mengindahkan ucapan Mela. Terus berjalan mendekati istrinya yang duduk di tengah ranjang.

"Abang bau..."rengek Mela menutup hidungnya.

"Abang sudah mandi, Sayang... Kamu kenapa sih?"

"Tapi masih bau,, Mela mual..."sahut Mela dan mulai sesenggukkan.

Dulu Raul selalu masa bodoh bila melihat perempuan menangis. Saat melihat Mela saat ini ia tak tahu harus berbuat apa. Hatinya merasa tak nyaman. Menggerakkan tubuhnya untuknya terus mendekati Mela.

Tubuh mungil itu akhirnya bisa ia peluk. Tapi tangis istrinya itu makin kencang. Belum pernah seumur hidupnya Raul mencoba menenangkan tangis seseorang. Jadi saat ini dia hanya bisa mengelus rambut dan punggung Mela tanpa suara.
****

Mela tahu apa yang terjadi pada dirinya. Siklus bulanannya sudah terhenti sejak dua bulan yang lalu. Dada dan punggung bawahnya yang nyeri, mual, pusing serta emosinya yang labil.

Namun ia masih belum bisa mengatakan pada Raul keadaan dirinya. Rasa cemas yang berlebihan menyerangnya. Harusnya ia tahu, suaminya itu pasti bahagia sekali kalau diberitahu bahwa ada darah dagingnya tengah bertumbuh di tubuh Mela. Namun hormon dan emosinya yang labil membuat Mela tak ingin dekat-dekat dengan Raul.

Tiap kali melihat Raul, Mela merasa mual dan muak. Ia jadi sensitif dengan bau yang menyertai tubuh suaminya. Dan bila suaminya menuruti untuk menjauhinya, hati Mela teramat sakit membuatnya menangis tanpa henti.

Saat ini Raul berhasil memeluknya. Mela menahan sekuat ia bisa, rasa mual yang mulai muncul. Terlepas aroma yang membuatnya mual, pelukan Raul ternyata terasa 10x lebih nyaman dan lebih nikmat dari biasanya. Dia sangat merindukan ini.

Persetan dengan rasa mual, ia harus bisa mengatasinya. Ia lebih membutuhkan pelukan ini dari apapun di dunia ini.

"Kamu kenapa?" suara gumaman Raul yang akhirnya terdengar setelah lebih dari 10menit mereka berpelukan.

Mela mulai bisa menyesuaikan rasa mualnya. Namun ia masih belum mampu berkata tentang apapun saat ini. Sisa isakan juga sudah mulai mereda.

"Aku kangen..." kembali Raul bergumam sendiri.

"Aku juga..." jawab Mela akhirnya. "Tapi abang bau..." tambahnya dengan suara merengek.

Raul hanya tersenyum saat merasakan pelukan Mela mengerat. Secepatnya ia akan mencari tahu penyebab labilnya emosi istrinya ini. Bahkan emosi Mela saat datang bulan dulu nggak selabil ini.

Ehh..tunggu? Ini sudah berapa bulan Mela nggak datang bulan.

Raul mencoba menghitung dalam hati, mulai kapan Mela bersikap labil dan mereka terakhir puasa berhubungan karena Mela menstruasi. Besok ia akan memastikan sendiri, apa yang harus ia lakukan untuk bisa mengetahui hal itu. Untuk sekarang ada urusan yang lebih mendesak. Karena jemari Mela sudah gerilya ke tempat yang lama tak terjamah. Ya, dia harus menuntaskan semua kerinduan selama aksi merajuk istrinya ini, agar kepalanya tak lagi pusing karena terlalu lama menahan hasrat.
****

Sore itu Mela mengajak Raul ke rumah Roselyn. Mereka baru saja dari dokter kandungan. Raul masih tak bisa menghilangkan senyum dari wajahnya. Rafael bahkan heran melihat senyum bahagia Raul.

"Nampaknya lo benar-benar cocok dengan pernikahan ini.." goda Rafael yang hanya ditanggapi tenang oleh Raul.

"Jadi, kabar apa yang membuat lo kemari. Apa ada hubungannya dengan tingkah aneh Mela itu?" tanya Rafael dengan suara pelan, nyari berbisik sambil mendekat ke arah Raul. Takut terdengar para wanita yang ada di dapur.

"Yaah, begitulah... Mela hamil..."jawab Raul melebarkan senyumnya.

"Oh ya..? Waah selamat..."ucap Rafael tulus menepuk bahu Raul.

"Seperti inikah rasanya bahagia, Raf... Gue rasanya sudah gila, senyum terus dari tadi waktu dokter bilang Mela mengandung."

Rafael terkekeh, "Yah, seperti itulah, Raul. Meskipun gue sama Roselyn punya dua anak, waktu Roselyn bilang ia tengah hamil si Gabriel, rasanya masih menakjubkan. Sama menakjubkannya saat gue melihat Michael untuk pertama kalinya." ungkap Rafael.

Raul meringis, "Maaf, gue dulu tidak memberi lo kesempatan merasakan hal sama saat  Roselyn hamil Michael. Padahal anak pertama pasti lebih menakjubkan."

"It's okay, bagi gue hamil anak pertama, kedua atau selanjutnya, sama membahagiakannya. Mengetahui ada kehidupan di dalam tubuh istri kita, membuat kita rela melakukan apapun agar mereka selalu merasa aman dan nyaman."

"Beri gue beberapa hal tentang apa saja yang harus dilakukan, Raf. Gue bener-bener buta tentang hal ini. Tadi dokter hanya bilang gue harus menjaga asupan makanan bergizi dan istirahat yang cukup untuk Mela. Juga beberapa suplemen untuk ia konsumsi.."

Rafael tersenyum geli sebelum berucap, "Siapkan dirimu menghadapi fase ngidam.."

Raul merasakan tepukan hangat di bahunya. Memandang Rafael yang seakan hendak menguatkan dirinya. Apa semenakutkan itu menghadapi fase mengidamnya ibu hamil bagi para suami?
****
Mela ngidam apa ya selain alergi baunya Bang Raul ..
Harusnya Raul lebih pengalaman menghadapi ibu hamil. Kan dulu Roselyn hamil d tempat dia. Tapi karena Mela lebih rewel dari Roselyn, yang bikin Raul makin bingung.

Makasih doa2nya... Benar-benar tepar, jd cm edit draft seperlunya.

Love u, all
😘😘😘

🍪cookie🍪

11/03/2019
05.25

A Love For UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang