(19) Historia de un Amor

715 69 18
                                    


Historia de un Amor | Kisah Sebuah Cinta.

- REMAKE -

Sore itu, di suatu hari pertengahan tahun 1973, awan gelap menutup kota Tokyo. Mendung, langit-langit kota yang sebentar lagi malam, tampak suram. Jam pulang kerja, rush hour, jalanan macet, taksi susah sekali dicari. Spencer yang hendak pergi ke restoran tempat ia bernyanyi malam ini terpaksa berdiri lama di depan hotel tempat ia menginap, menunggu taksi, tidak bisa kemana-mana.

Setelah hampir dua puluh menit menunggu, akhirnya sebuah taksi kosong masuk ke lobby hotel. Spencer hendak menaikinya, tapi sayang seribu sayang, taksi itu sudah dipesan tamu hotel lainnya.

"Maaf Amigo," (sebutan untuk 'pemuda' dalam bahasa Spanyol) petugas hotel buru-buru dengan sopan memberitahu Spencer. "Taksi ini sudah ada yang memesannya."

Secara bersamaan seorang pria gagah, mengenakan tuxedo rapi, sepatu di semir mengkilap, membawa payung besar keluar dari lobby.

"Tapi saya harus bergegas, -atau akan terlambat." Spencer keberatan, tetap masuk taksi.

"Maaf Amigo, yang memesan taksi juga sudah menunggu sejak tadi."

Pria yang memesan taksi itu berdiri dibelakang petugas hotel. Pintu taksi masih terbuka, Spencer yang duduk didalamnya menatap pria itu, melirik sekilas—Tidak peduli.

"Dia bisa menunggu taksi berikutnya." Spencer jelas tidak mau mengalah, berseru dalam bahasa Spanyol. "Urusanku lebih penting dibandingkan dia. Seratus orang menungguku di restoran ternama kota ini. Dia paling hanya hendak berkeliling, turis, atau orang kaya baru. Berlagak parlente dengan membawa payung padahal belum hujan."

"Amigo-" petugas hotel menoleh kebelakang, menjadi serba salah.

"No hay problema." pria itu tersenyum, menjawab dengan bahasa Spanyol yang lancar. "Dia boleh menaiki taksi ini, aku akan menunggu yang berikutnya."

Bagus. Spencer menutup pintu. Menyuruh sopir taksi segera melaju.

Tapi jendela kaca lebih dulu diketuk dari luar. Sopir mengurungkan menginjak pedal gas.

"Apa?" Spencer menoleh.

Pria itu menyuruh Spencer menurunkan kaca mobil.

Spencer kemudian menurunkan jendela. 'Apalagi? Orang ini mau berkenalan? Bertanya namanya?'

"Payungnya, Amigo." Pria itu menjulurkan payung. "Aku yakin, hujan akan turun sebentar lagi. Jika hujan, membawa payung akan membuatmu lebih mudah keluar masuk dari mobil."

Payung?

Spencer jelas enggan menerimanya. Dia paling malas berurusan dengan type orang seperti ini. Tapi sepertinya sopir taksi tak akan melaju sebelum ia menerima payung tersebut. Spencer cepat mengambil payung itu, meletakkannya sembarangan dibawah kaki, menyuruh sopir segera berjalan.

Waktu itu, Spencer adalah seorang penyanyi soprano di Spanyol. Usianya dua puluh lima tahun, parasnya elok, terkenal, dan sering di undang menyanyi ke berbagai negara. Hari ini dia mendapat undangan menyanyi di restoran ternama Tokyo. Pemilik restoran mengundangnya, merayakan tahun ke-2 beroperasinya restoran tersebut. Banyak orang penting hadir di acara makan malam itu. Meja-meja dipenuhi oleh tamu, mereka harus reservasi sebulan sebelumnya, tak ada kursi yang tersisa.

Acara malam itu dimulai setiba Spencer disana. Tuan Herge, Duta besar Spanyol untuk Jepang, membuka acara, mewakili tuan rumah yang terlambat datang. "Malam ini spesial sekali, kota kita mendapatkan kehormatan didatangi seorang penyanyi soprano ternama dari Spanyol. Masih muda, dan masih lajang, hadirin, mari berikan tepuk tangan yang meriah kepada Spencer."

Haehyuk Short Romance Story CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang