Story by @KageMizukii
Copyright © 2017================================
Suara gemercik air langit yang turun membasahi tanah mulai mengalun lamat.
Mengisi suasana kosong dengan iramanya yang pelan. Setiap rintikan yang jatuh menghipnotisku pada seseorang yang berdiri tak jauh dari tempat berteduhku sekarang.
Dia lagi. Batinku meraung terus.
Laki-laki itu menghentakkan tungkainya di tempat, beberapa kali. Ketika hujan mulai datang, ia akan berdiri di sana. Di pinggir jembatan, sembari diam merenung berlama-lama tahan dengan basah dan dingin hujan. Tatapan matanya sayu selalu, belakang punggunya tampak rapuh diaduk sendu, tampilan rambut hingga ujung tubuhnya benar-benar hancur dari kata modis. Bak keputus asaan adalah nama lain dari dirinya.
Aku mulai beralih fokus darinya dengan menyesap Caramel Macchiato ke-dua yang beberapa saat lalu dibawa oleh salah satu pramusaji. Perlahan rasa hangat kembali menjalari tubuhku, mengusir jauh-jauh hawa dingin yang hingga menusuk tulang.
Bagaimana dengan dia?
Lagi. Pikiranku terjatuh pada orang yang tetap berdiri sok tangguh di tengah derasnya hujan. Netraku menilik lembut ke arahnya dari kejauhan, mencari hipotesis tentang alasan lelaki itu berdiri disana.
Aku saja yang berada di dalam ruangan masih merasa dingin terus saja mengusik, lalu bagaimana dengan dia? Tidakkah dingin mengganggu pertahanannya?
Setidaknya lima atau sepuluh menit masih dalam batas logika, tapi... dia telah bertahan di tengah hujan deras selama hampir satu jam lebih. Aku berusaha tak ambil peduli, tapi mata dan pikiranku tidak bisa dikendalikan. Semuanya berakhir pada laki-laki itu. Aku merasa ini begitu aneh.
Mungkin ini sudah kali ke-lima atau
empat, aku menangkapnya dalam
pemandangan seperti ini. Terpuruk.Dari kejauhan aku bisa merasakan rasa kosong itu mulai berjalan mendekatiku, giginya yang tampak bergemeletuk menahan dingin atau tangannya yang Ia kepal kuat-kuat, membuatku semakin terhanyut mengarungi perasaannya.
Membayangkan apa saja yang mungkin sedang Ia pikirkan di tengah hujan deras. Cinta? Keluarga? Atau pertarungan jiwa?
Dan mungkin kemungkinan ketiga yang paling menyedihkan. Jika urusan cinta atau keluarga aku kira Ia tak perlu berhujan-hujan ria demi menyelesaikannya, Ia cukup kembali dan mengungkapkan apa yang perlu. Tapi kalau masalah pertarungan jiwa... itu lebih rumit.Karena kau berusaha bertengkar dengan jiwamu sendiri, memperebutkan gelar pemenang bagi satu tubuh yang sama.
Menakutkan.
Tangan-tanganku kembali merangkup gelas dan menempelkannya di mulutku,
yang lalu perlahan menyesap isinya. Aku mengulangi tindakan itu beberapa kali tanpa melepas pandangan pada lelaki itu yang tetap berdiri mematung di sebelah
jembatan.Sosok yang sedari tak bergeming itu mulai melangkahkan kakinya lebih mendekat kearah jembatan sungai. Tungkainya Ia angkat satu, dan disimpan pada undakan besi jembatan. Mungkinkah.... dia ingin bunuh diri?
Aku terkesiap. Ini bukan saatnya untuk menonton atau apapun, Ia memerlukan bantuan setidaknya satu orang harus melakukan sesuatu. Mataku terpejam untuk sebentar, lalu kembali membuka
setelah memutuskan untuk berlari
menyelamatkannya.Badanku bangkit lalu berderap keluar kafe dalam tempo lari, hingga akhirnya sampai di tempat lelaki itu berdiam diri. Kedua kakinya yang hampir melompati jembatan sungai, aku tarik dalam sekali tarikan kasar hingga kamiㅡdia dan aku tersungkur ke tanah. Ia menatapku ganas, tapi rasa kosong itu tetap melekat. Matanya bergerak lincah menandingi air hujan yang semakin turun cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haehyuk Short Romance Story Collection
Fiksi PenggemarAll about Lee Donghae X Lee Hyukjae Love Story (Oneshoot) Hanya sebentar, tapi moment itu sangat spesial. Copyright © KageSoma, 2018.