Sakura kini tengah sibuk menata sarapannya dengan Sasuke diatas meja sementara Sasuke kini tengah sibuk membersihkan dirinya. Semalam tidur Sakura sangat nyenyak, beruntung apartemen Sasuke memiliki dua kamar maka ia pun tak perlu satu kamar dengan Sasuke. Itu membuatnya sangat lega.
Ketika Sakura telah siap menata makanannya Sasuke datang dengan baju santainya lalu duduk dikursi yang berhadapan dengan Sakura. Semalam Sasuke mengatakan bahwa ia harus pulang kerumah pagi-pagi sekali karena ibunya yang terus merengek lewat telepon. Maka dari itu lah Sakura sudah menyiapkan sarapan pagi-pagi sekali. Mereka menyantap makanan mereka dengan tenang lalu berbincang-bincang sebentar. Bahkan Sasuke menyarakannya untuk lari pagi ditaman yang tak jauh dari apartemennya dan mengatakan bahwa taman itu aman dan Sakura tak mungkin bertemu dengan Gaara. Sakura tersenyum kecil mendengar ucapan Sasuke. Pria itu nampak sangat perhatian.
"Kau semakin hari semakin manis saja Sasuke" Goda Sakura memunculkan rona merah tipis dipipi Sasuke membuat Sakura terkikik geli.
"Berhentilah mengodaku" Ucap Sasuke sambil memalingkan wajahnya membuat ia semakin manis dihadapan Sakura.
"Ah baiklah baiklah. Maafkan aku" Ucap Sakura dengan wajah merasa bersalah yang dibuat-buat hingga Sasuke mengangguk pelan.
"Aa aku pergi, jaga dirimu. Nanti aku akan pulang" Ucap Sasuke dibalas anggukan dan senyuman oleh Sakura. Sasuke pun pergi setelah menghabiskan sarapannya.
Setibanya dirumahnya Sasuke dikejutkan dengan tingkah aneh ibunya yang langsung bergelanyut manja dilengannya dan membawanya kemeja makan bahkan dimeja makan sudah tersaji berbagai macam makanan yang bertema tomat. Makanan kesukaan Sasuke sementara sang ayah tengah duduk disana sambil membaca koran menimbulkan kerutan didahi Sasuke tapi pria itu memilih duduk.
"Nah Sasuke makanlah, kau pasti lapar" Ucap Mikoto dengan suara yang terdengar sangat bahagia entah karena apa. Sasuke tak tahu itu.
"Sebelum kesini aku sudah sarapan bu tapi jika ibu memaksa aku akan tetap memakannya" Ucap Sasuke tak ingin mengecewakannya sementara Mikoto kini menatap Sasuke penuh tanya.
"Benarkah kau sarapan? Ibu tak tahu jika kau bisa memasak Sasuke" Ucap Mikoto sambil memiringkan kepala membuat wanita paruh baya itu terlihat sangat mengemaskan dengan wajah bingungnya membuat Fugaku yang sendari tadi diam-diam melirik sang istri bersemu merah dibalik koran yang ia baca.
"Aa Sakura memasak tadi" Jawab Sasuke berhasil membuat Mikoto memekik kegirangan membuat Sasuke menaikan alisnya.
'Sebenarnya ada apa dengan ibu? Dia terlihat aneh sejak tadi' Batin Sasuke penuh tanya akan sikap ibunya itu.
"Jadi seberapa dekat hubungan kalian Sasuke? Ibu melihat kalian di televisi kemarin. Sakura itu manis sekali dan kau tau ekspresi mengemaskannya sangat imut dan lucu" Ucap Mikoto sambil tersenyum senang seraya mengingat-ingat ekspresi malu-malu Sakura yang bahkan bersembunyi dibalik lengan putranya.
"Aa kami hanya t-teman" Jawab Sasuke agak gugup sambil mengaruk pipinya yang nampak bersemu tipis.
"Iss kau mengecewakan ibu. Kau harus segera meresmikan hubungan kalian kejenjang yang lebih serius. Pacaran misalnya ah tidak-tidak bagaimana langsung menikah saja" Ucap Mikoto sambil terkikik geli membayangkan cucunya berambut merah muda.
"I-ibu apa yang ibu p-pikirakan" Ucap Sasuke malu-malu dengan wajah yang merah padam membuat Mikoto gemas sendiri.
"Aa ibu sangat menyukainya Sasuke. Dia cantik, manis, dan terlihat cerdas ketika menjawab pertanyaan Tenten kau tahu caranya bicara sangat tenang, natural dan tak dibuat-buat. Penampilannya sangat sederhana ibu benar-benar menyukainya aa apalagi ibu melihat mu juga menyukainya eh kau mengelus kepalanya secara spontan. Kalian terlihat sangat manis dan cocok" Celoteh Mikoto sambil mengingat-ingat tentang acara W&W kemarin.
"Bukan begitu Fugaku?" Tanya Mikoto melirik Sang suami yang tengah membaca koran.
"Terserah padamu Miko, aku tahu pilihanmu adalah yang terbaik" Ucap Fugaku tersenyum tipis membuat Mikoto girang dan memeluk sang suami.
"Aa kau semakin manis saja Fuga, aku jadi semakin mencintaimu" Ucap Mikoto yang kini sibuk bergelanyut maja dileher sang suami.
"Aku jauh lebih mencintaimu istriku" Ucap Fugaku sambil mendepikan sebelah matanya membuat rona merah menjalar dipipi Mikoto sementara Sasuke memutar bola matanya bosan melihat adegan romantis ayah dan ibunya yang tak kenal umur itu. Sudah tua masih saja suka pamer kemesraan membuat iri saja pikir Sasuke.
Meski begitu Sasuke berharap jika ia dan istrinya bisa tetap harmonis hingga akhir hayat mereka seperti ayah dan ibunya yang masih tetap harmonis dan romantis dimasa tua mereka meskipun ayahnya sering kali membuat ibunya marah hanya karena hal-hal kecil namun Sasuke tahu ayahnya hanya sedang mengoda ibunya karena ayahnya pernah bilang bahwa ibunya sangat manis ketika marah padahal menurut Sasuke dan Itachi ibu mereka sangat menyeramkan ketika marah.
"Ehemmm.." Deheman Sasuke membuat Mikoto kembali keposisi semula sambil mengaruk pipinya malu-malu.
"Jadi kenapa ibu menyuruhku pulang dan masak sangat banyak?" Tanya Sasuke yang baru saja menghabiskan sop tomatnya.
"Aa ibu hanya sedang senang akan mendapatkan menantu baru" Ucap Mikoto membuat Sasuke geleng-geleng kepala. Ibunya itu selalu saja berlebihan ketika terlalu senang.
Sementara itu Sakura kini tengah berjalan bersama Chiyo yang tak lain adalah kepala pelayan dirumahnya. Keduanya tak sengaja bertemu tadi karena kebetulan Chiyo baru saja dari rumah sakit untuk mengecek kesehatannya setiap bulan atas saran dari Sakura. Ketika keduanya tengah asik bercerita ditaman Sakura melihat Sasori tengah merintih kesakitan dengan kaki yang berdarah membuat Sakura buru-buru menghampiri Sasori dan menyuruh Chiyo untuk mengobati Sasori karena kebetulan Chiyo selalu membawa obat merah dan kapas.
Sendari tadi Sakura memperhatikan gerakan Chiyo yang terkesan kaku namun tersirat kecemasan dari matanya. Ketika mengobati Gaara kemarin Chiyo tak secemas ini dan itu membuat beberapa pertanyaan muncul dibenak Sakura apalagi Chiyo yang tak berani menatap mata Sasori. Tak lama kemudian luka Sasori selesai diobati.
"Aa bagaimana kau bisa terluka Sasori?" Tanya Sakura yang duduk disebelah kanan Sasori sementara Chiyo disebelah kiri.
"Aku tersandung dan jatuh" Ucap Sasori sambil mengaruk tengkuknya yang tak gatal membuat Sakura geleng-geleng kepala dengan sikap ceroboh Sasori yang sudah mendarah daging.
"Kau ini kenapa selalu saja ceroboh sih" Ucap Sakura membuat Sasori cengegesan.
"Aku dari kecil memang suka terjatuh. Nenek ku selalu mengobati luka-luka ku makanya dia selalu membawa obat merah dan kapas didalam tasnya karena hapal betul sikap cerobohku yang suka terjatuh" Jawab Sasori sambil mengaruk pipinya malu-malu.
"Aa benarkah? Nenek Chiyo juga selalu membawa obat merah dan kapas untuk berjaga-jaga. Apa semua orang tua selalu membawa barang yang sama?" Tanya Sakura dengan mode berpikirnya.
"Benarkah? Wah aku tak tahu itu. Aku jadi merindukan nenek ku" Ucap Sasori sambil menatap Chiyo dengan mata yang berbinar sementara Chiyo nampak tegang dan hal itu tak luput dari tatapan Sakura.
"B-begitula tuan Sasori" Ucap Chiyo dengan kaku membuat Sakura menaikan alisnya.
"Santai saja nek tak perlu sekaku itu. Tak nyaman rasanya dipanggil seperti itu oleh orang yang lebih tua dariku" Ucap Sasori membuat Chiyo menganggukan kepalanya kaku.
'Ada apa dengan nenek Chiyo?' Batin Sakura bertanya-tanya sambil terus memperhatikan interaksi Chiyo dan Sasori.
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
Charmer
FanfictionSebuah kerjasama akting yang epic antara Sasuke dan Sakura nyatanya membawa mereka pada perasaan yang tak menentu dan saling mengikat. Bukan untuk saling melepaskan namun untuk terus bersama selamanya.