Chapter 9

8.7K 689 4
                                    

Hari ini adalah hari kedua libur Sakura dan Sakura tak ingin menyia-yiakan hari liburnya pun pergi untuk lari pagi ditaman yang letaknya tak jauh dari rumahnya. Mumpung Ken sudah mulai membaik,pikir Sakura. Setelah minum obat dan istirahat yang cukup Ken nampak mulai membaik dan hal itu cukup melegakan bagi Sakura. Sakura terus belari-lari kecil sambil menghirup udara dalam-dalam untuk merileksasikan tubuh dan pikirannya yang mulai stres akibat kemunculan Gaara,pria masa lalunya.

"Sakura?!" Panggil seseorang dari belakang membuat Sakura menghentikan larinya dan menoleh kebelakang. Detik berikutnya mata Sakura nampak berbinar melihat sosok Shimurai Sai,sepupu jauhnya tengah tersenyum kearahnya. Segera saja Sakura berlari dan menabrak tubuh Sai yang langsung memeluk Sakura juga. Tak lama kemudian mereka melepaskan pelukannya.

"Hei,apa kabar? Aku merindukanmu. Sudah 3 tahun tak bertemu eh Cay?" Ucap Sakura girang sambil menyebut panggilan masa kecil milik Sai membuat Sai terkekeh pelan lalu mengancak surai merah muda sepupunya itu. Umur keduanya hanya terpaut 1 tahun dan Sai lah yang lebih tua.

"Ah kabar ku baik Uya" Jawab Sai dengan senyum meledeknya saat menyebut panggilan masa kecil Sakura hingga Sakura mencubit pinggang Sai yang langsung merintih kesakitan.

"Dasar menyebalkan" Ucap Sakura sambil memajukan bibirnya membuat Sai gemas dan langsung mencubit pipi gembul milik Sakura membuar gadis itu mengaduh kesakitan lalu memukul pelan pundak Sai.

"Kau ini benar-benar menyebalkan, sudah pergi tanpa kabar meninggalkan ku dan sekarang dengan seenak jidatmu mencubit pipiku" Ucap Sakura kesal sambil mengelus pipinya yang memerah akibat cubitan Sai yang malah mengaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Ah maafkan aku, aku pergi menyusul seseorang dulu" Jawab Sai malu-malu dengan rona merah tipis menghiasi wajah pucatnya. Sakura nampak terpanah saat melihat ekspresi Sai,Sai banyak berubah. Dulu ia tak pandai untuk berekspresi tapi sekarang ia bahkan tengah bersemu merah.

"Aa jadi siapa yang kau susul itu hm?" Tanya Sakura penuh selidik sambil memainkan jari telunjuknya didepan wajah Sai membuat Sai membuang muka. Sepupunya itu memang pandai mengoda,pikir Sai.

"Sebaiknya kita bercerita dirumahmu saja Sakura dan lagipula aku rindu dengan Ken. Rasanya ingin cepat-cepat bertemu dengannya. Berapa umurnya sekarang?" Ucap Sai membuat Sakura terkekeh kecil lalu mengenggam tangan Sai dan mulai berjalan perlahan di ikuti oleh Sai.

"Aa umurnya 5 tahun" Jawab Sakura sambil berjalan sedangkan Sai hanya mengangguk-anggukan kepalanya pertanda ia mengerti.

Setibanya dikediaman Sakura,Sai hampir saja terserang penyakit jantung akibat sambutan hangat dari Akane yang berteriak sangat kencang melihat sosok Sai bersama Sakura. Sejujurnya Sakura cukup kesal dengan Akane yang selalu saja pulang pergi dari rumahnya.

Tak lama kemudian Ken muncul dari balik tubuh Akane. Bocah pirang itu menatap Sai sambil mengingat-ingat tentang sosok Sai karena rasanya ia pernah bertemu dengan pria pucat itu. Melihat Ken yang terus menatap Sai membuat Sai merasa gemas sendiri. Ia pun berjongkok mensejajarkan tinggi badannya dengan Ken sambil tersenyum hangat.

"Hai bocah cengeng" Ucap Sai sambil mengelus pucuk kepala Ken membuat Ken ingat dengan pamanya itu. Satu-satunya orang yang memanggilnya bocah cengeng hanya dia.

"Paman Cay!" Panggil Ken dengan mata berbinar sedangkan Sai malah mendengus mendengar panggilan dari Ken. Sai bisa mendengar suara Sakura yang tengah terkikik geli membuat Sai merasa kesal.

"Namaku Sai bukan Cay, kau harus meningat itu" Ucap Sai hingga Ken menganggukan kepalanya. Sebenarnya ia tak peduli dengan nama pria dihadapannya itu, yang ia tahu hanyalah paman dihadapannya itu selalu membawakan ia permen lolipop.

Setelah selesai bernostalgia dengan Ken yang nampak antusias bermain dengan Sai, Sai akhirnya memutuskan menghampiri Sakura yang tengah merendam kakinya di kolam berenang. Sai pun ikut mencelupkan kakinya kedalam kolam berenang setelah ia terlebih dahulu mengulung celana panjangnya.

"Ken tubuh dengan baik" Ucap Sai dibalas anggukan oleh Sakura. Gadis itu nampak terdiam sejenak menerawang masa lalunya yang kelam.

"Aku bersyukur Ken tak perlu merasakan apa yang aku rasakan dulu" Sahut Sakura dengan mata sayunya membuat Sai berinisiatif merangkul pundak Sakura.

"Apa Ken sudah tau jika kalian berdua bersaudara?" Tanya Sai dibalas gelengan oleh Sakura. Detik berikutnya Sakura nampak tertawa geli mengingat kelakuan Ken saat tahu ia bukanlah ibu kandungnya.

"Dia menangis sangat kencang saat ku beri tahu lalu berteriak 'tidak mau,mama Ken adalah mama. Ken tidak mau punya kakak' " Ucap Sakura sambil menirukan suara rengekan Ken membuat Sai ikutan tertawa memdengar kisah kepolosan Ken. Seharusnya Ken tak memanggilnya paman tapi mau bagaimana lagi,ia menganggap Sakura sebagai ibunya jadilah ia menjadi pamannya tapi Sai cukup menyukai perannya sebagai seorang paman.

"Ah ya Sai,kau belum menceritakan tentang siapa yang kau susul itu" Ucap Sakura yang baru teringat akan perkataan Sai ditaman tadi membuat Sai mau tak mau harus menceritakan apa yang terjadi dalam hidupnya beberapa tahun yang lalu.

"Aku pergi menyusul Ino, dulu dia kekasih ku. Dia meneruskan kuliah desain nya di paris dan aku tak ingin jauh darinya,aku ingin bersama dia maka aku pun ikut menetap di paris dan ikut kulihah jurusan seni,kau tahu kan aku sangat menyukai seni. Tahun lalu aku melamarnya dan sekarang kami resmi bertunangan. Aku bahagia sekali" Cerita Sai membuat senyuman manis terukir diwajah cantik Sakura. Sakura pun mengelus rahang Sia perlahan membuat Sai kini menatap emerland hijau milik Sakura.

"Aku senang kau sudah menemukan kebahagiaanmu Sai. Kau pantas bahagia atas semua kesulitan yang kau dan aku lalui dulu" Ucap Sakura lembut membuat Sai ikutan tersenyum lembut kemudian menyatukan kening keduanya.

"Tapi aku juga merasa bersalah meninggalkan mu begitu saja disaat kau tengah terpuruk" Ucap Sai dengan mata terpejam. Ia benar-benar merasa bersalah karena telah meninggalkan sepupu yang bahkan sudah ia anggap adik kandungnya sendiri disaat terpuruk dulu.

"Sai,aku baik-baik saja. Kau pantas mengejar kebahagiaanmu, aku akan merasa sangat bersalah jika kau tak pergi saat itu hanya karena aku" Jawab Sakura sambil mengelus rahang kokoh Sai lagi membuat Sai berdesir dengan sentuhan lembut Sakura dan membuka matanya. Hei ayolah ia juga laki-laki jangan berpikir mesum.

"Terima kasih selalu bisa mengerti diriku adik" Ucap Sai sambil mengengam tangan Sakura yang berada dirahangnya. Menjauhkan keningnya dan kening Sakura lalu mengecup pelan punggung tangan Sakura.

"Aku yang seharusnya berterima kasih padamu karena sudah menjadi sepupuku yang baik, yang pernah menemani hari-hari sulitku dulu. Kau yang terbaik kakak" Ucap Sakura dengan senyuman tulusnya di ikuti tetes air mata yang mengalir dipipi mulusnya hingga isakan kecil meluncur dari bibirnya membuat Sai buru-buru memeluk tubuh Sakura erat-erat sambil mengelus pelan punggung Sakura agar gadis itu mulai tenang.

"Hiks tapi hiks semuanya rasanya akan hancur hiks kembali hiks hiks dia kembali Sai hiks" Racau Sakura membuat Sai menengang saat Sakura menyebut kata dia.

"Gaara hiks kembali hiks hiks dia menemuiku kemarin hiks" Racau Sakura kembali menumpahkan segala emosi yang ia pendam setelah pertemuannya dengan Gaara.

Bersambung....

Charmer Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang