Sakura baru saja tiba dirumahnya, ia sangat lelah. Setelah acara pernikahan Naruto dan Hinata malamnya ada acara minum-minum. Awalnya Sakura engan untuk ikut tapi ia merasa tak enak pada rekan-rekan sesama artisnya disana hingga mau tak mau Sakura harus ikut. Sasuke menyuruh seorang bawahannya untuk mengantar Ken pulang. Sakura tak mempermasalahkan itu karena dia tau tak akan terjadi hal buruk pada Ken karena Sasuke pasti akan membunuh bawahannya itu jika Ken kenapa-kenapa.
Sakura masuk kedalam kamarnya, ia bisa melihat Akane yang tengah fokus menulis sesuatu dibuku. Gadis itu duduk disamping jendela yang terbuka lebar. Sakura tak merasa heran jika Akane bisa ada dirumahnya atau dikamarnya sekali pun mengingat Akane memang selalu pulang pergi dari rumahnya seenaknya. Sakura belum berniat menghampiri Akane karena yang ia butuhkan saat ini hanyalah mandi.
Setelah rapi dan mengenakan piyama tidur bergambar beruangnya, Sakura masih melihat Akane ditempat yang sama. Membuat Sakura menghampirinya dan menutup jendela tapi nampaknya Akane tak menyadari kehadiran Sakura terbukti dari dirinya yang masih fokus menulis.
"Ku rasa bukumu nanti akan sangat bagus" Ucap Sakura yang duduk disamping Akane membuat Akane tersentak kaget dan baru menyadari kehadiran Sakura.
"S-sakura kau? Su-sudah tahu?" Ucap Akane terbata-bata dengan rasa tidak percayanya.
"Aa aku melihat gambar cover bukunya saat aku mau menyalin foto kita dari laptopmu ke ponselku" Jawab Sakura membuat Akane menundukan kepalanya.
"A-aku tidak-" Akane terdiam, ia tak tahu harus berkata apa. Ia hanya takut membuat Sakura kecewa.
"Akane" Panggil Sakura dengan lembut membuat Akane mendongakan kepalanya menatap Sakura.
"Bagiku tak masalah jika kau berminat menjadi seorang penulis. Justru aku senang karena akhirnya kau bisa melebarkan sayapmu. Sudah saatnya kau memilih jalanmu sendiri Akane, jangan merasa bahwa aku akan mencegahmu tetap bersama ku. Aku menghargai abdimu padaku tapi bukan berarti kau tak punya kebebasan Akane karena sejak awal aku memang sudah membebaskanmu. Aku tak pernah menuntut kau untuk bersamaku tapi kau yang memilih jalan itu" Ucap Sakura setenang mungkin membuat Akane terteguh.
Sakura terlalu baik ah tidak keluarga Haruno terlalu baik padanya. Orang tua Akane dulu berkerja dengan keluarga Haruno tapi sayangnya ketika Akane berumur 13 tahun ayah Akane meninggal dunia dan 2 tahun setelahnya ibu Akane menyusul. Seharusnya Akane tak tinggal dikediaman Haruno lagi tapi Sakura tahu bahwa Akane tak punya siapa-siapa maka dari itu Sakura membiarkan Akane tetap tinggal dan membiayai sekolahnya hingga lulus sekolah menengah atas.
Akane sangat menghormati dan menyayangi Sakura. Sakura segalanya bagi Akane, Sakura adalah dunianya. Sakura seperti ibu baginya, memberikan kasih sayang dan selalu memberi bahunya dengan suka rela ketika Akane punya masalah. Sakura seperti ayah baginya, memberinya tempat tinggal, makanan, menyekolahkannya dan memberinya uang. Sakura seperti kakak baginya, memberinya perlindungan dan rasa aman. Sakura seperti sahabat baginya, memberinya kehangatan, menemaninya dan mendengarkan keluh kesahnya. Dan Sakura satu-satunya orang yang memandangnya sebagai Akane bukan sebagai asisten Sakura.
"Sakura kau hiks..." Ucap Akane hingga isakan demi isakan pun lolos. Sakura memeluknya memberikan kehangatan.
"Jangan menangis Akane" Ucap Sakura mengelus lembut helaian hitam surai Akane.
Cukup lama Akane menangis hingga akhirnya gadis itu mulai tenang. Sakura menghapus air mata Akane dengan ibu jarinya, mengusap dengan lembut pipi Akane.
"Merasa jauh lebih baik?" Tanya Sakura dengan pandangan lembut yang selalu bisa membuat Akane tenang.
"Ya kurasa begitu, terima kasih atas segalanya Sakura. Kau sangat baik padaku" Ucap Akane dengan tulus membuat Sakura menganggukan kepalanya.
"Sebaiknya kau tidur, hari sudah larut. Jangan lama-lama berdiam diri disini, aku tidur duluan" Ucap Sakura mengelus kepala Akane sejanak lalu beranjak dan berbaring dikasur.
.
.
.
Sakura membangunkannya pagi-pagi sekali dan langsung mendandaninya. Ia mengenakan sweeter merah muda milik Sakura dan celana jens pendek milik Sakura karena ia semalam tak membawa pakaian. Sakura menguncir rambut Akane pony tail membuat wajah cantik Akane terekpose dengan jelas. Make up yang Sakura berikan tak terlalu menor dan sangat natural.
Sakura membawanya turun kelantai bawah, gadis itu nampak sangat senang membuat Akane was-was dan benar saja. Sakura menyuruhnya untuk pergi bersama Gaara dan anak Gaara, Yuki. Awalnya Akane menolak tapi Sakura itu pandai merayu jadilah mau tak mau Akane pergi bersama Gaara.
'Kau tak kasihan pada Yuki? Dia sepertinya kesepian. Ibunya sudah meninggal dan dia hanya punya ayah. Apa kau tak kasihan?'
Itulah yang dikatakan oleh Sakura dan demi apa pun Akane tak suka membuat anak kecil menangis dengan menolak tawaran Gaara. Anak ya. Anak adalah salah satu alasan orang tua mau tetap mempertahankan pernikahan mereka walaupun mereka sudah tak memiliki kecocokan apapun hanya agar anak mereka merasakan memiliki keluarga yang utuh tapi sayangnya pilihan mereka terkadang membuat anak itu sendiri terluka dengan melihat pertengkaran mereka setiap hari.
Sakura nyatanya terluka. Orang tuanya memang bertahan atas pernikahan mereka demi Sakura tapi mereka jauh lebih melukai Sakura dibandingkan dengan perpisahan mereka. Mereka secara terang-terangan menunjukan ketidak harmonisan dalam keluarga dan itu melukai Sakura.
Sakura menatap Ken yang sendari tadi tengah bermain dengan robot-robotan miliknya dikamar. Sakura benci orang tuanya yang sering bertengkar dan memukulnya bahkan Sakura benci orang tuanya karena tega menelantarkan Ken ketika ia bahkan baru lahir tapi disudut hati Sakura yang paling dalam Sakura mencintai mereka. Sakura rindu masa ketika ia masih kecil, ketika ia hidup sederhana dengan ayah dan ibunya yang konyol. Tanpa sadar air matanya menetes membuat Ken buru-buru memeluk Sakura.
"Mama? Kenapa mama menangis? Ken janji akan merapikan kamar Ken setelah Ken selesai bermain. Mama jangan menangis" Ucap Ken yang langsung menghapus air mata Sakura.
"Tidak Ken, Mama tidak menangis karena itu" Ucap Sakura dengan lembut sambil mengelus surai kuning milik Ken.
"Lalu kenapa Mama menangis? Apa mama bertengkar dengan papa? Kata teman Ken, mamanya sering menangis karena bertengkar dengan papanya. Apa papa melukai mama?" Tanya Ken dengan cemas.
"Mama tidak bertengkar dengan papamu Ken" Ucap Sakura sambil mengelap air matanya yang tak ingin berhenti.
"Lalu kenapa mama menangis ma?" Ucap Ken yang tak mengerti alasan mamanya menangis.
"Mama hanya rindu pada Kakek dan nenekmu" Ucap Sakura membuat Ken mengembungkan pipinya.
"Rindu itu jahat ma, dia membuat mama menangis. Katakan pada Ken, biar Ken memukulnya" Ucap Ken membuat Sakura terkekeh pelan.
"Rindu itu memang jahat dan rindu itu egois" Ucap Sakura tapi Ken tak mengerti apa arti ucapan Sakura tapi Ken senang karena mamanya akhirnya tertawa.
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
Charmer
FanfictionSebuah kerjasama akting yang epic antara Sasuke dan Sakura nyatanya membawa mereka pada perasaan yang tak menentu dan saling mengikat. Bukan untuk saling melepaskan namun untuk terus bersama selamanya.