13. Dinner

209 19 2
                                    

This part written by feni_cempaka

Happy reading.


Heels  putih  tulang  membaluti  kaki  jenjang  Laura  dengan  indahnya.  Gadis  berrambut  bruntte  itu  tengah  berjalan  melewati  lorong  Apartmentnya lalu  berhenti  saat  Laura  sudah tiba  di  depan  pintu  apartment  miliknya.

Tangan  Laura  merogoh  tasnya untuk  mengambil  sebuah  kunci.  Laura  memasukkannya  pada  lubang  kunci  lalu   memutarnya  hingga  pintu  itu  terbuka.  Laura  menutup  pintu  lalu  melempar  tasnya  ke  sofa.

Ia  menjatuhkan  bokongnya  di  sofa  kemudian  menyandarkan  punggungnya.  Netra  birunya mulai  memandang  langit-langit apartment.

Hari  yang  melelahkan, itulah kalimat  yang  cocok  untuk  Laura.  Suara  dering  ponsel  membuat  Laura  melirik  tasnya  kemudian  menegakkan   tubuh  untuk  meraih  tasnya  lalu   mengambil ponsel.

Nicholas...

Laura  menyernyit  aneh,  ia  menggeser  icon  sebuah  telpon berwarna   hijau.

"Hallo,"  Laura  kembali  menyandarkan  punggungnya  pada  sofa.  Cukup  lama  menunggu  jawaban  dari  sebrang  sana,  'tak  lama  pria  itu  mulai  berbicara.

"Hey,  honey.  How  are  you  today?  are you fine?  I  miss  you  so  much."

Laura  terdiam,  'tak  menjawab  pertanyaan  Nic.  Ia  'tak  berniat menjawabnya,  ia  sedang  malas. Lagi  pula,  Nic  bukan  kekasihnya.

"Laura?  apa  kau  masih  di  sana?" Ucap  Nic  di  ujung  sana.

Laura  menghembuskan  nafasnya  dan  bergumam.
"Ada  apa  kau  menelponku?"  tanya  Laura  tanpa  basa-basi.  Ia lelah,  membuatnya  malas  untuk  berbicara  banyak.

"Okay.  Laura,  aku  hanya  ingin  mendengar  suaramu."

Ucapan  Nic  berhasil  membuat  kedua  pipi  Laura  merona. Bibirnya  tertarik  ke  atas  membentuk  bulat  sabit.  Namun ia  segera  menormalkan  wajahnya.  Ia  berdehem, 

"Maaf  Nic,  sepertinya  aku  punya  tugas  kantor  yang  belum  di  kerjakan.  Sampai  jumpa."

Laura  memutuskan  panggilan  itu,  kemudian  melempar   ponselnya  ke  samping  tubuhnya.  Laura  memegang  kedua  pipinya  dan  tersenyum  senang.  Nic  selalu  berhasil  membuatnya  seolah  terbang  ke atas  awan.

Laura  beranjak  dari  duduknya  kemudian  berjalan  memasuki  kamarnya.  Ia  menutup  pintu  kamar  lalu  berjalan  ke  arah  balkon.  Hembusan  angin  sore  adalah  hal  pertama  yang  Laura  rasakan  saat  membuka  pintu  balkon.

Netra  birunya  memandang  kota  paris  yang  kini  terpampang  jelas  di  hadapannya.  Laura  memegang  pagar  balkon  lalu  menghirup  udara  yang  terasa  dingin.  Kedua  matanya  tertutup,  dengan  bibir  yang  melengkung  ke  atas.

Ia  kembali  membuka  matanya  kemudian  berbalik,   menyandarkan  tubuhnya  pada  pagar  balkon. Netra  birunya  kini  terfokus  pada  suatu  objek.  Sebuah  buket  bunga  mawar  merah,  kini  tergeletak  di  meja  balkonnya.  Gadis  paris  itu  melangkah  dan  meraih  bunga  itu.

Memandang  heran,  sekaligus  kagum  pada  bunga  itu.  Jemari  Laura  menarik  sebuah  kertas  pink  yang  digulung,  dari  sela-sela  buket  itu.  Ia  menatap  surat  itu  dan  meletakkan  buketnya  di  meja.  Ia  mulai  membuka  tali  surat  itu  yang  berwarna  hitam  dan  membuka gulungannya.

Luxurious Guy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang