This part written by feni_cempaka
Happy reading.
Heels putih tulang membaluti kaki jenjang Laura dengan indahnya. Gadis berrambut bruntte itu tengah berjalan melewati lorong Apartmentnya lalu berhenti saat Laura sudah tiba di depan pintu apartment miliknya.
Tangan Laura merogoh tasnya untuk mengambil sebuah kunci. Laura memasukkannya pada lubang kunci lalu memutarnya hingga pintu itu terbuka. Laura menutup pintu lalu melempar tasnya ke sofa.
Ia menjatuhkan bokongnya di sofa kemudian menyandarkan punggungnya. Netra birunya mulai memandang langit-langit apartment.
Hari yang melelahkan, itulah kalimat yang cocok untuk Laura. Suara dering ponsel membuat Laura melirik tasnya kemudian menegakkan tubuh untuk meraih tasnya lalu mengambil ponsel.
Nicholas...
Laura menyernyit aneh, ia menggeser icon sebuah telpon berwarna hijau.
"Hallo," Laura kembali menyandarkan punggungnya pada sofa. Cukup lama menunggu jawaban dari sebrang sana, 'tak lama pria itu mulai berbicara.
"Hey, honey. How are you today? are you fine? I miss you so much."
Laura terdiam, 'tak menjawab pertanyaan Nic. Ia 'tak berniat menjawabnya, ia sedang malas. Lagi pula, Nic bukan kekasihnya.
"Laura? apa kau masih di sana?" Ucap Nic di ujung sana.
Laura menghembuskan nafasnya dan bergumam.
"Ada apa kau menelponku?" tanya Laura tanpa basa-basi. Ia lelah, membuatnya malas untuk berbicara banyak."Okay. Laura, aku hanya ingin mendengar suaramu."
Ucapan Nic berhasil membuat kedua pipi Laura merona. Bibirnya tertarik ke atas membentuk bulat sabit. Namun ia segera menormalkan wajahnya. Ia berdehem,
"Maaf Nic, sepertinya aku punya tugas kantor yang belum di kerjakan. Sampai jumpa."
Laura memutuskan panggilan itu, kemudian melempar ponselnya ke samping tubuhnya. Laura memegang kedua pipinya dan tersenyum senang. Nic selalu berhasil membuatnya seolah terbang ke atas awan.
Laura beranjak dari duduknya kemudian berjalan memasuki kamarnya. Ia menutup pintu kamar lalu berjalan ke arah balkon. Hembusan angin sore adalah hal pertama yang Laura rasakan saat membuka pintu balkon.
Netra birunya memandang kota paris yang kini terpampang jelas di hadapannya. Laura memegang pagar balkon lalu menghirup udara yang terasa dingin. Kedua matanya tertutup, dengan bibir yang melengkung ke atas.
Ia kembali membuka matanya kemudian berbalik, menyandarkan tubuhnya pada pagar balkon. Netra birunya kini terfokus pada suatu objek. Sebuah buket bunga mawar merah, kini tergeletak di meja balkonnya. Gadis paris itu melangkah dan meraih bunga itu.
Memandang heran, sekaligus kagum pada bunga itu. Jemari Laura menarik sebuah kertas pink yang digulung, dari sela-sela buket itu. Ia menatap surat itu dan meletakkan buketnya di meja. Ia mulai membuka tali surat itu yang berwarna hitam dan membuka gulungannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luxurious Guy ✔
RomancePria brengsek, tapi... Shit. You guys must read this story. #end!