Part 5

2.6K 226 12
                                    

#Surviving_Suria.
(Part 5)

Marwah mengacungkan paperbag coklat itu ke depan mata ini sambil berucap, “Bisa kah kamu menjelaskan tentang benda ini?”

Mendadak lidah terasa kelu, otakku bahkan tidak menemukan sepatah kata pun. Kedua mata ini memandangi karpet hijau yang menutupi lantai dengan dada berharap benda itu akan membelah dan menelan tubuhku. Doa terlafaz di hati, berharap Tuhan menyelamatkan situasi.

Terdengar suara langkah kaki di tangga yang semakin mendekat. Tidak lama kemudian, pria itu muncul dengan kaos tidur putih dan salwar* yang sewarna.

Ah, apakah ini berarti Allah telah mengirimnya sebagai Sang Penyelamat lagi?

“Kalian ada apa, sih? Jam segini sudah berisik.” Mata beralis tebal itu memandangi kami. Sejenak pupil itu melihat benda yang dipegang Marwah.

“Lihat Kak, aku menemukan ini di kamar perempuan itu.” Paperbag coklat itu sekarang diacungkan ke arah Omar.

Omar memandangi benda itu. Matanya sempat membesar dengan alis yang naik. Namun sejenak kemudian, wajah itu kembali seperti semula. Tampaknya gadis itu tidak sempat memerhatikannya.

“Terus sekarang apa masalahnya? Apakah barang itu punyamu atau Mama?” Suara pria itu masih datar, seolah tidak terjadi apa-apa.

Wajah Marwah kelihatan kesal. Sambil mendengus dia berucap,

“Bukan punya kami sih, tapi dia mendapatkannya dari mana? Pembantu yang tidak pernah keluar,” dia berhenti sejenak untuk bernapas dan menengok ke arahku, “bahkan duitnya juga ngga sampai seharga barang ini.”

Aku hanya diam membisu memainkan jemari kiri. Sesekali mata ini menengok ke arah Omar, lalu Marwah.

Tenang ... Omar akan menyelesaikannya untukmu, Suria.

“Dari mana kamu memperoleh barang ini?” Omar menoleh ke arahku.

Serasa disambar petir di cuaca cerah. Bagaimana bisa dia menanyakannya? Sebegitu teganya kah, pria yang baru semalam menjanjikan sebuah pernikahan itu. Kenapa dia tidak melindungiku?

“Ehm ... aku menemukan benda itu saat ... buang sampah.” Kalimat itu meluncur begitu saja dari mulutku.

Marwah memicingkan mata sambil memprotes,
“Maksudmu? Ya ukthi, benda ini asli, ngga mungkin ada di bak sampah.”

“Iya, aku melihat benda itu tergeletak di bawah bunga semak yang dekat bak sampah dan mengambilnya.” Sebuah alasan yang tidak logis, tapi hanya itu yang muncul di otak.

Saat Marwah mau membuka mulutnya lagi, Omar angkat suara.

“Ah, aku paham. Hal yang viral di sosial media, akhir-akhir ini. Pacar gelap.”

Sekarang giliranku dan Marwah yang memandanginya.

“Kejadian seperti ini sudah menjadi rahasia umum. Pacar gelap yang susah menemui kekasihnya, bahkan untuk sekedar memberinya hadiah. Kalian tahu kan, tabu?” Omar mengucapkannya dengan lancar dan santai. Pintar.

“Salah satu ide mereka ya ... itu. Menaruh hadiahnya di tempat yang telah disepakati, agar tidak ada kecurigaan di keluarga,” tambahnya sambil mengangkat kedua tangan dan bahu.

Marwah memutar mata beberapa kali sebelum memprotes kakaknya,

“Ucapanmu tampak meyakinkan, Ya Umri! Pengalaman, kah?”

“Apakah kalau kamu ngomong soal surga dan neraka dengan meyakinkan, itu artinya kamu sudah mengalaminya, Ya Hilwa?” Dia menatap tajam ke arah adiknya.

SURVIVING SURIA (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang