2.

40 0 0
                                        

Berlari secepat mungkin menuju pintu masuk terminal keberangkatan,karena jam keberangkatan pesawat yg akan kutumpangi sudah sangat mepet. Dan aku harus menemui seseorang yang akan membantuku, karena ini pengalaman pertamaku naik pesawat terbang, Pak Tedjo namanya, dia teman mamaku dan dia bekerja di bandara Juanda ini sebagai personil keamanan bandara (Aviation Security).

Rupanya pak Tedjo sudah menungguku di tempat pemeriksaan tiket sebelum masuk ke dalam terminal keberangkatan. Bergegas beliau minta tiket dan KTPku lalu segera membimbingku masuk, memberitahuku untuk meletakkan bagasi & tas melalui mesin x-ray, kemudian menemaniku menuju check-in counter menukarkan tiket dengan boardingpass, selanjutnya dengan setengah berlari kami menuju ruang tunggu, lagi2 aku harus melalui pemeriksaan keamanan. Begitu memasuki ruang tunggu yang akhirnya aku tahu bahwa ruang tunggu di bandara itu sebutannya adalah GATE 😅, bertepatan dengan dipanggilnya penumpang untuk segera boarding. Segera aku berterima kasih pada pak Tedjo dan bergegas masuk ke dalam pesawat.

Aku mulai memperhatikan detil setiap langkah yang kuambil, melihat sambutan pramugari yang ramah, memperhatikan kerepotan & kesibukan masing2 penumpang, ada yg sibuk mengurus menyimpan bagasi kabinnya, ada yg sedang kerepotan dengan anak-anaknya, ada juga yang sedang bernegosiasi dg sesama penumpang lainnya untuk bisa bertukar tempat duduk. Aku melihat kembali ke arah boardingpass memastikan nomor tempat dudukku. 23B 😕 lumayan agak ke belakang, sayangnya dapat kursi di tengah.

Sejenak duduk, pramugari menghampiri tempatku dan menawarkan permen, konon katanya supaya telinga tidak sakit ketika pesawat ini lepas landas maupun mendarat. Aku mengambil 2 bungkus, satu untuk persiapan nanti sebelum mendarat. Sudut mataku melirik penumpang disebelahku yang mengambil segenggam permen!😱 hehehehe... Positif thingking Salma... Mungkin untuk oleh2 anaknya...😁

Pikiranku kembali melayang, kali ini bukan tentang Mesa, tapi tentang Jakarta. Akan seperti apa nanti kehidupanku setelah ini, apakah aku sanggup berjuang di sana.

Jakarta, ibu kota negara yang konon kejamnya lebih dari ibu tiri 😰 (maaf bukan bermaksud men-generalisir, toh memang ada ibu tiri yg buaiiiiiiknya kebangetan semacam mbak artis yang keluarga A6 itu loh, tapi tak bisa dipungkiri bahwa mindsetku terbentuk akibat dulu pernah nonton film ratapan anak tiri dan sukses membuatku nangis tersedu-sedu di depan TV 😅)

"Flight attendant prepare for landing"

Suara pak Pilot membuyarkan lamunanku. Kualihkan pandangan keluar jendela pesawat, mencoba menikmati momen akhir penerbangan pertamaku dengan keringat dingin, ya! Aku takut ketinggian, rasanya ketika melihat ke bawah seperti ada kekuatan gaib yang menarik-narik tubuhku untuk jatuh ke bawah, sepertinya tidak ada lantai pesawat yg kuinjak seolah2 kakiku bergelantungan bebas dan siap terjatuh kapan saja. Hiiihhhhhh... Akhirnya kuputuskan untuk menutup mata dengan masih bergidik ngeri mengingat pemandangan yang barusan kulihat. Masih untung aku duduk di kursi bagian tengah, tidak bisa kubayangkan kalau harus duduk tepat disisi jendela pesawat. Mungkin bagi sebagian orang akan sangat menyenangkan melihat keluar jendela pesawat. Tapi bagiku hal ini adalah sebuah masalah besar 😰

Dengan mata masih terus terpejam kudengar beberapa kali suara pilot memberi semacam aba-aba dalam bahasa inggris, tapi entah apa aku tidak terlalu jelas mendengarnya. Karena bagiku menghilangkan bayangan ketinggian yang terlanjur terrekam dalam otakku adalah lebih penting, hingga akhirnya kurasakan semacam hentakan yang kuyakini bahwa pesawat telah mendarat dan kuberanikan diri membuka mata dan melihat kembali ke luar jendela. Hmmmhhh... Jakarta...

"Para penumpang yang terhormat saat ini pesawat telah mendarat di bandar udara internasional Soekarno-Hatta.... blah.. Blah... Blah... "

Begitulah kira-kira pemberitahuan dari pramugarinya. Syukurlah... sebaiknya omku tidak terlambat menjemputku. Karena aku yang fakir informasi tentang Jakarta ini pasti akan sangat mudah tersesat di "hutan belantara" ibu kota ini.

Miles AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang