Hari ini adalah hari Minggu, dimana Abell akan berolahraga lari mengelilingi kompleks rumahnya dan menuju taman untuk membeli makanan favoritnya.
Meskipun kakinya masih terasa sakit tapi tak membuatnya menjadi manja dengan tidak jadi berohlahraga. Apalagi semalam Abell sudah meminta salah satu pembantu yang bisa memijat untuk memijat kakinya yang ternyata keseleo dan hasilnya memuaskan.
Abell sudah siap dengan trining hitam panjang dengan garis pink, kaos polos warna putih dengan logo Addidas, sepatu berwarna biru dongker, tak lupa dengan topi berwarna abu-abu dengan gambar centang.
Headshet sudah menempel manis, lagu mulai terdengar, dan ia siap untuk berlari! Yeyy...
Setelah melakukan pemanasan Abell segera berlari meninggalkan rumah yang masih sepi karena semua penghuni rumah masih tertidur, termasuk Adell.
Suasana kompleks masih sepi dan hanya ada beberapa orang yang sedang lari sepertinya. Menyempatkan diri untuk berolahraga disaat kesibukan melanda memang sangat penting.
Keringat sudah memenuhi tubuhnya, dan Abell membiarkan air keringat itu jatuh. Ia berbelok dan tak lama dia akan sampai di taman komplek setelah berlari cukup lama.
Abell berhenti dan duduk di salah satu bangku taman. Ia mendongak, menghirup udara segar di pagi hari dengan dalam-dalam. Membuat paru-parunya terasa segar.
Abell menyipitkan matanya, ia seperti melihat seseorang yang baru saja kepergok sedang menatapnya. Seseorang itu sekarang sedang bersembunyi di balik pohon besar tak jauh darinya.
Sejenak, Abell berpikir apakah itu manusia atau hantu? Karena ia hanya melihatnya sekilas.
Penasaran, Abell mulai berjalan kearahnya. Suara rumput basah yang terinjak terdengar jelas. Dan kurang sedikit lagi ia akan sampai tetapi, suara ketukan sendok dengan wajan yang nyaring membuatnya langsung menoleh dan berlari ke sumber suara.
"Mang! Mang! Beli..." Teriak Abell, ia berlari dengan sangat cepat dengan senyum yang merekah diwajahnya.
Pedagang yang menggunakan sepeda motor itu berhenti, lalu tersenyum kepada sang pelanggan setia, Abell.
"Neng, Abell... Pagi-pagi sudah manggil saya aja. Kangen, ya? Hahaha!" Canda Mang Rudi, pedagang telur gulung yang menjadi favorit semua orang.
Abell hanya tersenyum simpul. "Saya beli tujuh ribu aja mang!"
"Oke, siap komandan. Ditunggu ya."
Abell mengangguk dan melihat bagaimana lihainya Mang Rudi saat menyatukan telur goreng dengan tusuk.
Ia selalu ingin bisa masak seperti Mang Rudi, tapi ia tak ahli dalam bidang memasak. Ia bahkan sempat mencoba membuatnya tapi yang ada malah telur itu hangus dan hancur. Dan lebih parahnya penggorengannya terlihat mengenaskan, membuat Adell menertawainya saat dirinya dimarahi mama.
"Ini dia, telur gulung original tanpa caus apapun untuk neng Abell seorang."
Abell menerimanya seraya mengulurkan uangnya. "Terimakasih, Mang.."
"Sama-sama, Neng!"
Ya, Abell sangat menyukai telur gulung buatan Mang Rudi. Baginya tidak ada yang bisa membuat makanan ini selain Mang Rudi. Bahkan mamanya sendiri. Bukannya menjelek-jelekkan Dira, tapi memang benar itu adanya.
Abell berjalan menjauh seraya memakan telur itu, di pagi yang dingin enaknya memang makan makanan panas seperti ini.
Right?
Abell duduk di tempat tadi, ia meniup telur itu lalu memasukkannya ke dalam mulut. Matanya menatap danau buatan yang indah memanjakan mata. Apalagi ada burung-burung yang tampak berterbangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo Twins
HororKami berbeda, dan tentu saja karena kami istimewa. ▶◀ Apa kalian percaya jika hantu itu ada dan selalu berada di sekitar kita? Kira-kira apa yang akan kalian lakukan jika kalian bisa melihat mereka'? Ini kisah si kembar dan dua pemuda tampan yang si...