Gadis yang sedang melamun itu melirik pintu kamarnya yang di ketuk. Sebelah alisnya terangkat tinggi, heran dengan siapa yang mengetuk pintu sore-sore begini.
Apakah itu Adell? Tapi biasanya adiknya itu langsung masuk tanpa di ketuk. Apa mama? Rasanya bukan, apa... sosok hantu?
Tapi, auranya bukan seperti hantu.
Lalu siapa?
"Sebentar. " teriak Abell ketika ketukan di pintu takkunjung berhenti. Dengan malas gadis itu menyeret kakinya menuju pintu dan membukanya.
Abell mendongak lalu memelototkan matanya, "OMA??"
Wanita dengan rambut berwarna putih uban itu tersenyum dan langsung membalas pelukan Abell.
"Abell... lama banget sih bukain pintunya? Oma pegal tau." Rajuk wanita itu, membuat Abell memperlihatkan giginya.
"Maaf, Oma. Abell kira siapa, ayo masuk."
Masih sambil berpelukan kedua perempuan beda generasi itu masuk lalu duduk di atas kasur besar Abell.
"Oma kangen banget sama cucu oma satu ini." Ujar Oma dengan senyumnya yang masih menawan di umurnya yang tak lagi muda. Kedua tangannya yang sudah keriput mengelus rambut Abell lembut.
"Abell juga kangen oma. Banget malah."
"Sini duduk di depan, Oma." Abell yang paham dengan maksud Oma pun duduk di depan wanita itu.
Oma mulai mengepang rambut halus Abell. Sudah menjadi kebiasaan Oma yang suka mengepang rambut cucu-cucunya. "Abell apa kabar? Semuanya baik-baik saja kan."
Abell memeluk lututnya, "Baik kok, Oma. Abell kuga sudah bisa mengontrol kemampuan Abell. Jadi Abell sekarang sudah mulai tidak terusik lagi."
"Bagus kalau gitu. Oma seneng dengernya."
"Iya, Oma. Oma sendiri tumben ke sini?"
"Tidak papa. Oma hanya rindu kalian." Oma menghela setelah kepangan rambut Abell selesai.
"Hayo, pada ngobrolin apa hm?" Sahut adell yang tiba-tiba muncul dengan nampan di tangannya. "Oma? Adell juga mau di kepang!"
"Sini sayang." Abell pun berpindah posisi. Dengan senyum merekah Adell mengayunkan kakinya menghampiri Oma setelah meletakkan nampan di nakas.
"Adell gimana sama kemampuannya?"
Adell menoleh sekilas, "Adell udah bisa kontrol, Oma. Jadi Adell gak perlu lagi pusing-pusing karena melihat masa lalu mereka."
"Syukurlah.. melihat kalian, Oma jadi teringat kakung kalian." Lirih Oma dengan sendu, rindu berat dengan almarhum suaminya itu.
"Oma, jangan sedih. Nanti kakung juga ikut sedih disurga." Sahut Adell sambil sedikit menoleh kebelakang. Yang diangguki oleh Abell.
"Iya, oma gak sedih. Cuma," Oma menggantung ucapanya selagi menyelesaikannya kepangan. "Rindu, hehe."
Setelah selesai mereka bertiga melingkar. Oma menatap Abell dan Adell bergantian.
"Besok kan malam minggu, kalian pada sibuk?"
"Engga." Kata Abell.
"Iya, kita kan jomblo, Oma. Jadi di rumah saja. Haha."
"Hmmm, masa sih cucu-cucunya oma ini gak ada pacar?" Tanya oma dengan tersenyum geli dan kedua alisnya yang naik turun.
Adell mendengus, "Engga, oma. Suer!"
"Iya, gak penting juga pacaran." Acuh Abell.
"Aishhh! Nikmatilah waktu muda kalian." Oma memasukkan potongan kue ke dalam mulutnya. "Kalau gebetan ada?"
Oma melirik Abell, cucunya satu itu tampak tak tertarik dengan topik kali ini dan sangat anti dengan cowok. Lirikan Oma pindah ke Adell, senyum mngembang di bibirnya saat melihat reaksi Adell.
Gadis itu melamun dengan wajah memerah.
Tau kan maksudnya?
"Gane...sha?" Celetuk Abell tiba-tiba, yang membuat Adell berteriak panik dan langsung mendekap mulut Abell.
"Ganesha? Siapa dia?"
Abell yang hendak menjawab pun tak bisa karena tangan Adell yang mendekap mulutnya.
"Bu-- bukan siapa-siapa, Oma!"
---
"Jadi... kamu lagi suka sama kak Ganesha?" Gumam Abell, menatap Adell yang sedang duduk di depannya sambil bermain ponsel. Mereka sedang berada di balkon kamar Abell.
Adell langsung mendongak, meringis malu. Dia hanya bisa mengangguk saja, karena percuma kalau berbohong kepada Abell.
Abell membuang pandangannya, menatap langit senja yang indah. "Sejak kapan?"
"Sejak awal mos."
Cukup lama, batin Abell.
"Aku harap dia juga menyukai ku." Curhat Adell, menghela napas panjang. "Sifatnya yang baik dan murah senyum membuat ku menaruh hati kepadanya. Tapi sayang, dia juga melakukan itu kepada semua orang. Tapi tak apa, aku tetap menyukai kak Ganesha!" Adell mengembangkan senyumnya, membuat Abell bergidik. Takut jika bibir Adell robek karena terlalu lama dan terlalu lebar saat tersenyum begitu.
"Apa sesuka itu? Udah berjuang?" Lihat, meskipun Abell dingin, gadis itu tetap perhatian kepada sang adik tercinta.
"Iya! Belum... Aku terlalu malu. Andai saja kak Ganesha mau jadi pacar aku. Huh..... indahnya dunia. Hahahah!"
Melihat pancaran sinar bahagia di mata Adell, membuat Abell ingin melakukan sesuatu. Dia ingin Ganesha dan Adell berpacaran, seperti yang Adell inginkan.
Yah... mungkin saja dia bisa mencomblangkan keduanya. Meskipun dalam hati Abell sedikit ragu. Tapi tak apa, untuk adik nya itu apa sih yang tidak?
Dan pertama-tama... Dia harus membuat Ganesha melirik Adell.
TBC--
Ada yg nungguin cerita ini?
Hmmm, lama juga ga update.👻JANGAN LUPA VOTE COMENT FOLLOW👻
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo Twins
HorrorKami berbeda, dan tentu saja karena kami istimewa. ▶◀ Apa kalian percaya jika hantu itu ada dan selalu berada di sekitar kita? Kira-kira apa yang akan kalian lakukan jika kalian bisa melihat mereka'? Ini kisah si kembar dan dua pemuda tampan yang si...