👻 18. Lab

390 73 29
                                    

Hari ini adalah hari paling Abell benci. Dimana pelajaran Kimia berlangsung dan seluruh murid kelasnya harus pergi menuju lab.

Diseluruh sekolah selain gudang dan uks maka lab laboratorium sekolah adalah tempat ketiga dimana berkumpulnya para setan.

Abell memasuki lab dan duduk di barisan tengah, selalu tengah dan tidak mau jika duduk paling pojok. Karena 'mereka' akan mengganggunya.

Dua air conditioner menyala, membuat suasana dingin terasa. Abell merapatkan jas lab putih miliknya. Tangan kirinya bergerak mengelus leher saat aura dingin lewat. Aura tak bernyawa.

Abell seketika bergidik ngeri saat matanya tak sengaja melirik ke dalam almari pojok. Genderuwo penjaga lab. Seluruh tubuu besarnya berwarna hitam, rambut sangat kasar dan mengembang tak beraturan. Kedua matanya yang memancarkan warna merah gelap namun menyala.

Tal ada alis dan hidung saking hitamnya aura yang menyelimutinya. Bibir terbuka lebar sekitar lima puluh centi meter dengan dua gigi taring yang sangat panjang. Dan gigi-gigi tajamnya yang mengeluarkan cairan hijau lumut dan merah.

Abell menelan ludah saat kepala itu berputar 360° lalu terjatuh. Menggelinding menuju....

Dirinya.

Abell menegang, menutup wajahnya rapat-rapat dengan kedua tangannya yang bergetar. Abell memang jarang takut ketika melihat itu, tetapi ada beberapa hantu yang membuatnya takut hingga pingsan. Salah satunya penjaga lab dan lantai satu pojok ini. Aura hitamnya terlalu kuat untuk Abell hadapi.

Abell....

Abell....

Oh, Abell... buka matamu... hahaha.

Suara itu begitu berat dan menggema! Dia merasa sekelilingnya berputar dan gelap. Abell merasa ada yang berdiri tepat di belakangnya.

PERGI!

PERGI!

BUAHAHAHAHAHAHHAHA! HAUMMMM!

Suara tawa dan geraman yang mengerikan itu seakan-akan mampu memakan tubuhnya. Tubuh Abell terasa panas dingin dan membeku. Dia ingin lari! Berteriak! Tetapi tak bisa!

Abell merapalkam beberapa doa yang dia percaya bisa mengusir para hantu. Tetapi hantu penjaga lab itu malah semakin tertawa kencang dan ikut bersuara...

ilmihii illaa bimaa syaa’ wasi’a kursiyyuhus samaawaati wal ardlo walaa ya’uuduhuu hifdhuhumaa wahuwal ‘aliyyul ‘adhiim.

Huaaaaahahahah! Aku bisa bukan anak kecil. Ayo ikut aku!

"Tidak! Tidak tidak!" Tajamnya dengan bergetar. 

Ba--bagimaja mungkin?! Bagaimana mungkin hantu itu mampu merapalkan salah satu doa paling ampuh untuk mengusir hantu dan jin!!

Abell....

Abell....

Kini kedua tangan Abell tidak lagi menutupi wajahnya, namun menekam kuat kedua telinganya agar suara asing itu tak masuk indera pendengarannya.

Abell menggerakkan tubuhnya gelisah saat aura asing itu berusaha untuk mengambil tubuhnya. Jika itu berhasil maka arwah Abell akan mati secara perlahan tergantikan dengan arwah jahat genderuwo itu.

Dada Abell begitu sesak, semakin lama rasa panas menggerogoti tubuh nya. Kakinya terasa dingin dan kebas. Seperti melayang!

Dengan sekuat tenaga Abell menggebrak meja dengan mata yang masih terpejam dan berterika sangat kencang, "PERGI PERGI PERGI!!!"

Suasana yang awalnya hening semakin hening. Semua murid mulai menjaga jarak, tak ada yang berani berada di dekat Abell yang seperti orang kerasukan.

Guru Kimia yang terkenal killer menghampiri Abell, mengguncang tubuh gadis itu tapi nihil. Gadis itu malah memberontak dengan mata yang masih tertutup rapat dan berteriak kesetanan.

Dan yang lebih parah, darah kental mulai keuar dari kedua lubang hidungnya. Membanjiri lantai yang dia pijak.

Semua murid berbisik-bisik dan menatap ngeri Abell. Perbuatannya yang seperti itu semakin membuatnya di benci dan di kucilkan.

Tetapi tidak dengan pemuda itu, pemuda dengan aura kuat yang mampu membuat beberapa hantu gentayangan takut berada di dekatnya.

Regan,

Pemuda itu duduk berhadapan dengan Abell, hanya dibatasi oleh meja lab yang kini berwarna merah.

Regan menatap Abell serius, bukan pandangan hujatan. Melihat Abell yang kini telentang di lantai dan terus berteriak tak jelas membuat suasana semakin tegang.

Regan langsung berdiri, situasi semakin memanas. Entah mengapa kakinya dengan pasti mengarah menuju satu titik. Dimana gadis itu berada.

Dengan perlahan Regan menyentuh pundak Abell, dia merasa ada aura lain. Dingin, kosong, dan jahat.

Regan menyentuh, ah mungkin lebih tepatnya meremas pundak itu.

Abell seketika membuka matanya,

Kosong

Merah

Hampa.

Regan membelalakkan matanya, dia merapalkan beberapa doa dalam hati lalu mengusap wakaj Abell yang mengerikan. Tanpa diduga, Regan langsung menggendong Abell ala bridal style. Berlari keluar lab dengan diikuti seluruh murid yang penasaran.

"Sadar, Bell! Tetap sadar!" Gumam Regan dengan napas memburu. Dia berbelok dan semakin mengencangkan laju larinya.

Dengan susah payah ia merogoh sakunya, mengeluarkan sebuah kunci. Setelah mobil terbuka, pemuda jangkung itu mendudukan Abell di kursi sebelah pengemudi. Tak lupa mengenakannya sabuk pengaman.

Regan buru-buru memutari mobil, masuk lalu melajukan mobil. Sempat berdepat keras dengan satpam, akhirnya setelah satpam itu melihat keadaan Abell yang kacau dan berlumur darah pria paruh baya berkumis pagar itu memperbolehkan mobil sport Regan keluar gerbang.

Regan menekan pedal gas cukup kencang, disela ketegangannya ia melepaskan kalung yang melingkar di lehernya. Kalung pemberian buyut nya.

Kalung itu berpindah ke leher Abell. Tubuh gadis itu tiba-tiba kejang. Regan semakin panik dengan jantung yang berdegup kencang. Semakin melajukan mobil lebih cepat lagi.

Regan menelan ludah kasar berulang kali, ia melirik abell yang kini tak ada pergerakan. Diam menunduk.

Regan merinding dibuatnya, satu yang pasti. Jangan sampai Abell tertawa. Karena Regan paling tak suka dengan suara khas tawa milik hantu.

Mansion tinggi dan megah terlihat, membuat hati Regan sedikit tenang. Ia menekan klakson, seketika gerbang tinggi nan gagah itu terbuka untuknya.

Mobil berhenti, Regan mengusap keringat yang mengalir tanpa dia sadar. Regan keluar dari mobilnya, memutari badan mobil lalu membuka pintu.

Dengan yakin dan cepat pemuda itu kembali menggendong Abell dan membawanya masuk kedalam mansion.

"OPA! OPA! OPA!"

Indigo TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang