Adell menggigit bibir bawahnya saat guru yang tadi menyuruhnya sedang memarahi muridnya yang ketahuan merokok di pojok kelas.
Nekat sekali.
Mata Adell bergerak ke samping saat ada seseorang yang baru masuk dengan setumpuk buku di tangannya. Wajah seseorang itu terlihat dingin dan datar.
Adell mengerjab,
Regan?
Mata mereka bertemu, Regan seperti berpikir sesuatu karena dahinya berkerut. Tapi tak lama kerutan itu hilang. Sedetik kemudian pemuda jangkung dengan rambut berantakan itu melangkah pergi dari ruang guru.
Regan sendiri tadi berpikir, mengira jika di ruang guru itu Abell. Padahal jelas-jelas gadis aneh itu tadi sedang tidur di kelas. Tapi melihat penampilan gadis di sebelahnya tadi yang rapi dengan wajah hangat merona membuatnya sadar jika itu Adell, bukan Abell.
Adell sendiri merasa tertarik, setelah berpamitan pada guru tersebut buru-buru Adell mengejar langkah lebar Regan.
Adell menarik napasnya, memberanikan diri berjalan di samping Regan yang masih memandang lurus.
Hey! Adell itu tinggi, jadi tak mungkin bukan jika pemuda itu tak mengetahui keberadaannya? Impossible..
Menyebalkan!
"Ehem! Hi, Regan!" Sapa Adell dengan tersenyum sehangat mungkin agar aura dingin Regan tak mendominasi.
Mata tajam Regan hanya melirik, lalu kembali menatap depan.
"Oh, ya, kamu tadi ngapain di ruang guru? Memang kemana ketua kelas, biasanya kan ketua kelas yang mengantar buku. Dan kakak aku ada di kelas tidak? Kalian berteman baik, kan? Da--"
Regan berhenti melangkah, menatap tajam Adell yang terus-terusan menembakinya dengan berbagai macam pertanyaan tak guna.
"Berisik!" Deliknya, membuat bibir bawah Adell mengerucut.
Regan mengerjab melihat bibir Adell yang merah muda dan kenyal itu. Regan membuang pandangannya, tanpa berkata apapun dia pergi meninggalkan Adell yang kesal setengah mati disana.
Akhirnya Adell pergi menuju kelasnya denga kaki yang di hentakan.
Saat akan masuk ke dalam kelas, sahabat Adell, Sinta menghalangi jalannya. Belum juga Adell membuka mulutnya, Sinta langsung merangkul pundak Adell lalu membawanya pergi.
"Ngapain?" Heran Adell saat Sinta membawanya ke arah tribun basket.
Sinta tersenyum penuh arti, "Liat siapa yang lagi main."
Adell menolehkan kepalanya, dan saat tahu siapa yang Sinta maksud kedua pipi Adell memerah.
Sinta tergelak keras, hingga mampu mengundang banyak mata yang menatapnya. Membuat Adell menutup wajahnya, malu.
Akhirnya mereka pun menghabiskan waktu sepanjang istirahat dengan menonton anak basket main. Seru, tapi setelah semuanya selesai membuat perut keduanya berbunyi meminta asupan.
Akhirnya dengan nekat, Adell dan sinta berlari menuju kantin untuk membeli roti guna mengganjal perut karena bel masuk sudah berbunyi.
Adell dan sinta tak menyadari jika keduanya melewati Abell. Abell sendiri terheran mengapa adiknya itu berlari? Apa ada masalah? Atau sedang lomba lari maraton? 🤷♀️
Abell mengedikkan bahunya acuh, dia itu sedang mengikuti sebuah suara aneh yang sangat memekakkan telinga. Abell hanya penasaran, sosok apa yang mampu menghasilkan suara seperti itu.
Strange!
Saat akan kembali berjalan, seseorang dari belakang menabrak bahunya.
"E--eh.. maaf!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo Twins
HorrorKami berbeda, dan tentu saja karena kami istimewa. ▶◀ Apa kalian percaya jika hantu itu ada dan selalu berada di sekitar kita? Kira-kira apa yang akan kalian lakukan jika kalian bisa melihat mereka'? Ini kisah si kembar dan dua pemuda tampan yang si...