20. Murid baru

232 33 7
                                    

Mimpi terjatuh adalah hal yang menyebalkan apalagi jantung menjadi berdetak dua kali lipat dengan perasaan yang aneh.

Gadis itu mendengus, menelan ludah kasar dengan mata yang menyapu sekitar.

Kamar?

"Adell?" Gumamnya. Abell menyentuh kepalanya yang pening. Berusaha mengingat apa yang terjadi.

Sekelibat ingatan muncul, matanya melotot dengan bibir membulat.

Itu... itu tidak mungkin kan? Pasti hanya mimpi! Hah, bagaimana bisa dirinya mimpi sedang bersama murid baru itu?

Abell melirik jam yang menggantung di kamarnya, pukul tiga pagi. Abell haus, tetapi lebih baik ia kembali tidur daripada melihat para makhluk tak kasat mata yang senang berkeliaran diwaktu seperti ini.

Sebelum menutup matanya, Abell melihat wajah cerminan dirinya sendiri yang tertidur pulas. Adell sangat cantik, seperti barbie hidup.

***

Seperti biasa gadis itu berjalan dengan raut wajah datar andalannya. Matanya menatap lurus sekitar menghiraukan kumpulan arwah yang berusaha menarik perhatiannya.

Langkahnya melambat, dari arah depan terlihat Ganesha yang berjalan ke arahnya. Mata mereka bertemu, senyum pemuda itu merekah dan buru-buru mendekati Abell.

"Hai!" Sapanya ramah. Ganesha tampak tampan dengan seragam dan rambut yang tertata rapi. Dengan jam tangan hitam yang membuatnya tampak keren. Dan, ah jangan lupakan wajah segarnya yang tak pernah bosan untuk di pandang.

Ganesha melambaikan tangannya di wajah Abell. Abell tersadar dari lamunannya. Ia berdehem, merasa malu.

Ganesha sendiri merasa bibirnya berkedut melihat wajah adik kelasnya yang merona ini.

"Jangan ketawa!" Dengus Abell, tangannya terangkat untuk menepuk bahu Ganesha. "Merunduk bentar, kak."

"Kak?" Ganesha kembali tersenyum, melihat Abell yang melotot ia pun buru-buru merunduk.

Abell mengusap rambut Ganesha,

"Lembutnya." Batin Abell. Merasa cukup, gadis itu pun kembali menarik tangannya.

Ganesha cemberut, "Pantesan kepala aku tadi terasa berat."

"Mangkannya jangan nakal."

"Mana ada!" Abell tertawa kecil melihat raut wajah Ganesha yang menggemaskan.

"Lucunya." Gumam Ganesha lirih hingga Abell tak sadar.

"Udah bell, aku harus ke kelas." Pamit Abell akhirnya, setelah Ganesha mengangguk Abell pun melangkahkan kakinya pergi.

Saat melewati taman, matanya menatap seorang siswi yang berbicara seorang diri. Ah, bukan. Gadis itu tak bicara sendiri, tapi bersama penjaga sekolah.

Spontan Abell menghentikan langkahnya, matanya membulat.

"DIA INDIGO?!" Teriak Abell dalam hati. Sedikit rasa senang ia rasakan karena merasa tak aneh sendirian di sekolah ini.

Merasa di perhatikan, gadis itu pun menoleh. Mata mereka bertemu. Sangat tajam dengan aura hitam yang begitu menakutkan.

Angin langsung berhembus sangat kencang. Abell tak bisa berkutik saat melihat... melihat...

Abell langsung berlari pergi dengan ketakutan. Ia bahkan tak memperdilukan siapa yang ia tabrak. Yang penting dia aman dulu.

Napas Abell memburu, ia langsung duduk di kursinya dengan kasar.

Regan, teman sebangku Abell menatapnya aneh. Wajah gadis itu pucat pasih dengan keringat yang membanjiri wajahnya.

Indigo TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang