Tin tin!
Gerbang tinggi menjulang berwarna coklat itu langsung terbuka dan dengan segera mobil itu masuk ke dalam.
Abell membantu Adell untuk berjalan masuk dan duduk di sebuah sofa. Setelahnya gadis berkuncir satu itu berlari menuju dapur dan segera meminta teh hangat untuk Adell kepada pembantu rumah.
Abell kembali dan berusaha membuat Adell hangat. Dengan keadaannya yang sama basah kuyupnya, tak mungkin ia memeluk Adell. Hal itu akan memperburuk keadaan bukan?
Yang bisa ia lakukan hanya menggenggam kedua tangan Adell dengan tangannya yang bergetar, lalu meniup nya berkali agar Adell merasa hangat.
"Adell... Kenapa?" Suara terkejut dan panik itu terdengar dengan jelas dari arah tangga, disusul suara derap langkah kaki yang tergesa-gesa.
Abell menoleh, dan melihat mama nya yang sedang berjalan cepat kearahnya lalu memeriksa keadaan Adell dengan raut wajah yang begitu khawatir.
"Abell? Adek kenapa?" Wanita itu kembali bertanya membuat Abell menunduk dalam. Tangannya yang bergetar saling meremas di pangkuannya.
"Maaf.." Gumam Abell masih menunduk. Ia benar-benar merasa bersalah saat ini. Karenanya, Adell menjadi seperti ini.
"Ayo di minum dulu!" Dira, sang mama dengan perlahan dan telaten membantu Adell untuk meminum teh hangat yang baru saja datang.
Dira menoleh ke arah Abell yang diam tak bergeming. Ia menghela, "Abell, diminum juga itu teh nya. Selagi hangat!"
Abell menggeleng, dan segera meminumnya karena Dira yang kembali menyuruhnya untuk minum.
Seketika tubuhnya terasa sangat saat air itu masuk ke dalam tenggorokannya. Melelehkan perlahan rasa dingin yang menyelimutinya.
"Ma?" Panggil Abell ragu.
"Iya, sayang?"
"Ab-- Abel.." Nadanya terdengar gemetar, iya, karena Abell sedang menahan tangisnya.
Melihat keadaan putri pertamanya yang juga sedang tidak baik-baik saja. Dira mengulurkan tangannya, mengelus puncak kepala Abell perlahan dan berkata dengan nada lembut. "Iya.. Abell kalau mau menjelaskan nanti saja, ya. Sekarang Abell bersihkan diri dulu biar Adell sama mama."
Abell menatap Dira ragu, lalu dengan terpaksa dia mengangguk. Abell menatap Adell yang sedang memejamkan matanya, dan ia segera pergi ke lantai atas dengan perlahan.
Saat akan membuka pintu kamar, ekor matanya melihat sosok gadis dengan gaun berwarna putih dengan bercak darah merah pekat yang menempel di gaunnya. Wajahnya tidak terlihat karena tertutupi oleh rambutnya yang acak-acakan. Gadis itu sedang menatapnya di sudut lorong.
Abell mengerjabkan matanya dua kali saat kepala hantu itu bergerak-gerak dan akhirnya jatuh kelantai dengan mudahnya.
Abell sempat bergidik, tapi ia memilih menghiraukannya dan membuang pandangannya. Dia segera masuk ke dalam kamar. Abell duduk di bibir kasur terlebih dahulu sebelum membersihkan diri dengan air hangat.
Setelah selesai mandi, Abell mencoba untuk tidur di atas kasurnya tapi matanya tidak bisa terpejam. Ia bahkan berguling-guling hingga kasurnya berantakan tapi matanya tak kunjung bisa terpejam.
Ada beberapa hal yang menjanggal pikirannya. Salah satunya... Adell.
Abell melompat lalu berjalan menuju kamar Adell yang berada tepat di depan kamarnya.
Dengan perlahan Abell membuka pintu lalu menyembulkan kepalanya. Ia melihat Adell yang sedang terlelap sendirian tanpa, Dira.
Ia berjalan masuk dengan perlahan agar tidak menimbulkan suara hingga mengusik tidur Adell.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo Twins
HorrorKami berbeda, dan tentu saja karena kami istimewa. ▶◀ Apa kalian percaya jika hantu itu ada dan selalu berada di sekitar kita? Kira-kira apa yang akan kalian lakukan jika kalian bisa melihat mereka'? Ini kisah si kembar dan dua pemuda tampan yang si...