👻14. Aku percaya

1.8K 139 5
                                    

Saat bel pulang berbunyi, sorak Sorai bahagia seluruh murid terdengar. Berbondong-bondong semuanya berjalan keluar kelas karena tak sabar untuk pulang ke rumah.

Abell sendiri pulang setelah sepuluh menit berlalu, karena menunggu kelas sepi dahulu.

Abell melenggang pergi keluar kelas dan berhenti di depan lobby. Saat kaki nya berhenti melangkah, telinganya berdenyut ngilu. Karena saat itu juga semua suara yang seharusnya tidak dia dengan malah dia dengar.

Suara tawa tuyul-tuyul yang bermain, berlari kesana-kemari, suara kuntilanak yang cekikikan di atas pohon dan atap-atap koridor, suara tangisan dari arah toilet, suara geraman genderuwo dari semak-semak dan sudut-sudut ruangan yang gelap. Dan yang paling membuat telinganya risih adalah, saat ada kuku-kuku panjang yang mencakar sebuah tembok.

Semuanya menjadi satu, membuat kepala Abell pening dan terasa mau pecah! Buru-buru gadis berkuncir satu itu berjalan menuju mobil dan berlindung dibaliknya.

Tetapi,

Bught!

Abell jatuh terduduk, meringis sakit saat pantatnya berciuman dengan paving yang panas di siang hari.

"Maaf-maaf, gak sengaja!" Kata seseorang itu sambil mengulurkan tangannya.

Abell mendongak, terdiam kaku saat melihat seseorang itu. Seorang pemuda, wajahnya memang tampan, tapi tertutupi kabut berwarna putih, banyak sekali hantu yang menggelayut di tubuhnya dan saat ini semua hantu itu menatapnya dengan datar, sangat datar.

"Hey?"

Abell tersadar, dia langsung berdiri tanpa menerima uluran tangan itu. Membuat si pemilik menarik kembali tangannya.

"Sekali lagi maaf, tadi lagi gak fokus jalannya."

Abell hanya mengangguk, dia menatap hantu-hantu tersebut. Cukup menyeramkan dan pasti risih saat satu tubuh di gelayuti enam hantu. Coba bayangkan,

Seseorang itu mengikuti arah pandang Abell yang mengarah kebelakang, tapi dia tak menemukan siapapun.

"Lagi liatin siapa?" Tanyanya sambil mengusap bahunya yang terasa berat dan juga tengkuknya yang dingin.

"Bukan siapa-siapa." Bohong Abell, nyatanya dia sedang bertatapan dengan hantu cewek yang memiliki wajah pucat, hidung terbelah, dan kedua matanya yang hanya mempunyai satu titik hitam, serta lingkar hitam di area mata.

Hantu itu menatap Abell tajam, karena merasa Abell adalah pengganggu. Hantu itu takut jika Abell bisa memisahkan dirinya dari sosok pemuda ini. Hantu itu berada di punggung kokoh pemuda ini, dengan kedua tangan ringkih yang putih pucat dengan kuku-kuku panjang warna hitam melingkar di leher pemuda itu.

Abell balik menatap hantu itu tajam, membuat hantu itu semakin beringsut dan mengeratkan lingkaran tangannya di leher.

"Kenapa natapnya gitu, ya? Kesalahan ku fatal?" Tanyanya dengan tersenyum kikuk. Tangan pemuda itu menguap lehernya yang seperti tercekik.

"Eh," Abell jadi merasa tak enak. Dia berdehem, sebenarnya dia bodo amat jika melihat seseorang yang ketempelan. Tapi melihat pemuda di depannya ini yang terlihat baik dan juga karena hantu songong tersebut membuat Abell ingin membuat hantu itu kesal.

Satu-satunya cara membuat hantu itu kesal ya membuatnya cemburu dan pergi dari tubuh pemuda ini.

"Yaudah kalau gitu, aku pergi dulu." Katanya, bersiap untuk pergi tapi Abell menghalangi jalannya. "Kenapa?"

"Sebentar," Abell menoleh ke kanan-kiri dan sepi, tak ada orang yang berarti aman. "Maaf!" Dengan cepat Abell memeluk pemuda itu dengan erat, membuatnya wajahnya langsung bertatapan dengan hantu cewek itu. Hantu itu terlihat sangat marah, terlihat dari matanya yang memerah seperti kobaran api. Dan aura negatif yang sangat terasa.

Abell tersenyum mengejek, membuat hantu itu berteriak sangat nyaring untuk melampiaskan kemarahannya. Dia tidak terima jika pemuda yang dia sukai dipeluk oleh Abell. Dan tiba-tiba angin berhembus sangat kencang karena kemarahan sosok itu.

Tanpa Abell sadari, pemuda itu berdiri kaku dan dia merasa jika jantungnya berdetak kencang. Bahkan membuat wajah hingga telinganya memerah. Entah mengapa, mungkin efek karena rasa terkejut. Ketika seorang gadis manis yang tidak dia kenal tiba-tiba memeluknya sangat erat.

Abell melepaskan pelukannya saat dirasa cukup, dia memasang wajah datarnya. Dengan sengaja dia menjatuhkan kunci di tangannya, dan Abell berjongkok seperti ingin mengambil kunci.

Pemuda itu masih terdiam dan tak sadar jika Abell berjongkok. Dia baru saja sadar saat Abell menekan ibu jari kakinya yang berada di balik sepatu dengan cukup keras. Dan selanjutnya, yang dia rasakan adalah badannya yang meringan. Tidak seperti tadi yang terasa berat, seperti membawa puluhan karung beras.

Abell sengaja menekan ibu jari pemuda itu, karena dengan menekannya dan mengucap beberapa kata 'rahasia' maka hantu-hantu yang menempel akan hilang menjadi asap hitam. Tapi hanya anak indigo yang bisa melihat asap hitam tersebut.

Abell berdiri, berdiri dengan kikuk saat mata pemuda itu menatapnya dengan intens. Seperti sedang menelanjanginya.

"Sorry!" Ucap Abell kemudian membalikkan badan, berjalan pergi seolah-olah tak terjadi apa-apa.

"Tunggu!" Pemuda itu mengejar Abell yang berjalan dengan cepat, mencekal tangan Abell yang terasa dingin hingga berhenti.

"Ada apa?" Tanya Abell, melepaskan tangan pemuda itu dari tangannya. Dia merasa tersengat listrik saat tangan mereka bersentuhan. Aneh!

"Siapa namamu?"

"Kenapa memangnya?"

"Hanya bertanya." Jawabnya santai, memasukkan kedua tangan nya ke saku celana. Terlihat keren. Eh?

"Abella!"

Pemuda itu tersenyum tipis, "Nama yang cantik."

"Modus!" Cibir Abell, kembali melangkah pergi dan ternyata pemuda itu mengikutinya dan menjajarkan langkah.

Keduanya saling diam hingga sampai di depan mobil Abell. "Aku tahu," katanya menggantung, membuat Abell menatapnya bingung.

Pemuda jangkung itu sedikit memajukan tubuhnya, "Aku tahu kamu bisa lihat dan ngusir hantu, Abella. Terimakasih." Katanya dengan tulus dan tersenyum sangat manis.

Deg deg deg...

"Eng-- enggak!"

"Jangan berbohong, Abella. Kelihatannya kamu tidak pandai untuk berbohong." Dia tersenyum WIN. Membuat Abell merotasikan matanya dan mendengus malas.

"Ish! Nyebelin!"

"Hahaha! Namaku Ganesha," Pemuda itu kembali mengulurkan tangannya, dan dengan ragu Abell menjabat tangan itu.

"Abell!" Ulangnya sekali lagi.

"Terimakasih, karena kamu tubuhku terasa ringan dan aku bisa bernapas dengan lega sekarang."

Tanpa sadar Abell tersenyum, tapi sangat kecil dan tipis. "Eum, sama-sama! Tapi.. aku mau tanya suatu hal."

"Apa?"

Abell menatap dalam mata coklat terang itu, sangat meneduhkan. "Apa kamu percaya jika 'mereka' itu ada?"

Terdiam sebentar, pemuda itu tersenyum misterius dan mengangguk dua kali. "Aku percaya!"

Damn!

👀

Apa kalian suka dengan cerita ini?😅

Iamfrozenn

Indigo TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang