"Apa maksudnya?..."
"Ini masih dugaan jadi jangan terlalu di fikirkan"
Ujar Sakura dengan wajah yang tampak ceria dan iapun pergi menghampiri ayahnya yang menang lomba lari dari ibu Tomoyo. Syaoran menatapnya dengan tatapan nanar sementara Tomoyo melihat Syaoran dengan tatapan khawatir.
"Aku sama sekali tidak ingat, kenapa aku tidak mengingatnya?..."
"Li..."
Syaoran tersenyum pahit mengingat sakura yang menangis dalam pelukannya beberapa hari yang lalu.
"Harusnya aku yang minta maaf padanya kenapa jadi dia yang minta maaf padaku?..."
Iya, dialah yang harus minta maaf karena dia tidak mengingat Sakura dan membuatnya menderita sendirian. Kenapa Sakura minta maaf padanya? Yang paling merasa bersalah justru adalah dia.
"Li, kalau itu benar bicara dengan Sakura. Aku yakin pasti terjadi sesuatu di antara kalian dulu hingga Sakura menangis hari itu."
Dia menengok kepada Tomoyo yang tampak menatapnya dengan wajah serius.
"Sakura orang yang paling penting bagiku jadi aku tidak mau melihatnya menderita. Dia sahabatku juga sepupuku dan dia jarang sekali menangis bebannya pasti sangat berat dan hanya kau yang bisa meringankannya Li."
"Daidouji..."
"Sakura itu manis sekali saat menangis tapi senyumannya lebih manis, bukan begitu?"
Syaoran mengangguk setuju mendengar perkataan Tomoyo.
"Iya, kau benar."
***
Hari-hari berlalu seperti biasanya, Sakura berhasil menangkap kartu the Shield yang menjaga kotak milik ibu Tomoyo dan hari ini Tomoyo sedang dalam perjalanan pulang sambil bersenandung dengan riang. Moodnya sedang sangat bagus karena kotak ibunya bisa di buka lagi.
Jalanan cukup sepi dan tidak ada hal yang dapat menarik perhatian Tomoyo dari luar jendela namun sebuah pemandangan mengerikan membuatnya tampak seakan membeku sesaat dan langsung menatap pengawalnya yang menyetir dengan tatapan serius."Berhenti di sini!"
Otomatis pengawal Tomoyo langsung menghentikan laju kendaraannya dan Tomoyo tampak buru-buru keluar tanpa menunggu pengawalnya membukakan pintu untuknya.
"Nona ada apa?"
Tanya salah satu bodyguard wanitanya sambil mengikutinya dari belakang, tapi melihat sebuah mobil yang tampak rusak karena sepertinya tertubruk sesuatu sang bodyguard langsung mengerti. Semua bodyguard langsung keluar dari mobil dan mulai melakukan evakuasi. Tomoyo bahkan tidak segan untuk ikut membantu meski sudah di larang. Pintu mobil bagian depan keduanya macet dan hanya pintu belakang yang bisa di buka. Terlihat seorang wanita tampak tidak sadarkan diri di kursi depan bersama seorang pria sementara di kursi belakang tampak seorang laki-laki berambut hitam panjang yang juga tampak tidak sadarkan diri.
Bodyguard Tomoyo langsung mengeluarkan laki-laki yang tampak berumur sekitar dua belas tahun itu dari kursi belakang mobil.
Salah satu bodyguard memeriksa denyut nadi laki-laki itu."Nona dia masih hidup."
"Bagaimana dengan dua orang lainnya?"
Tanya Tomoyo sambil menatap salah satu bodyguardnya yang ada di dalam mobil dan masih berusaha untuk mengeluarkan dua orang lainnya.
"Mereka berdua tidak selamat..."
Perkataan bodyguardnya membuat Tomoyo menatap laki-laki yang saat ini berbaring di hadapannya itu dengan tatapan sedih. Bagaimana bisa dia kehilangan kedua orang tuanya seperti ini? Bagaimana reaksinya nanti saat dia tahu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Won't change (Editing Process)
FantasiY/N L/N di diagnosa mengidap leukemia dan umurnya tinggal tiga bulan lagi. Meski begitu dia tersenyum dan menjalani sisa hidupnya dengan tenang karena tidak ingin memiliki penyesalan setelah meninggal. Di detik-detik terakhirnya saat dia terfikir se...