▶ Preview

1.8K 184 5
                                    

Kala itu langit Seoul sedang mendung. Cumulo nimbus berjalan ke arah utara, menciptakan terpaan angin yang mengencang, disusul dengan rintik hujan yang mulai membasahi bumi. Pemuda tinggi berkulit pucat itu mulai menaiki Kawasaki yang senada dengan warna jaket dan helmet yang ia kenakan, yakni serba hitam.

Berkendara menembus kota dengan bisingnya klakson dari para pengendara roda dua yang enggan terkena guyuran hujan. Si serba hitam justru menjadi satu dari beberapa yang bersemangat. Dia tersenyum sesaat setelah berhasil menatap ke atas langit, membiarkan air hujan menutupi sebagian kaca helmet yang ia gunakan.

Senyumannya mengembang lagi kala suara sang wanita pujaan mengalun mengiringi perjalanannya. Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kali mereka bertemu, mencuri waktu di sela kesibukan juga situasi keduanya saat itu.

Ketika dirinya tiba, guntur menciptakan kejutan tersendiri untuk pemuda itu. Ia tidak melihat lagi bagaimana petir menyambar di langit, bersahutan dan sebenarnya cukup menakutkan. Atensinya kali ini adalah pintu rumah yang ia tuju, terbuka lebar, dan itu lebih mengejutkan untuknya.

Ia masuk dan mendapati beberapa barang tergeletak tak beraturan, kertas-kertas yang berhamburan di lantai, bahkan bau alkohol yang menyeruak pun tak luput dari perhatiannya.

Yang tidak pernah ingin dilihatnya, bagaimana wanita yang sudah berstatus kekasihnya sejak dua tahun lalu harus meringkuk di sudut ruangan dengan luka di pelipisnya.

Pemuda itu berlari.

Mendekapnya penuh perhatian, memikirkan cara apa yang harus ia lakukan agar manusia sialan yang selalu melukai kekasihnya bisa ia singkirkan tanpa adanya pertumpahan darah. Tanpa jejak.

Namun semuanya tak berangsur lama, keinginan yang hanya sebatas ingin, kemudian semuanya menghilang dalam sekejap.

Ada saat dimana wanita itu kembali meringkuk di sudut ruangan tanpa kehadiran sang kekasih hati. Dilukai, dibenci, dicaci dan dimaki, semua ia telan dan berakumulasi untuk sebuah percobaan bunuh diri.

Ingin mati ketika menyadari jika dirinya tak punya siapa-siapa lagi.

Mengalami throwback menjadi rutinitas yang semakin memperdalam keinginannya untuk mengakhiri hidup, wanita itu tersenyum getir ketika sebuah suara dalam kepalanya mengalun,

"Jangan menempatkan orang lain terlalu tinggi, karena faktanya, kau hanya dapat berhubungan dengan orang di atas ketinggian yang nyata, yaitu di atas permukaan tanah."

Rasanya bisa gila ketika mengingat bagaimana kebersamaan mereka, yang dalam waktu sekejap menghilang begitu saja.

Di luar sana, belum ada yang berhasil menemukan wanita itu di dalam keterpurukannya.

Tapi roda memang berputar, tidak ada yang tahu dia akan berakhir bahagia atau pergi tanpa ada yang peduli.

Yang jelas, suatu kondisi mengharuskan sang pria terbangun kembali ketika Kawasaki hitam yang ia kendarai menghantam keras pembatas jalan di musim dingin.

Pemuda itu membuka mata dan mendapati dirinya berada di sebuah kastil. Senyuman miring tercipta ketika jiwa liar itu merasakan kembali bagaimana berada di dalam tubuh manusia.

Tapi bagian dadanya terasa sakit, tak ada luka sehingga tak bisa dijelaskan, seperti menemukan penyesalan mendalam dan berhasil menggores tepat di bagian itu.

Ia bercermin, mendapati kulit pucatnya yang kian memucat. Kemudian irisnya yang menyala biru untuk sekejap.

"Kim Hanbin, dua puluh tahun..."

Dirinya terinterupsi dan mendapati pemuda berperawakan jangkung dengan kulit yang sama pucatnya dengan miliknya, menatapnya serius.

"...jiwa tersesat yang harus kau temukan, sebagai tugas pertamamu."

Pemuda itu mengernyit, berjalan mendekat lalu tertawa. "Aku paham, Tuan Sanders yang terhormat." lalu menepuk tengkuk pemuda itu cukup keras.

"Sialan kau, Sehun..." balas pemuda satunya, namun meloloskan Sehun dari pukulannya. Selanjutnya adalah bagaimana Sehun menatap tajam ke arahnya, menyadari perbedaan dalam diri, seperti memiliki banyak hal untuk dikeluarkan, namun ternyata tak ada apapun yang diingatnya.

"...maksudku Davis. Hunter Davis." Pemuda jangkung itu meralat ucapannya.

The Spirit Hunter ✔ | YoonHunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang