10. Benarkah?

317 24 0
                                    

Warning... Terdapat umpatan umpatan kasar di part ini, so kalo gak suka ceritanya bisa langsung di delete dari library aja oke okee.
Happy reading.

***
Sabtu...

"Oke Gais, jadi tanpa berlama lama lagi, mari kita dengarkan pementasan Akustik, dari perwakilan kelas XI-Ipa,
Langit dengan membawakan lagu yang berjudul, "Jadi Aku Sebentar Saja." silahkan saudari Langit untuk menaiki panggung."


Telah lama kau tinggalkan ku
Sempat sia-siakan aku

Pergi jauh titipkan perih
Tak sedikitpun peduli

Seandainya kamu merasakan
Jadi aku sebentar saja
Takkan sanggup hatimu terima
Sakit ini begitu parah

Pergi jauh titipkan perih
Tak sedikitpun peduli

Seandainya kamu merasakan
Jadi aku sebentar saja
Takkan sanggup hatimu terima
Sakit ini begitu parah

Seandainya kamu merasakan
Jadi aku sebentar saja
Takkan sanggup hatimu terima
Sakit ini begitu parah

Tepuk riuh penonton, membuat Langit tersenyum lebar. Setelah turun dari panggung, Alan menghampiri dirinya, "Lang kalau boleh jujur Alan nyesel pernah benci sama Langit. Hm perasaan Langit masih sama 'kan kayak dulu?" tanya Alan.

Langit tertawa, tertawa sumbang dengan pernyataan yang bisa bisanya di lontarkan oleh Alan.

"Maaf Lan. Aku gak bisa. " lirihnya, ia menggigit bibir bawahnya kuat kuat agar tidak menumpahkan air mata dihadapan banyak orang.

Alan mengernyit bingung, "Kenapa? Apa yang membuat perasaan Langit berubah? Siapa? Siapa yang membuat perasaan Langit berubah hah?"

"Lan dengerin Langit, rasa pertemanan yang buat perasaan Langit berubah."

Alan tersenyum miring, "Aku gak sepolos kamu Lang! Aku tau kamu sama Aviv jadian 'kan?!"

Langit tersentak sekaligus menahan malu, karna kegaduhan yang diciptakan Alan, kini mereka berdua menjadi pusat perhatian ditengah tengah acara.

"Kata siapa? Jangan sok tahu! Mau aku jadian atau enggak, itu gak ada urusannya sama kamu!"

Aviv datang dengan tergesa-gesa,
"Ada apa nih? Ayolah man!" Aviv meninju lengan Alan pelan, "Jangan ribut disini, malu lo diliatin orang. "

Alan menatap Aviv tajam, lalu tersenyum meremehkan."Hhh! Modus lo hebat ya!! Bawa anak orang mojok terus lo peluk peluk. Cara lo menjijikkan br-,"

Bugh...

Belum sempat Alan menyelesaikan kalimatnya, Aviv sudah melayangkan bogeman mentah duluan pada perut Alan.

"Jaga bacot lo! Kemana aja lo selama 4 tahun belakangan ini hah?! Nyari jablay? Apa lonte? Setelah lo gak ngedapetin mereka, lo balik lagi ke Langit? Bajingan!!! "Cecar Aviv dengan menunjuk wajah Alan.

Langit menghampiri Aviv, ia menggapit lengan Aviv, lalu diajaknya keluar meninggalkan Acara.

"Lang..."/ "Kak." ucap mereka berbarengan.

"Kak Aviv aja duluan," sahut Langit.

"Lang, sebenarnya," ucap Aviv menggantung.

"sebenarnya apa?" tanya Langit.

"Sebenarnya Aviv..."


Bersambungggg....

Vote and commentnya sayangggg

Langit (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang