17.Sebelum Ending

413 23 0
                                    

Gadis itu memandang langit langit ruang inap, tanpa sadar ia juga meneteskan beberapa bulir air mata.

"Ya Allah, Langit gak pernah serapuh ini. Bahkan jika engkau meminta nyawa ku kembali, akupun siap hari ini juga ya Allah. Jangan siksa Langit dengan semua penyakit ini ya Allah." Lirihnya.

Cklek...

Pintu ruangan terbuka lebar dan menampakkan wanita anggun dengan berbalut hijab panjang, menghampiri Langit dengan senyum pilu.

"Maaf, Bunda baru bisa pulang nak." sesal Vina seraya memeluk putri semata wayangnya, Langit terisak di dekapan Bundanya itu.

"Cepat pulih Lang, biar Langit bisa operasi pencangkokan ginjal ya." Ujar Vina yang hanya diangguki Langit.

"Teman teman Langit ada didepan, boleh mereka masuk?" Tanya Vina, saat dirinya akan masuk kedalam ruangan ia melihat beberapa teman Langit Didepan pintu tanpa berani masuk.

"Iya Bun, suruh masuk aja." gumam langit sembari menyenderkan tubuhnya pada bantal.

Vina pun mempersilahkan Teman teman Langit yang diantaranya terdapat Ozil, Oscar, Vito, Alan, Revo, Keysha dan Aviv.

"Gimana keadaan kamu?" tanya Revo lembut sembari mengelus puncak kepalanya. Langit tersenyum, bukan karna sapaan Revo. Melainkan saat melihat Rahang Alan dan Aviv mengeras.

"Alhamdulillah Langit baik baik aja Rev," sahut Langit tak kalah lembut, tak seperti ucapannya pada Aviv beberapa jam yang lalu.

Tangan Alan terkepal tanda ia menahan marah, ia pun maju selangkah, duduk disisi ranjang kiri Langit.

"Maaf baru bisa jenguk sekarang Lang," seru Alan.

Langit menyunggingkan senyuman seraya berkata, "Gak apa apa, gue juga gak berharap lo jengukin hehehe." lucu, tapi menyakitkan bagi siapapun yang mendengarnya.

"Sshh." Langit meringis kala Ia merasakan  ginjalnya yang berdenyut tak karuan, seketika semua orang diruangan itu panik.

"Lang lo gak apa apa? Perlu gue panggil dokter?" Tawar Keysha sembari memegang pundak Langit.

"Gak perlu dan gausah sok perduli." sakit sebenarnya saat Langit mengatakkan itu, seperti ada ribuan panah yang menancap di dada-nya.

"Revo disini kok Lang, gak kemana mana. Langit cepet sembuh ya, biar ada yang nemenin Revo dikelas hehehe." jokes Revo yang langsung diangguki Langit.

"Jam besuknya udah abis nih, kita kita balik dulu Ya Lang." Seru Oscar yang sedari tadi memandangi jam tangannya.

"Iya hati hati ya kalian semua." Sahut Langit sembari melepas genggaman tangan Revo.

Mereka semua pun keluar kecuali Aviv, "Lang? Bisa kita seperti dulu lagi? Jadi kakak beradik seperti dulu?"

Langit tertawa hambar sembari menyeka air mata yang tumpah disudut matanya,

"Hh gue belum bisa terima maaf, mending sekarang lo keluar deh dari pada gue nyuruh dokter buat ngusir lo dari sini!"

Aviv menghela napas berat menahan air mata yang sebentar lagi akan keluar.

"Udah sana, kasian Keysha balik sendiri tuh! Bukannya kemarin lo yang bilang gak akan ngebiarin gue nyakiti dia ya?! Atau jangan jangan lo lupa lagi? Hhh gak guna!" Sinis Langit, ia memalingkan wajah saat matanya bersirobok dengan manik mata Aviv.

"Gue minta maaf Lang, gue bener bener kalut liat Keysha nangis karna lo gak mau ngomong sama dia. Come on Lang, gue udah anggep lo seperti adik gue send-,"

"Gak ada kakak yang ngancem adiknya cuma karna satu cewek! Dan Lo! " jeda Langit, ia menatap Aviv sembari menunjuk wajah Aviv,

"Lo adalah banci yang paling bodoh karna BU-CIN!!!" ketus Langit dengan menekan 'kan kata kata BU-CIN.

"Lang please, gue cuma mau jadi temen lo, jadi kakak lo kayak dulu. Gak begini! Sejujurnya gue sedih gue kecewa liat lo yang berubah gue sama sekali gak bisa ngenalin lo! Kemana langit gue yang dulu hah?! Kemana Langit gue yang lugu, yang baik, yang polos yang bahkan gak berani manggil orang dengan GUE-LO kemana Lang?! Kemana?! "jeda Aviv, ia menarik nafas dalam dalam.

"Bahkan gue sedih saat denger lo jadi diri lo sendiri waktu cuma sama Revo! Gue tau gue bego, gue terlalu terobsesi sama Keysha! gue terlalu lamban buat sadar kalo perasaan gue ke Keysha itu bukan rasa cinta. Gue sadar kalau gue yang jadi penyebab lo berubah, maafin gue Lang maafin gue!" Genangan air mata yang sedari tadi dibendung Aviv pun tak dapat di tahan lagi, Langit menatap Aviv pilu.

"Lo gak akan paham gimana hancurnya gue disaat lo ngomong sesuatu yang bener bener bikin dunia gue hancur seketika kak. Gue percaya sama lo, bahkan gue gak pernah yang namanya bohong sama lo? Tapi nyatanya apa? Lo buat gue hancur, sehancur hancurnya."

"Gue tau, gue salah. Maaf Lang, maaf. Cuma itu yang bisa gue lakuin saat ini. Lo mau pukul gue? Silahkan ayo lang, pukul gue. Gue udah buat lo menderita kaya gini. Maaf... Maaf... "
Hancur sudah pertahanan Langit, ia tak bisa melihat orang lain seperti ini.

"Jujur Lang, selama gue pacaran sama Keysha, Gue emang nyaman sama dia tapi gue sadar bahwa yang gue rasain itu cuma kenyamanan bukan perasaan aneh seperti saat gue ada didekat lo. Gue terlalu terobsesi dengan sikap Keysha." Aviv membalas pelukan Langit, mengusap puncak kepalanya dengan sayang.

Tanpa mereka sadari bahwa Keysha menatap nanar kearah mereka sembari menyeka air matanya.

***

Langit (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang