Katamu cintaku berlebihan
Cemburuku tak beralasan
Membuat dirimu tak nyaman
Maafkan aku sayang..***
Aria❤
Tha
Aku berangkat yaIya Ari
Maaf gak bisa ikut anterinGak apa
Cukup doain ajaPasti aku doain
Safe flightAgatha mendengus kesal karena ia tidak bisa mengantar Ari ke bandara. Padahal ia akan berpisah cukup lama dengan lelaki itu.
Hari ini adalah jadwal Ari untuk pergi ke Sulawesi, daerah yang ditunjukkan pada Ari untuk PKL-nya. Selama satu tahun ia akan tinggal di sana. Dan itu membuat Agatha harus sabar untuk LDR-an dengan Ari.
Agatha memang memberikan kesempatan pada Ari. Namun rasanya tidak lagi sama. Benar kata orang, sekali piring pecah tidak akan bisa kembali seperti semula, seperti kepercayaan. Termasuk kepercayaan Agatha pada Ari.
Agatha menjadi lebih sering menanyakan di mana Ari, dan kegiatan apa yang sedang dilakukannya. Terlebih sekarang Ari yang jauh dari jangkauannya, membuat perasaan Agatha semakin berkecamuk.
Begitu besarkah rasa takut Agatha untuk kehilangan Ari?
Harus Agatha akui, itu benar. Ia terlanjur mencintai lelaki itu. Merelakan untuk kehilangan tentu bukan hal yang mudah.
"Tha, simpen hp lo! Ada Bu Endang," ucap Kayla pada Agatha yang masih berkutat pada ponselnya.
***
Sudah seminggu Kayla selalu pulang diantar oleh Aji, termasuk hari ini. Dan kebersamaan mereka membuat Kayla tidak lagi merasa canggung jika dekat dengan Aji.
"Kay, kamu ngerasa ada yang beda gak dari Agatha?"
Kayla mengangguk, "Sebagai orang yang paling deket sama dia saat ini, aku pasti sadar sama hal itu, Kak. Sejak hari itu, Agatha emang beda. Dia sering ngelamun, sering ngecek hp di jam pelajaran, bahkan dia juga jarang ngobrol sama aku."
"Apa dia bakal baik-baik aja? Jujur, aku khawatir." Ucap Aji hati-hati, takut menyinggung perasaan Kayla.
"Aku harap gitu. Dia gak pernah kaya gini sebelumnya."
"Kamu gak marah aku khawatir ke dia?"
Kayla menatap Aji sejenak, lalu ia tersenyum. "Aku pernah marah ke dia, dan itu adalah penyesalan terbesar bagi aku. Sekarang buat apa aku marah? Harusnya aku seneng kalau Kakak khawatir sama Agatha. Itu tandanya masih banyak orang yang peduli sama dia. Lagian kalau bukan karena dia, mungkin aku gak akan bisa sedeket ini sama Kak Aji."
Aji tidak menyesal menuruti perkataan Agatha. Benar, Kayla adalah gadis baik. Selain cantik, ia juga memiliki cara berpikirnya yang dewasa. Salah satu kelebihan yang tidak dimiliki oleh Agatha. Aji berjanji pada dirinya sendiri, setelah ia berhenti dari organisasi ia akan memberikan status pada hubungan mereka.
"Agatha beruntung punya temen kaya kamu, Kay."
"Aku yang beruntung bisa jadi temen Agatha."
***
"Nomor yang anda tuju sedang sibuk, cobalah beberapa saat lagi."
Untuk yang ke sekian kalinya Agatha mendengar jawaban itu saat menelepon Ari. Agatha hanya khawatir, karena Ari belum memberikan kabar sama sekali.
"Coba lagi," Agatha kembali menelefon Ari.
"Hallo?"
"Ari! Akhirnya kamu bisa dihubungi, aku udah khawatir banget tau."
"Ada apa, Tha?"
Ada apa? Setelah tidak memberikan kabar selama seharian Ari hanya berkata ada apa? Tidak tahukah bahwa Agatha selalu memikirkan dirinya?
"Gak ada apa-apa, Ar. Aku cuma iseng aja," ucap Agatha sengaja menutupi perasaannya.
"Duh, Tha. Aku di sini bukan lagi main. Kalau cuma iseng mending jangan telepon."
Jangan telepon.
Jadi maksud Ari, Agatha mengganggu kesibukannya?
"Maaf, Ar. Ya udah, aku matiin ya,"
Tut.. tut..
Agatha terhenyak dengan respon Ari. Mengapa Ari-nya kini berbeda? Apa karena ia sedang lelah?
"Iya. Ari pasti cape banget, makanya dia jadi sensi. Gak mungkinlah Ari kaya tadi seterusnya." Ucap Agatha meyakinkan hatinya sendiri.
Namun, harapan tinggal harapan. Nyatanya saat keesokan harinya ia kembali menelefon Ari, Ari memarahinya lagi.
"Apa, sih, Tha? Kenapa jadi sering telefon gini?"
"Aku telefon karena kamu gak pernah bales chat aku, Ar. Kamu cuma baca semuanya."
"Aku sibuk, Tha. Kamu gak tau rasanya PKL itu gimana?"
"Kalau kamu beneran sibuk, kenapa status kamu selalu online? Kenapa, Ar?"
"Oke, jadi kamu maunya apa?!"
Ari membentak Agatha. Hal yang tidak pernah Agatha alami. Dan Agatha tidak suka hal itu.
"AKU MAU KAMU YANG DULU, AR! Kamu beda! Mana Ari yang mohon-mohon kesempatan ke aku? Mana Ari yang bilang sayang aku? Mana Ari yang katanya gak akan bikin aku kecewa? Mana, Ar? Mana?" Suara Agatha mulai tercekat karena berusaha menahan tangis.
"Aku kaya gini juga karena kamu, Tha. Kamu juga beda. Sekarang kamu terlalu posesif. Kamu terlalu sering nanya aku dimana, sama siapa, dan itu bikin aku gak nyaman, Tha."
"Salah kalau aku nanya kaya gitu ke pacar aku yang notabennya pernah selingkuh? Salah kalau aku takut kamu ngulangin hal yang sama?"
"Salah, Tha. Itu artinya kamu gak percaya sama aku. Dan aku gak bisa kaya gini terus. Kamu itu kaya perahu, terlalu gampang kebawa angin, tanpa bisa ngendaliin diri kamu sendiri."
"Maksud kamu apa?" Agatha berteriak di dalam hati, memohon agar Ari tidak mengatakan satu kata yang tidak ingin Agatha dengar.
"Kita putus aja, Tha. Kalau udah gak ada lagi percaya di antara kita, apa yang mau kita pertahanin? Aku tau kamu takut kehilangan aku, kamu sayang sama aku, tapi aku gak bisa kalau harus terus-terusan diteror sama kamu. Lebih baik kamu cari orang lain yang bisa nerima rasa sayang kamu itu."
Agatha kehilangan kata-kata. Ia membutuhkan waktu sejenak untuk benar-benar mencerna perkataan Ari. Hingga ia sadar, Ari benar-benar mengucapkan kata itu.
"Makasih, Ar. Makasih udah nyakitin, oh bukan, makasih udah ngancurin hati aku. Belum sembuh rasa sakit aku karena kesalahan kamu, sekarang kamu putusin aku dengan alasan yang terlalu dibuat-dibuat. Makasih banget, Ar."
Agatha mematikan sambungan telefon mereka. Setelahnya, ia menangis. Menangis sejadi-jadinya. Tidak ada lagi yang ia tahan. Dadanya benar-benar sesak. Sesegukan ia menangis merasakan perih itu. Ia tumpahkan segala kecewa, marah, dan sakit hatinya. Seolah setiap tetes air mata itu mampu mengalirkan luka yang ada. Walaupun Agatha tahu, luka itu semakin terasa menjadi-jadi.
Ting!
***
Hai haiiii!!!
Maaf guys baru sempet update😔
KAMU SEDANG MEMBACA
Ajari Aku Cinta [Completed]
Teen FictionSelesai : November 2019 Ini hanya sebuah kisah klasik. Tentang hati yang terus bertualang, hingga akhirnya tersesat dalam labirin kesakitan. Dan menjadikan hati itu terkurung dalam ketakutan. Tertutup. Diam disatu tempat. Menunggu seseorang untuk me...