Part 2

121 12 0
                                    

Ku pastikan hatiku untukmu
Sejak pertama kau tatap mataku
Hanya senyummu mengisi relung hatiku
Ku tlah jatuh cinta..

***

Agatha kesal bukan main sekarang. Tadi siang, guru sejarahnya memberikan tugas untuk membuat makalah yang harus selesai hari ini juga. Walaupun dikerjakan berkelompok, tetap butuh waktu lama untuk membuat sebuah makalah. Terlebih mengenai sejarah yang tentu sangat rumit itu.

Jadilah disini ia sekarang. Terjebak dikelas, menunggu giliran nya untuk mengerjakan tugas itu. Padahal bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu.

Drrtt.. Drrtt..

'Pasti Ari!' Batin Agatha.

Tha?
Lo dimana?
Gue udah depan sekolah lo

Bentar ri
Gue lagi ngerjain tugas dulu
5 menit okey?

"Guys, bisa gak gue ngerjain bagian gue duluan? Buru-buru nih," bujuk Agatha pada teman-teman nya.

"Terus lo mau pulang duluan gitu, Tha? Gak bisa lah," ucap Gio.

"Nggak.. nanti gue balik lagi, janji. Jaminan nya gue gak bakalan bawa tas."

"Tetep gak bisa, Tha. Yang namanya kerja kelompok itu harus diskusi, kalau lo nya gak ada gimana kita mau diskusi?" Kali ini Rena yang bersuara.

Agatha menahan kesal kepada teman-teman nya itu. 'Bisa gagal ketemu Ari nih gue!'.

Agatha berpikir keras, mencari cara agar ia bisa segera bertemu dengan Ari. Hingga akhirnya ia teringat pada Andra.

Andra

Andraaaaa
Lo dimana?
Gue butuh bantuan lo
P
P
P
Andra Putra Mahesa!!

Paan tha?
Gue lagi jalan sama adel
Sorry gak bisa bantu

Agatha semakin kesal. Ia merutuki Andra yang tidak tahu diri. Padahal semalam Agatha rela begadang hanya untuk membantunya membuat lagu. Agatha memastikan jika bertemu nanti ia akan marah pada Andra.

Aria

Ri, sorry banget
Tunggu dulu ya?
Tugas gue belum selesai
Gue gak bisa kabur😭

Okey
Pasti gue tunggu
Semangaat
😘😘

Rasa kesal Agatha sedikit mereda saat membaca balasan dari Ari. Lelaki itu memang baik. Ia merasa senang bisa dekat dengan Ari.

***

"Hai, Ar! Maaf ya lo nunggu lama,"

Setelah mencoba bersabar, akhirnya Agatha dapat keluar dari kelas itu dan menemui Ari. Ternyata Ari datang dengan masih menggunakan seragam, yang berarti ia langsung menemui Agatha tanpa pulang dulu kerumahnya.

"Gak apa, selama apapun buat nunggu lo gue selalu siap." Ari tersenyum pada Agatha.

Agatha merasakan jantungnya berdegup lebih cepat. Bahkan ia merasa mulai salah tingkah di depan lelaki tinggi itu.

"Lo masih pake seragam? Gak pulang dulu tadi?" Tanya Agatha. Sebenarnya ini hanya alibi untuk menutupi tingkahnya yang tidak biasa.

"Iya, soalnya abis dari sini gue harus balik ke sekolah. Jadi gak bisa lama-lama, sorry."

"Balik? Katanya lo pulang siang?"

"Hehe, itu cuma supaya lo ngijinin gue kesini. Sebenernya gue istirahat doang, tapi lumayan lama. Jadi bisa ketemu lo dulu."

Agatha tidak dapat membayangkan bagaimana lelahnya menjadi Ari, "Segitu beratnya ya sekolah taruna?"

"Lebih berat kalau gue harus nahan kangen ke elo,"

"A-apa, sih? Receh banget lo,"

"Tha, gue mau bilang sesuatu sama lo." Agatha tidak menjawab, ia hanya menempatkan posisi sebagai pendengar yang baik. "Gue yakin, tanpa gue bilang pun lo udah tau. Kalau gue suka sama lo,"

"Lo suka sama gue? Sejak kapan?"

"Sejak gue pertama kali liat lo. Lo mau jadi pacar gue?"

Agatha tahu, sangat tahu bahwa ia masih menyandang status sebagai pacar Adam. Tapi itu bukan hal yang sulit bagi Agatha. Lagipula Agatha memang sudah berniat mengakhiri hubungan nya itu.

"Gue mau," jawab Agatha singkat, namun sangat bermakna bagi Ari dan Agatha.

"Lo serius? Beneran?"

"Iya, Arii.."

Ari tersenyum senang, "Makasih, Tha. Aku sayang kamu."

"Cie aku-kamu cie.."

"Harus dong. Sekarang kan status kita udah beda,"

"Iya deh iyaa.. Ya udah, kamu cepet balik ke sekolah. Nanti telat loh?"

"Oh, jadi aku diusir, nih?"

"Bukan gitu, Ari.. Aku gak mau kamu telat aja. Ini udah mau jam 5 loh."

Ari tertawa kecil, "Ya udah yuk!"

Agatha mengernyit heran, "Yuk? Kemana?"

"Nganterin kamu pulang lah. Kemana lagi?"

"No.. gak usah! Kamu langsung aja ke sekolah. Sekali lagi aku bilang aku gak mau kamu telat, Ar. Lagian aku udah dijemput, dijamin aman selamat sampai rumah."

"Okey, Okey. Tapi lain kali kamu harus mau ya aku anter?"

"Pasti. Udah sana berangkat,"

Tanpa aba-aba, Ari mencubit hidung Agatha yang membuat Agatha memekik kesakitan.

"ARII!!! Sakit tau gak?!"

"Sengaja, gemes, sih. Daah.." Ari pun menarik gas motornya, membuat lelaki itu semakin lama semakin menjauh dari pandangan Agatha.

"Dasar! Untung gue sayang." Gerutu Agatha.

"Tanggal 03 bulan September, hm.." Baru saja Agatha berjalan beberapa langkah, ia teringat akan sesuatu. "Anjir! Hari ini kan anniv gue sama Adam! Gila! Masa gue putusin dia pas anniv?"

***

Agatha memasuki kamar bernuansa biru muda nya itu dengan lesu. Seperti kebiasaannya selama ini, memutuskan sebuah hubungan bukanlah hal yang sulit. Tapi ini lain. Ia harus memutuskan Adam, tepat di hari anniversarry mereka yang pertama.

Sebenarnya bisa saja Agatha menunda keputusan nya itu. Tapi, ia tidak mau makin menyakiti Adam. Agatha sadar, ia telah mengkhianati Adam dengan menerima orang lain dibelakangnya. Maka dari itu, ia tidak mau memperparah dengan selingkuh lebih lama lagi. Adam itu lelaki baik, sangat baik malah.

Saat menyimpan tas sekolah nya, pandangan Agatha tertuju pada sebuah kotak berwarna biru di atas meja belajarnya.

"Bi! Bi Ijah!"

Entah Bi Ijah berlari atau apa, baru beberapa detik ia sudah ada di kamar Agatha, "Iya, Non?"

"Kotak ini Bibi yang simpen?"

"Iya, Non. Tadi pagi kotak nya teh ada di depan pintu. Pas Bibi baca ada nama Non nya di situ teh. Jadi langsung aja Bibi simpen disitu, soalna Non lagi mandi pas Bibi kesini," jelas Bi Ijah dengan logat sundanya.

"Ya udah, makasih ya, Bi."

***

Jangan lupa tinggalkan jejak😊😊

Ajari Aku Cinta [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang