Cantik bukanlah kata yang berlebihan untuk menggambarkan penampilan Agatha malam ini. Dengan memakai gaun merah marun panjang tanpa lengan dan rambut yang ia biarkan tergerai, itu membuatnya terlihat sangat anggun. Terlebih warna tersebut adalah warna favorit Agatha, membuat Agatha lebih percaya diri.
Sudah berlalu satu minggu sejak Papa Agatha memberitahukan undangan pernikahan dari temannya itu. Sehingga malam ini Agatha dan keluarga, serta Andra bersiap untuk menghadiri pesta itu.
Suasana yang ramai adalah hal pertama yang terlihat saat Agatha tiba di sana. Awalnya semua menyenangkan, sampai akhirnya mereka menemui keluarga yang menyelenggarakan pesta. Entah ada hubungan apa, Agatha melihat Ari di samping teman Papa nya.
"Hai, Richard. Akhirnya kau datang."
Papa Agatha tersenyum dan menyambur uluran tangan temannya itu. "Tentu aku datang. Seperti katamu, bersama keluargaku."
"Ah iya. Perkenalkan, ini Ari, putra keduaku. Dan yang menikah itu Riko, putra pertamaku."
Dan pertanyaan Agatha terjawab sudah. Agatha dapat menebak bahwa Andra juga merasa terkejut dengan yang terjadi saat ini. Tanpa ijin, Andra menggenggam tangan Agatha. Seolah memberikan kekuatan agar bisa tetap bersikap tenang dihadapan keluarga Ari.
"Ya, aku sudah pernah mendengar tentang kedua anakmu itu, Arka. Prestasi mereka cukup membanggakan, besanmu tentu beruntung mendapatkan menantu seperti mereka."
Dalam hati Agatha membenarkan perkataan Papanya. Seingatnya, saat masih sekolah dulu Riko meraih juara umum di sekolah. Begitupun Ari yang selalu masuk 3 besar di kelasnya.
"Hm, sepertinya kita bisa menjadi besan. Melihat kau memiliki putri yang sangat cantik."
"Oh iya, hampir lupa. Ini putriku, Agatha Putri." Papa Agatha menatap putrinya, "Agatha, kenalan dulu sama anaknya Om Arka."
Rasanya ingin sekali Agatha berkata bahwa Ari adalah mantan nya, orang yang membuatnya menangis berhari-hari. Agatha ingin melihat bagaimana reaksi Papa nya jika mengetahui hal itu. Namun, Agatha memilih untuk diam.
"Aku udah kenal Agatha, Om." Kali ini Ari membuka suara. Mungkin, ia juga merasakan keterkejutan yang sama.
"Sudah saling kenal? Wah, pertanda bagus itu. Kenapa kamu tidak pernah cerita pada Ayah?" Tanya Arka pada putranya.
"Karena aku rasa itu bukan hal yang penting. Di jaman teknologi kaya sekarang membuat kita mudah mengenali orang lain, siapapun itu." Kilah Ari. Padahal jelas ia berbohong. Ari dan Agatha saling mengenal ketika dulu mereka tidak sengaja bertemu di tempat renang umum. Bukan melalai sosial media apapun.
"Kalau begitu Ayah harus bersyukur akan hal itu. Eh, Richard. Siapa lelaki yang bersama putrimu itu? Bukankah kamu hanya memiliki satu orang anak?" Tanya Arka pada Richard, Papa Agatha.
"Dia Andra Putra Mahesa. Anak sahabat karibku, Mahesa. Persahabatan kami berlanjut pada anak-anak kami."
Setelah beberapa menit menyaksikan percakapan di hadapannya, Agatha melihat sosok lain datang menghampiri. Seseorang yang sudah sangat lama tidak ia temui.
"Selamat atas pernikahanmu, Riko." Ucap Papa Agatha seraya menyalami Riko. Sedangkan Agatha masih bingung harus berkata apa sekarang.
"Terimakasih, Om Richard. Saya cukup tersanjung atas kedatang Om sekeluarga di pesta pernikahan saya."
Agatha meneliti perempuan yang bersama Riko. Wajah pengantin itu terasa tidak asing baginya. Hingga akhirnya dia ingat, siapa istri Riko itu.
"Om, perkenalkan ini istri saya, Ratna."
"Kak Ratna.." Ucap Agatha pelan. Namun ucapan itu masih terdengar oleh orang-orang di sekitarnya.
"Kamu kenal, Agatha?" Tanya Papa Agatha.
Agatha mengangguk, "Dia pacar Kak Riko dari 4 tahun yang lalu."
"Hai, Agatha. Akhirnya kita ketemu lagi. Oh iya, di hari pernikahan gue ini, apa lo mau nyumbang satu lagu? Udah lama gue gak denger suara lo."
Agatha sempat terdiam mendengar ucapan Riko. Ia tidak menyangka Riko bisa bersikap begitu santai, tidak seperti Ari. Padahal, mereka itu hampir sama.
"Jadi Agatha bisa menyanyi? Wah, satu kehormatan kalau kamu mau nyanyi di sini, Tha." Ucap Arka pada Agatha.
Merasa tidak dapat menolak, Agatha akhirnya menyetujui. Ia berjalan menuju panggung dan mengambil sebuah gitar berwarna putih. Jari-jemari nya mulai bermain dengan senar-senar itu. Menciptakan sebuah nada yang langsung menarik perhatian semua orang.
Sejak engkau mendua
Entah apa yang kurasakan
Memendam perih, menyimpan luka
Sampai pada saat ini
Aku memulihkan rasa dihatiku
Baru aku bisa, bisa bicara..Demi aku yang pernah ada dihatimu
Pergi saja dengan kekasihmu yang baru
Dan aku yang terluka oleh hatimu
Mencoba mengobati perihku sendiri
Aku yakin bisa, aku bisa tanpamu..Sampai pada saat ini
Aku memulihkan rasa dihatiku
Baru aku bisa, bisa bicara..Demi aku yang pernah ada dihatimu
Pergi saja dengan kekasihmu yang baru
Dan aku yang terluka oleh hatimu
Mencoba mengobati perihku sendiri
Aku yakin bisa, aku bisa tanpamu..Suara tepuk tangan menyambut kesudahan Agatha bernyanyi. Setelahnya ia segera turun dan kembali pada Andra dan Papa nya. Agatha sempat melihat pada Ari, ada rasa bersalah dari tatapannya.
"Pa, aku sama Andra mau ngambil minum dulu bentar ya." Ucap Agatha pada Papa nya dan langsung menarik Andra untuk pergi. Bukan mengambil minum, melainkan keluar dari tempat pesta.
"Kenapa, Agatha? Gagal move on dari mantan kesayangan lo ini?"
Ucapan Riko itu langsung mendapatkan tatapan tajam dari Agatha dan Andra. Sudah susah payah Agatha berusaha pergi dari Riko, dan kini lelaki itu malah mengikutinya. Disusul oleh Ari pula.
"Lo gak usah kepedean, karena Agatha gak pernah gagal move on dari lo. Atau mungkin Agatha sama sekali gak nganggap lo mantan nya." Kali ini Andra bersuara.
Sebenarnya sedari tadi Andra diam bukan karena tidak peduli. Ia hanya tidak ingin ikut campur, atau mengacaukan suasana. Namun Andra merasa harus membela Agatha ketika berhadapan dengan Riko. Walaupun Andra tidak tahu apa alasannya.
"Oh, tentu bukan gue. Tapi adik gue, Ari. Ya kan, Agatha?"
"Kak, lo gak perlu ikut campur." Ari menghalangi Agatha dari Kakaknya. Saat itu Agatha merasa, ada yang Ari sembunyikan darinya.
"Loh? Bukannya ini emang urusan gue? Kan gue yang minta lo buat jadian sama dia."
Agatha tertegun. Meminta Ari berpacaran dengannya? "Apa maksud lo?"
"Jadi lo belum tau? Wah, kasian. Oke gue ceritain--"
"STOP, KAK!"
"Oke, oke. Gue pergi, deh." Benar saja, Riko segera pergi dan sepertinya kembali pada pesta.
"Lo hutang penjelasan, Ar." Ucap Agatha tegas.
Ari menghembuskan nafas berat. "Aku jelasin, secara empat mata."
Merasa Ari menyinggung kehadirannya, Andra pamit pada Agatha. Ia mengerti, ini urusan mereka berdua. Mereka yang memulai, sehingga mereka juga yang harus menyelesaikannya.
"Sebelumnya aku minta maaf. Yang dibilang Riko tadi bener. Dia yang nyuruh aku pacaran sama kamu."
***
1 part lagi menuju ending😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Ajari Aku Cinta [Completed]
Teen FictionSelesai : November 2019 Ini hanya sebuah kisah klasik. Tentang hati yang terus bertualang, hingga akhirnya tersesat dalam labirin kesakitan. Dan menjadikan hati itu terkurung dalam ketakutan. Tertutup. Diam disatu tempat. Menunggu seseorang untuk me...