8| Khawatir

4K 422 15
                                    

Happy Reading.
...

'Kamu kenapa sih sayang?
Aku khawatir?'

~Iqbaal D.R (MY BOYFRIEND)

***

Sebenarnya sesibuk apa (Namakamu) di Osis? sampai-sampai banyak yang tidak ia ketahui mengenai Iqbaal.

Ayolah, apa boleh jika ia iri kepada Mika karena kedekatannya dengan keluarga Iqbaal?
Gadis mana yang rela ada gadis lain yang lebih dekat dengan kekasihnya, bahkan keluarganya? Ketimbang dengan dirinya.

Tak ada bukan?

Haruskah (Namakamu) menangis sekarang?
Dan saat itu juga air matanya lolos begitu saja.
Apakah ia selemah ini?

"Segitu irinya gue sama Mika? Heh gue emang cengeng." Lirihnya

Tak perlu takut ada yang mendengarnya, toh semuanya sudah masuk kedalam kamar. Hanya ada suara hujan dan kesunyian malam.

"Kalau kaya gini aku jadi kangen abang. Abang apa kabar? Kenapa abang pergi, (Namakamu) jadi sendiri."

Sungguh ia tak sadar bahwa sekarang ia bukan berada dirumahnya. Begitulah jika sudah bersedih, semua kepahitan dalam hidupnya seakan-akan berputar jelas dalam otaknya.

Ia rindu sang abang, ia rindu mama dan papanya, ia rindu keharmonisan keluarganya.

'Aku juga rindu kamu Baal, liat kamu sama mika aku ngerasa kamu jauh dari aku.'

Sungguh tak pernah bisa terkontrol jika kesedihannya ini sudah ia rasakan.

(Namakamu) berpikir malam ini jika ia masih tetap disini mungkin ia akan menagis sepanjang malam. Dan besok semuanya akan melihat betapa mengenaskan wajahnya.

Dengan menghapus air matanya, (Namakamu) pun mengeluarkan ponselnya. Sekedar memberi kabar bahwa ia ingin sopir menjemputnya, dikediaman Iqbaal.

Dengan cepat ia pun menghubungi pak Maman

"Hallo, pak Maman?" Ucapnya saat merasa pak maman sudah mengangkat telponnya.

'.....'

"Bisa jemput aku sekarang nggak, dirumah Iqbaal?"
Tanpa dia minta pun pasti pak Maman akan menjawab 'iya' bukan?

'....'

"Iya pak, aku tunggu ya. Enggak usah buru-buru bawa mobilnya lagi hujan lagi juga."

'....'

"Iya aku tunggu."

Tuttt...

Tak masalah jika ia pulang dan tak jadi menginap, bukankah itu memang tujuannya dari awal?

Lagi pula ia kesini tak membawa baju ganti, hanya membawa ponsel dan ia dari rumah pun sudah memakai baju tidur.

Mungkin nanti ia akan mengirim pesan kepada Iqbaal saat sudah tiba dirumah.

Ia pun menatap sebentar kelantai dua, takut-takut ada yang keluar.
Sayangnya tidak ada, sungguh sudah sepi.

(Namakamu) pun bangkit dari tempat duduknya dan bergegas pergi dari rumah Iqbaal.

Mungkin menunggu sebentar tak masalah. Hujannya juga sudah agak reda.

Dengan membuka pintu utama, (Namakamu) melangkah keluar. Sebelumnya pintu sudah ia tutup kembali.

"Loh (Namakamu)?"
Suara itu benar-benar mengejutkaannya. Dengan cepat ia melihat siapa yang saat ini tengah ada dihadapannya.

Seseorang pria setengah baya dengan memakai pakaian kantornya sambil memegang tas tengah menatapnya denga tatapan betanya-tanya.

My Boyfriend (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang