24| Kenangan

835 107 5
                                    

Happy Reading.

***

Kini (Namakamu) hanya bisa termenung. Setelah kepulangan Iqbaal, kini dirinya hanya sendirian. Rumah besarnya kembali sepi.

Sebenarnya Oma sudah berniat untuk menginap, dan menjaga (Namakamu). Tetapi semua itu ia tolak dengan alasan akan ada Salsha dan Steffy yang menemaninya.

Adit harus kembali bekerja, sedangkan Panji? Tak mungkin jika sepupunya harus kembali absen.

Dengan ditemani secangkir coklat panas (Namakamu) hanya bisa merenung.

"Kenapa waktu begitu cepat, padahal rasanya baru juga kemarin main sepeda bareng Abang ditaman." Gumamnya dengan pikiran yang sudah menerawang masa lalu.

Dia selalu ingat ketika ia dan Karel hanya berdua, setelah pulang sekolah Karel akan mengajaknya bermain. Dengan susah payah, Karel kecil menggores sepeda bersama (Namakamu) kecil yang berada diboncengannya.

Karel akan mengeluh bahwa adiknya berat, dan (Namakamu) menanggapinya dengan tawa karena melihat wajah sang kakak yang begitu bersusah payah menggores sepedanya.

"Kapan Abang bocengin aku lagi?" Tatapannya kosong, dengan tangan yang sibuk menghapus air mata yang mulai menetes.

Waktu itu usia Karel baru 9 tahun dan dirinya baru menginjak 6 tahun. Ia tak pernah bermain diluar jika bukan Karel yang mengajaknya. Bahkan Karel selalu menolak ajakan teman-temannya, dan lebih memilih bermain bersama (Namakamu).

Sungguh Abang yang manis!

"Hehehe... Abang inget nggak waktu Abang ke naikan kelas, tapi Abang harus jadi wakil aku juga buat ambil rapot. Abang nggak pernah malu, bahkan Abang dengan bangga bilang kalau Abang yang mau sendiri, biar nanti Abang ajarin aku kalau nilai aku jelek. Padahal Abang bohong...hiks, mama sibuk dan papa lagi diluar kota. Aku nangis waktu Abang cerita, Abang ambil rapot Abang belakangan, saat kelas Abang udah kosong baru Abang dateng. Aku yang ikut malah nangis diluar kelas Abang. Tapi waktu Abang liat aku nangis Abang malah ketawa, aku baru tau sekarang kalau tawa itu tawa penuh luka bang. Aku baru tau sekarang, karena dulu aku cuman bisa nangis. Aku minta maaf udah nyusahin Abang." Bahkan dia berbicara sendiri, seakan-akan Karel tengah bersamanya.

Rasanya begitu banyak kenangannya bersama Karel, semua hal yang Karel lakukan begitu berkesan untuk (Namakamu).

Tak pernah sehari pun (Namakamu) lewati tanpa adanya Karel disisinya. Karel selalu setia menemaninya.

Bahkan Karel yang manis itu rela berpacaran sambil membawa adiknya. Itulah momen terakhir yang (Namakamu) lewatkan bersama Karel.

'Adek mau boneka yang mana?'

'Aku mau yang paling besar.'

'Oke, buat adek bonekanya yang paling besar.'

Bahkan pacar Karel dulu hanya bisa cemberut saat kekasihnya membelikan boneka untuknya boneka yang berukuran sedang, lain halnya dengan sang adik tercinta yang mendapatkan boneka berukuran besar. Bahkan ukuran boneka itu lebih besar dari pada gadis SMP.

Prioritas Karel adalah dirinya, tak pernah berubah. Itu hanya sebagian kenangan yang ia lewatkan bersama Karel.

"Abang baik-baik ya disana, jagain papa juga ya bang. Maaf selama ini udah bikin Abang sama papa susah, aku selalu sayang Abang dan papa, juga mama."

Semua pertahanannya runtuh seketika. Tak bisa, tak bisa jika sedetik saja ia tak mengingat mereka. Mereka orang yang benar-benar (Namakamu) sayangi.

Ia pun terisak sambil memeluk kedua lututnya. Entah sampai kapan ia hanya bisa menangis saat merindukan kedua, lelaki yang selalu menjadi pelindungnya.

'Kalau Abang udah besar jadi ya sama papa buat jagain adek terus. Jangan buat Adek nangis ya bang.'

'Abang Janji pah.'

Karel kecil hanya bisa memberikan hormat pada papanya yang tengah sibuk memangku adik manisnya. Dan adiknya itu hanya bisa tersenyum.

Abangnya selalu menepati janjinya, bahkan dihari terakhirnya pun Karel tetap menepati janji. Karena kata Karel anak laki-laki itu harus kuat tidak boleh lemah.

'Mama kalau adek keselolah bareng Abang bisa nggak? Biar Abang ajakin ketemu ibu guru.' Ini adalah awal Karel yang akan memasuki sekolah dasar. Sambil bersiap-siap Karel sempat bertanya itu pada mamanya.

Sang adik yang tidak tau apa-apa hanya bisa tertawa sambil memakan roti bakar selai coklatnya.

Sang mama hanya mampu tersenyum dan memberikan usapannya didahi Karel.

'Adek masih kecil Abang, liat sama Abang tidur aja adek masih pake popok.' Mama berusaha memberikan pengertiannya, agar anak lelakinya itu mengerti bahwa adiknya tak mungkin ikut bersekolah.

'Hahaha, Abang lupa, adek kan masih suka ngompol, nanti kasih ibu guru kalau adek ngompol dikelas Abang mah.'

Anak itu hanya tertawa bersama sang mama, sambil menatap adiknya yang tengah mencolek selai coklat dalam toples.

'Adek cepet besar ya, biar bisa ikut Abang sekolah.' Nihil adiknya malah menatap polos pada adiknya.

'Mah, adik mau cepet besal.'

(Namakamu) kembali tertawa disela-sela tangisannya yang mulai mereda.

Semua cerita dari Karel selalu ia ingat, mungkin daya ingatnya tak sebaik Karel waktu dulu, mengingat usianya baru menginjak 3 tahun.

Disela-sela waktu luang Karel akan selalu meluangkan waktu kebersamaan mereka dengan bercerita tentang masa kecil mereka berdua.

Dalam setiap katanya Karel selalu terlihat begitu antusias, tersenyum, bahkan Karel pun tertawa saat menceritakan kisah mereka. Gambaran wajah Karel yang tersenyum akan selalu (Namakamu) ingat dalam memorinya.

'Abang yang manis.'

Rasanya (Namakamu) ingin kembali merasakan hari itu, hari dimana keluarganya begitu bahagia.

"Semoga papa dan Abang ditempatkan ditempat terbaik, semoga Abang dan papa bisa istirahat yang nyenyak, jangan pikirin aku. Sekarang aku udah besar, bisa jaga diri, Abang sama papa nggak usah khawatir lagi. Aku udah pinter minum obat kalau sakit, karena sekarang nggak ada Abang yang paksa aku biar aku mau minum obat. Aku janji bakal bahagia bareng mama disini, dan semoga Abang sama papa juga bahagia disana. Baik-baik ya Bang, baik-baik juga ya Pah."

Kini (Namakamu) menampilkan senyumannya dan berusaha untuk menghapus Air matanya. Jika ia seperti ini terus-menerus mungkin papa dan abangnya pun akan ikut bersedih. Jadi (Namakamu) tak ingin membuat mereka bersedih.

'Aku harus tersenyum jangan sedih lagi, biar papa sama Abang juga seneng.'

🌿
Bersambung...

My Boyfriend (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang