Hedone

4.7K 364 36
                                    

Hedone adalah sebutan bagi dewa kenikmatan dan kesenangan.

.

.

.

"Bagaimana harimu?"

Hanya dentingan alat makan yang berulang kali menyuarakan diri. Ketika ketiga penghuninya tetap fokus pada kegiatan masing-masing, terlebih sang pemuda yang menjadi fokus kedua pasangan baya itu tidak juga membuka suara.

"Yunho, ayahmu sedang bertanya."

Manik musang itu hanya melirik kecil dan kembali menatap selembar roti lezat dengan ham dan telur mata sapi yang telah dipotongnya sedemikian rupa.

"Berjalan seperti biasa. Tidak ada hal khusus yang harus aku beritahukan." Balasnya tanpa minat.

Ruang makan mewah itu kembali hening, hingga sosok satu-satunya tuan muda bangkit dari duduknya usah menyesap setengah dari cangkir kopinya.

"Aku akan melakukan pertemuan dengan CEO Kim" diliriknya rolex yang melingkari pergelangan tangan "pesawatku sudah menunggu, jadi ada yang ingin kalian tanyakan lagi padaku?"

Alain, sang kepala Jung lantas melepaskan peralatan makannya dengan tenang "Pastikan tidak kembali berbuat ulah. Cukup GM corp. saja yang kau buat rugi pada peluncuran mereka."

Bibir hati itu mengulaskan senyum tipis "Aku tidak berjanji, namun aku akan berusaha menahan diri." Tubuh tinggi itu melenggang cepat meninggalkan kediaman besar mereka.

"Astaga... anak itu." Keluh Alain yang mendatangkan usapan menenangkan dari sang nyonya rumah.

"Sudahlah. Jangan terlalu memikirkannya, Yunho pasti tahu yang terbaik untuk dirinya. Jika kau terus memarahinya itu malah akan membangkitkan sifat pemberontaknya. Lagipula kau harus ingat kesehatanmu, honey." Jelas Yoohae lembut.

"Aku masih tidak mengerti dengan perangainya meski dia adalah putraku sendiri" Alain mulai bangkit dari duduknya dibantu sang istri "Jadi dimana bocah itu? Bukankah dia berjanji untuk menggantikanku pada pertemuan pagi ini?"

Yoohae tersenyum kecil, ketika teringat akan sang keponakan "Kau tahu pasti jika bocah itu membutuhkan waktu lebih untuk menikmati sarapannya. Aku rasa sekretaris Jang sudah membawanya ke kantor. Sudahlah, biarkan mereka yang mengurus perusahaan. Kau harus lebih banyak beristirahat, honey."

...

Diliriknya para awak pesawat yang hilir mudik menyiapkan segala hidangan yang akan dinikmatinya. Disesapnya segelas whisky yang telah difermentasi dalam kurun waktu istimewa sebelum mendesah kecil.

Perjalanan kali ini cukup panjang, rasanya sudah begitu lama sejak dirinya kembali ke tanah kelahirannya. Terlebih dengan keluarganya yang memutuskan untuk menetap di negeri yang terkenal dengan kemajuan industrinya. The Black Country, julukan yang dimiliki oleh tempat para penguasa keluarga bangsawan Britania Raya.

"Ada sesuatu yang anda inginkan, tuan?"

Yunho menggeleng singkat, sebelum membiarkan mereka menata mejanya, menyingkirkan berlembar-lembar kertas dan tiga buah gadget untuk menggantinya dengan beberapa hidangan yang akan dinikmatinya.

Sebenarnya Yunho tidak terlalu lapar, mengingat belum sampai tiga jam dirinya berada di pesawat namun tidak ada salahnya untuk menikmati potongan salmon segar dengan bumbu masakan yang nikmat. Lagipula Yunho tidak yakin sesampainya di Korea dirinya akan dapat menikmati makannya dengan tenang, terlebih Yunho adalah sosok yang pemilih.

"Will, atur ulang kegiatanku di Seoul. Aku ingin sedikit berlibur di sana."

Yunho pernah mendengar jika Seoul cukup menarik banyak wisatawan. Akan menjadi bisnis yang bagus untuknya, mungkin perhotelan atau resort mewah bisa menjadi daya tarik tersendiri.

GloryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang