Chap 1

2.4K 336 62
                                    

Cinta bukan hanya sebuah perasaan. Cinta adalah seni. Dan seperti seni apapun, cinta tidak hanya membutuhkan inspirasi, melainkan juga banyak kerja keras

-Adultery, Paulo Coelho-

.

.

.

PLAK!

"Apa yang kau lakukan?!"

Senyum sinis menghiasi wajah tampan sang pria "Bukankah itu memang pantas untuk pria jalang sepertimu?" sahutnya dingin.

"Aku bahkan tidak melakukan apapun!" Didekatinya sosok sang kekasih yang terbalut raut sukar diartinya, hal yang biasa terjadi ketika pria tampan itu hendak menyalahkannya "Kali ini apa? Apa yang membuatmu melakukan hal menyedihkan ini, huh?"

"Sudahlah! Pergi dari sini dan renungkan kesalahanmu! Aku semakin muak melihatmu."

Diusapnya seteteh air mata yang sempat membasahi wajahnya sebelum beranjak dari kondo mewah itu seraya meraih kembali barang yang dibawanya. Niatan awal untuk mengejutkan sang kekasih dengan makan malam romantis lenyap sudah, terganti oleh tamparan menyakitkan yang diterimanya cuma-cuma.

Sial sekali rasanya. Mencintai seseorang yang berulang kali menyakitinya dan masih bersikeras untuk tetap bersama, ketika banyak pria diluar sana yang sangat menginginkannya lebih dari pria yag dicintainya itu. Bahkan dengan keadaan yang jauh lebih baik dibanding seorang idol yang begitu diangung-agungkan seperti kekasih berengseknya.

Nyatanya dirinya sendiri tidak dapat memungkiri cinta keduanya yang telah terjalin lama. Terlebih dengan banyak penggemar yang selalu mendukungnya serta sang kekasih, bahkan telah membuatkan fanbase besar akan keduanya namun itu tidak cukup kuat untuk membuat hubungan keduanya seindah yang mereka bayangkan.

"Ada apa, Jaejoong-ah? Apakah kau sudah selesai dengan pestanya? Bagaimana tanggapan Dohoon dengan kejutanmu?"

Terdengar nada menggoda di seberang sana, namun hal itu malah membuat Jaejoong tersenyum pahit "Sangat mengejutkan. Bahkan pria itu tidak dapat menahan diri untuk tidak memberiku hadiah."

"Benarkah? Dohoon sungguh di luar dugaan, eoh?"

Kekehan Kyungtae sedikit meredakan luka di hatinya "Hyung."

"Ada apa? Kau tidak sedang menemani Dohoon? Bukankah pria itu sama sekali tidak melepaskanmu jika sedang bersama?"

Jaejoong kembali mengusap air matanya yang mulai deras membasahi pipi "Bisakah kau menjemputku?"

"Huh?" hening sejenak sebelum nada jenaka Kyungtae lenyap "Kau dimana sekarang, Jaejoong?"

"Taman tempat biasa, dekat Kondo Dohoon-" napasnya mulai tersendat, namun Jaejoong berusaha sekeras mungkin untuk mengendalikannya "Kumohon untuk segera menjemputku." bisiknya lemah, dengan mata yang terus menatap sebuah video yang masih berputar pada kamera yang digenggamnya.

Bukannya Jaejoong tidak menyadari jika beberapa pasang mata yang tengah melihat ke arahnya diam-diam. Namun dirinya pun hanya manusia yang tidak selalu dapat menahan sakit di hatinya, nyatanya mereka semua sama sekali tidak menganggu dan tetap memberikan jarak aman dengannya.

Biarlah sesekali para penggemar melihat kelemahannya yang nyata. Bukankah mereka ada untuk terus mendukungnya dalam hal apapun?

Dihapusnya seluruh video yang ada dan membuang kamera tersebut pada tempat sampah yang terlihat. Rasa lelah telah memburunya, namun hal itu tidak cukup kuat untuk melenyapkan cinta dalam dirinya. Jaejoong benar-benar merasa begitu hina. Mengemis cinta? Sama sekali tidak pernah terpikir olehnya.

GloryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang