Cinta bukan hanya sebuah perasaan. Cinta adalah seni. Dan seperti seni apapun, cinta tidak hanya membutuhkan inspirasi, melainkan juga banyak kerja keras
-Adultery, Paulo Coelho-
.
.
.
Tidak satupun dari mereka memberikan kepastian, terlebih raut kalut tidak lepas dari masing-masing wajah. Rumor terus menyebar bagai virus, berikut spekulasi yang mengiringi. Bagai berdiri di ujung tanduk, tidak banyak yang dapat dilakukan selain penetuan yang diputuskan satu-satunya sosok yang menjadi topik pembicaraan.
"Bagaimana?"
Lagi-lagi helaan napas berat mengalun sebelum sebuah pertanyaan terucap "Tidak adakah cara lain?" meski telah menduga jawaban yang akan diberikan, namun hatinya tetap saja menginginkan peluang kecil yang ada.
"Sebenarnya banyak penggemar internasional yang akan terus mendukungmu apapun keadaanmu. Mereka menginginkanmu untuk melanjutkan berkarir, meski tetap saja tidak akan berhasil jika rumahmu sendiri menolakmu."
Kyungtae menatap iba Jaejoong yang membungkam "Kau bisa membangun kembali karirmu di luar negeri. Lagipula kau sudah memiliki pengalaman dalam hal itu, hanya saja statusmu kedepannya yang akan menyulitkanmu. Sekarang semua keputusan ada ditanganmu, Jaejoong-ah."
Keadaan ini, seperti dirinya yang mendapat banyak cinta dan dukungan luar biasa dari lingkungan pun keluarganya sendiri mengabaikan hal itu. Siapapun akan memilih untuk menyerah jika memang sosok yang dibutuhkan malah berbalik memunggungi.
Ditatapnya cincin yang setia melingkari jari manisnya. Mungkin keinginannya untuk tetap menghibur banyak orang telah usai. Dirinya berhak rehat usai memberikan banyak cinta, dan kini Jaejoong telah menemukan pesinggahan terakhirnya.
Meski hubungannya dengan Yunho sangat tidak terduga diawal, namun juga terlalu indah untuk dihentikan. Tiga bulan dirinya menyadari jika hanya Yunho yang dibutuhkan, bahkan banyaknya cinta yang diterima pun tidak bisa melenyapkan bayang-bayang Yunho dalam hidupnya.
Mungkin akan berat dan bisa saja Jaejoong terluka oleh pilihannya setelah ini. Namun Jaejoong tahu, di masa depan akan ada Yunho yang menggenggam tangannya bahkan membantunya berdiri ketika terjatuh.
"Terima kasih karena telah membantu karirku selama ini, tuan Baek. Mungkin aku akan sangat berhutang kepada kalian, namun aku tidak bisa terus mengabaikan orang-orang yang di sekelilingku, orang-orang yang kucintai. Dan, bisakah kita mulai menjadwalkan konferensi pers untuk menjelaskan semuanya?"
"Jaejoong-ah," sang pentinggi agensi cukup terkejut oleh keputusan artisnya. Memang bukan perkara mudah untuk muncul dihadapan publik saat ini, terlebih dengan situasi Jaejoong. Namun dia akui idol yang bertahun-tahun bekerja bersamanya ini mengagumkan.
Mengangguk sejenak sekaligus menghargai permintaan Jaejoong "Kalau begitu kau hanya tinggal mempersiapkan diri. Aku juga tetap membiarkan staffmu bekerja hingga kontrakmu berakhir dua minggu kedepan."
"Bisakah aku meminta suatu hal denganmu?"
"Katakanlah, Jaejoong. Aku akan berusaha mengabulkannya."
Jaejoong merasa bangga karena dapat bertemu dengan pria baya dihadapannya kini, melirik Kyungtae sebelum tersenyum lembut "Aku tidak perlu menerima gaji terakhirku, dan mungkin setengah dari pendapatan konser yang sebelumnya aku lakukan. Aku memiliki 35 orang staff, dan tolong berikan saja kepada mereka sesuai beban tugas yang diterima. Aku sangat berterima kasih pada kerja keras mereka selama ini dan juga dirimu jika kau mau melakukannya, tuan Baek."

KAMU SEDANG MEMBACA
Glory
ФанфикApa itu kesuksesan? Kepopuleran? Kekuasaan? Kekayaan? Wajah rupawan? Disukai banyak orang? Nyatanya semua hal itu hanyalah kesemuan belaka. Sayangnya setiap orang pasti menginginkan kesuksesan terbalut kesempunaan, bahkan melupakan sebuah hal pentin...