Cinta bukan hanya sebuah perasaan. Cinta adalah seni. Dan seperti seni apapun, cinta tidak hanya membutuhkan inspirasi, melainkan juga banyak kerja keras
-Adultery, Paulo Coelho-
.
.
.
Yunho melepas asal kemejanya dan melemparnya asal, ikat pinggangnya telah tanggal sebelum mereka menyapa ranjang, bahkan kaitan dalaman Yunho telah terlihat dengan celana bahan yang turun hingga panggul. Bibirnya tidak lepas dari bibir Jaejoong dengan lumatan serta hisapan membangkitkan gairah.
Tangannya meraba sensual seluruh permukaan pucat Jaejoong, membelai penuh damba pinggang ramping itu. Perasaan panas muncul di perutnya, membayangkan kegilaan erotisme yang akan mereka gapai, dan seolah menyadarkannya, dimana miliknya sendiri telah berkedut antusias di bawah sana.
"Apa yang harus aku lakukan terlebih dulu?" tanya Yunho yang membuat manik bulat Jaejoong terbuka, meski terlihat begitu sayu dengan napas terengah. Ketika salah satu tangannya menyusup masuk pada bawahan Jaejoong, menyapa bokong kenyal Jaejoong.
Jaejoong tidak membalas pertanyaan main-main Yunho, dimana tangannya telah bergerak menggapai lekuk kokoh Yunho untuk menuntut ciuman.
Mereka saling mengungguli satu sama lain, berusaha mengendalikan ciuman, menguasai cumbuan, meski pada akhirnya Jaejoong menyerah dan membiarkan Yunho mengambil alih keadaan. Menanggalkan tiap kain pada tubuhnya kemudian telentang pasrah.
Bibirnya bergetar tiap kali Yunho memberikan jilatan panas sepanjang dadanya, mengecup lekat ujung dadanya sampai ke bawah. Jaejoong tidak kuasa menahan diri, tangannya telah tergerak untuk melepaskan celana Yunho dan menghibur kejantanan pria tampan itu.
"Kau benar-benar tidak terduga, eoh?" ujar Yunho, yang membuahkan tawa menantang Jaejoong. Dengan bibir yang masih menempel erat pada lekuk indah Jaejoong, dibaliknya tubuh pemuda rupawan itu tanpa peringatan. Napasnya berhembus tidak sabar begitu punggung ramping Jaejoong melengkung, memberikan Yunho tampilan penuh bokongnya.
Jaejoong kembali dibuat meremang oleh tangan kuat yang meremas bagian tertentu tubuhnya. Dimana napas panas Yunho yang menyapa bokongnya, membuat Jaejoong nyaris hilang akal. Hembusan yang tidak berlangsung lama ketika sebuah bantal menyambutnya, membuahkan tanda tanya dalam diri Jaejoong.
"Untuk apa?" keluh Jaejoong hendak memprotes.
"Membuatmu lebih nyaman," sahut Yunho lembut. Hal yang membuat Jaejoong terenyuh, pria tampan itu sanggup membuatnya jatuh ke jurang penuh bunga.
Menyandarkan kepalanya di atas bantal dengan kedua tangan yang menggenggam erat benda empuk itu. Ketika merasakan Yunho yang merenggangkan kakinya, dan memposisikan diri di sana.
Yunho terlihat memilih waktu, tangannya menjelajahi punggung, bokong hingga paha Jaejoong yang kemudian meremasnya gemas sekaligus melebarkannya. Lenguhan Jaejoong tertangkap pendengarannya dengan punggung yang kian melengkung. Diraihnya sebuah botol dan membukanya.
Suara tutup yang terbuka sempat menarik Jaejoong untuk menoleh ke belakang. Namun Jaejoong gagal mengetahui sesuatu dalam genggaman Yunho ketika satu jari Yunho mulai menelusup masuk. Erangan mengalun lugas pada bibirnya yang membengkak, napasnya terengah begitu merasakan Yunho yang menahan diri. Mendorong pinggulnya berlawanan dengan jari Yunho sebagai tanda bahwa dirinya mengizinkan pria tampan itu untuk bertindak lebih jauh.
Yunho yang mendapat respon positif tersebut lantas tidak lagi meragu, menambahkan jarinya yang lain dan melebarkannya. Hal yang lebih dari cukup membuat keduanya hilang kontrol.

KAMU SEDANG MEMBACA
Glory
FanfictionApa itu kesuksesan? Kepopuleran? Kekuasaan? Kekayaan? Wajah rupawan? Disukai banyak orang? Nyatanya semua hal itu hanyalah kesemuan belaka. Sayangnya setiap orang pasti menginginkan kesuksesan terbalut kesempunaan, bahkan melupakan sebuah hal pentin...