Chap 12

1.4K 193 7
                                    

Cinta bukan hanya sebuah perasaan. Cinta adalah seni. Dan seperti seni apapun, cinta tidak hanya membutuhkan inspirasi, melainkan juga banyak kerja keras

-Adultery, Paulo Coelho-

.

.

.

Langit telah menggelap ketika mereka tiba pada sebuah hotel besar yang dikelilingi gedung-gedung bertingkat. Banyak pertugas yang berlalu lalang dengan puluhan mobil mewah yang silih berganti.

"Silahkan, tuan Kim."

Jaejoong tidak menyadari Will yang telah membuka pintu mobil untuknya, meragu untuk bangkit ketika seorang petugas menyambut keduanya dengan begitu ramah, khas hotel kelas atas. Memberikan handuk basah untuk membilas tangan serta segelas anggur lezat sebelum melangkah masuk.

"Kau yakin mereka mengurung Dohoon di tempat ini?"

Will hanya mengulas senyum simpul, mendekati meja resepsionis sebelum memimpin langkah sesuai yang diarahkan sang petugas "Tidak semua yang ada di film itu nyata, tuan Kim."

Jaejoong memalingkan wajahnya malu, bisa-bisanya pemuda itu mengoreksinya pun Jaejoong tidak ingin meneruskan pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi kepalanya. Mulai saat ini dirinya tidak akan mempercayai segala hal yang dimunculkan pada film-film yang dipasarkan!

Memasuki salah satu kamar yang berada paling ujung begitu mereka tiba pada pada lantai kelima gedung usai melintasi lorong yang cukup panjang. Memperhatikan setiap area yang dipenuhi oleh berbagai lukisan serta patung-patung yang terpahat indah dengan nuansa abad pertengahan yang kental dengan tema keemasan, sebelum langkahnya terhenti begitu Will menghentikan langkah.

"Ada apa?"

Jaejoong merasa sedikit tak nyaman, ruangan ini terlalu besar dan tanpa penjagaan yang ketat, bagaimana mungkin mereka berkata telah menculik Dohoon dan menempatkan pemuda itu di tempat seperti ini? Apakah mereka pikir Dohoon hanya seorang bocah yang tidak bisa melarikan diri?

"Anda bisa menemui tuan Baek terlebih dulu, dan saya akan kembali menjemput anda setelahnya."

Rasa penasaran membludak, sejak Will menjemputnya usai dirinya mengisi salah satu stasiun televisi siang ini serta perjalanan panjang mereka yang entah berada dimana juga sosok Dohoon yang pemuda itu bilang berada di balik pintu hadapan mereka menjadi hal yang sulit diterima akal.

"Apakah tujuanmu membawaku ke tempat ini? Kau berniat menjebakku?" ujar Jaejoong pada akhirnya, dirinya tidak bisa lagi menahan diri.

"Saya undur diri dulu, tuan Kim." Will menjauh begitu saja dengan ponsel yang kembali menempel pada telinga kirinya.

Jaejoong tahu pasti jika pemuda itu tengah mengangkat panggilan Yunho, benar-benar bawahan yang sangat patuh. Matanya terpejam sejenak untuk mengendalikan diri sebelum berbalik dan membuka pintu sebelum memasukinya. Tidak ada yang aneh di sana, selain seorang pemuda yang terduduk frustasi pada pinggir ranjang.

"Aku akan bunuh diri jika kau tidak segera melepaskanku, sialan- Jaejoong?"

Tawa tak percaya nyaris pecah begitu sosok Dohoon memang berada di sana, Jaejoong sama sekali tidak menyangka dapat kembali bertemu Dohoon di tempat ini. Alih-alih terlihat menyedihkan oleh luka dan darah yang menghiasi, Dohoon terlihat begitu segar dan sehat meski wajahnya menunjukan rasa frustasi yang kuat.

"Mereka hanya mengurungmu di hotel dan kau sudah telihat seperti seseorang yang hilang kewarasan?"

Dohoon tidak memperhatikan kalimat pedas Jaejoong ketika tubuhnya sudah lebih dulu merengkuh pemuda rupawan itu "Rasanya aku seperti akan mati," rintihnya tidak kuasa.

GloryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang