Cinta bukan hanya sebuah perasaan. Cinta adalah seni. Dan seperti seni apapun, cinta tidak hanya membutuhkan inspirasi, melainkan juga banyak kerja keras
-Adultery, Paulo Coelho-
.
.
.
Manik bulat Jaejoong nyaris saja membola begitu mobil yang Yunho kendarai memasuki sebuah mansion yang tidak asing "Y-yunho... apa yang akan kita lakukan di tempat ini?"
"Memberikan jaminan untukmu," sahut Yunho tenang seraya menghentikan mobil "Kau tidak ingin turun?" merasa geli ketika Jaejoong terlihat seperti anak kecil yang tidak ingin melakukan pemeriksaan gigi.
Jaejoong merasa dilema, selama ini dirinya selalu berkata tidak memiliki waktu bahkan untuk menginjakan kaki pada bangunan besar dihadapan ketika Yunho malah membawanya ke sana. Bahkan ringisan mengalun ketika melihat sosok paruh baya yang begitu dikenalnya mulai membuka pintu utama.
"Ayo," ajak Yunho yang telah mendahuluinya.
Mengikuti jejak Yunho seraya melangkah tepat di belakang pria bertubuh besar itu.
"Tuan Jung, apakah ada barang anda yang tertinggal?" sang wanita baya menyapa Yunho ramah.
Yunho hanya tersenyum kepada wanita yang menjadi kepala pelayan di kediaman megah itu "Selamat malam, bibi Im. Saya hendak kembali menemui tuan Kim,"
"Tuan besar?" wanita baya itu sontak dikejutkan oleh keberadaan Jaejoong begitu Yunho menggeser tubuhnya "Astaga! Tuan muda?"
Jaejoong hanya dapat mengulas senyum meringis sesekali melirik tanya Yunho, apakah pria itu mengenal sang ayah? Tapi bagaimana bisa?
"Selamat malam, bibi. Kupikir bibi sudah tidur...?" ujar Jaejoong canggung.
Wanita Im sigap mempersilahkan keduanya masuk "Saya masih harus mengawasi beberapa pelayan, tuan muda. Senang sekali bisa kembali melihat anda, tuan besar pasti akan sangat bahagia jika tahu anda datang berkunjung."
Tidak banyak yang Jaejoong lakukan ketika dirinya kembali menyapa ruang tamu yang dulu terasa begitu hangat, sebuah bingkai raksasa dengan foto keluarga terpasang di sana. Mungkinkah Yunho tidak asing dengan kediamannya karena benda itu? Yunho pernah beberapa kali datang sebelumnya? Manik bulatnya menoleh Yunho penuh selidik.
"Ada apa?"
Raut tenang tanpa rasa bersalah menghiasi wajah Yunho, benar-benar membuat Jaejoong curiga. Apakah Yunho memang telah merencanakannya? Tapi rencana seperti apa yang pria itu lakukan?
"Saya akan meminta pelayan lain untuk menjamu anda, tuan Jung. Juga memanggil tuan besar," ujar wanita Im usai tersenyum hangat kepada Jaejoong.
"Rumahmu terlihat mengagumkan, Jaejoong." komentar Yunho yang telah menduduki salah satu sofa "Ada yang ingin kau tanyakan?" ujarnya dengan senyum.
"Pertama, ini bukan rumahku. Kedua... apa yang kau rencanakan sebenarnya, Jung Yunho?"
"Aku? Memangnya apa yang aku lakukan?" balas Yunho tanpa menampilkan raut berlebih.
Jaejoong lantas memicing tak percaya "Mendatangi kediaman ayahku kemudian mengenal dekat kepala pelayan kami, kau pasti merencanakan sesuatu!" tuduh Jaejoong bersikeras.
"Aku hanya merealisasikan keinginanmu, Kim Jaejoong."
Dahi pucat itu mengercit, dirinya hanya meminta Yunho untuk memberikan jaminan akan hubungan mereka, namun kenapa pria itu malah terlihat seperti... memulangkannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Glory
FanfictionApa itu kesuksesan? Kepopuleran? Kekuasaan? Kekayaan? Wajah rupawan? Disukai banyak orang? Nyatanya semua hal itu hanyalah kesemuan belaka. Sayangnya setiap orang pasti menginginkan kesuksesan terbalut kesempunaan, bahkan melupakan sebuah hal pentin...