Apate adalah sebutan bagi dewi penipuan, kebohongan dan tipu muslihat.
.
.
.
"Penjualan album menurun, minat pasar teralih cepat, serta biaya produksi yang semakin meningkat."
Manik bulat itu menatap datar pria baya yang masih memperlihatkan grafik pemasaran kepadanya. Raut wajahnya sama sekali tidak menampilkan minat, bahkan kekhawatiran akan nasibnya setelah ini.
"Lalu? Haruskah kau memberitahukannya kepadaku? Tugasku hanya menunjukan bakatku dan menghibur para penggemar."
"Tapi ini akan mempengaruhi popularitasmu! Bahkan 0,97% penggemarmu mulai beralih pada idol baru!"
Dihela napas panjang, telinganya sempat berdengung saat sang pria berseru cukup tinggi kepadanya "Aku tahu pasti jika kau akan berusaha mengendalikan posisiku di dunia hiburan, lagipula hal ini pasti terjadi pada mereka yang telah cukup lama tidak menyapa penggemar. Seharusnya saat ini kau rencanakan peluncuran albumku dan bukan memintaku untuk terus menandatangi kontrak drama."
"Kau bahkan selalu menolak untuk untuk mendiskusikan konsep albummu kedepannya." Sindir sang pria tajam.
Wajah rupawan itu mengerut tak suka "Jika memang mereka membiarkanku sedikit bernapas dari puluhan jadwal yang mencekik itu, aku akan dengan senang hati membantu!" Kilatan kesal mulai memenuhi kedua manik bulatnya "Jika tidak ada lagi yang perlu didiskusikan, aku harus pergi. Siang ini masih ada pemotretan yang harus aku datangi."
Dipasangnya sebuah kacamata mewah keluaran salah satu brand Italy sebelum melenggang angkuh, meninggalkan ruangan yang dipenuhi suasana menekan. Menjauhi sang pria baya yang menatapnya tak percaya dengan emosi tertahan.
"Astaga! Dia masih saja tidak berubah! Apakah kekuasaan ayahnya bisa membantu perjalanan karirnya di dunia hiburan?!" Sergahnya tak kuasa menahan kesal.
Sedangkan anggota tim lainnya hanya dapat menghela napas lelah. Artis mereka yang selalu memudahkan sesuatu serta sang pimpinan yang mudah sekali terbawa emosi, benar-benar hari yang menguras tenaga.
.
Wajah rupawan itu termenung kosong menatap jejeran kios yang dilintasi kendaraannya. Tidak ada lagi raut angkuh yang sebelumnya menghiasi wajahnya, hanya pandangan lelah yang memenuhi kedua matanya.
"Adakah jadwal lain setelah ini, hyung?"
Kyungtae, manejer sang idol pun hanya dapat menampilkan raut sesal "Kau bisa beristirahat sampai lusa, Jaejoong-ah. Namun salah satu rumah produksi masih ingin menemuimu."
"Rumah produksi yang membuat film-film mesum itu? Tidak! Aku tidak akan pernah menerimanya. Akan digantung appa jika aku mengambil peran pada salah satu film mereka."
"Kalau begitu waktu istirahatmu bertambah hingga tiga hari ke depan."
Jaejoong hanya mengangguk kecil tanpa berkomentar banyak. Rasanya sudah begitu lama tidak memiliki kesibukan yang mencekik sejak dua minggu lalu. Skandal yang menimpanya benar-benat menghambat karirnya yang sedang naik.
Sial! Kesal sekali rasanya. Dasar wanita murahan! Padahal Jaejoong tidak sengaja melakukannya, lagipula banyak pengunjung lain yang lebih terang-terangan berusaha menyentuh tubuh menjijikan wanita itu! Namun kenapa tiba-tiba saja namanya muncul pada salah satu portal berita?!
Ingin sekali Jaejoong menangis, namun itu tidak mungkin dilakukannya. Lagupula untuk apa menangisi nasib sial yang tengah menimpanya? Hanya buang-buang waktu saja!
"Nuna, ambilkan cerminku." Pintanya pada salah satu wanita yang duduk di kursi belakang.
Dalam keadaan apapun, Jaejoing tidak boleh memperlihatkan penampilan buruk. Penggemar atau bahkan para pencari berita hanya boleh mengenang sosoknya sebagai idol mempesona tanpa kekurangan apapun!

KAMU SEDANG MEMBACA
Glory
FanfictionApa itu kesuksesan? Kepopuleran? Kekuasaan? Kekayaan? Wajah rupawan? Disukai banyak orang? Nyatanya semua hal itu hanyalah kesemuan belaka. Sayangnya setiap orang pasti menginginkan kesuksesan terbalut kesempunaan, bahkan melupakan sebuah hal pentin...