Chap 14

1.5K 178 16
                                    

Cinta bukan hanya sebuah perasaan. Cinta adalah seni. Dan seperti seni apapun, cinta tidak hanya membutuhkan inspirasi, melainkan juga banyak kerja keras

-Adultery, Paulo Coelho-

.

.

.

Pemandangan keseluruhan sirkuit dapat terlihat jelas dari atas sini. Bahkan untuk hal kecil seperti jejak mobil yang menghiasi aspal serta area tribun yang begitu megah. Mungkin tidak sebesar arena balap yang mungkin akan Yunho hadapi, namun berbeda bagi Jaejoong yang baru kali pertama melihatnya secara langsung.

Melepas jaketnya untuk ditaruh pada sisi sofa sebelum mengitari setiap sudut ruangan. Tidak jauh berbeda dari ruang-ruang pada perkantoran. Mungkin beberapa miniatur mobil balap serta sebuah model sirkuit - yang entah apa Jaejoong tidak terlalu mengetahuinya- memberikan kesan lain. Tipikal atlet balap mobil, seragam pada sebuah manekin dalam lemari kaca menghiasi samping meja kerja.

"Kau menikmatinya?"

Jaejoong tidak sadar jika Yunho telah menyelesaikan urusannya di kamar mandi, dan kini dihadapkan oleh penampilan menggairahkan pria tampan itu. Gila! Apakah Yunho tidak berniat menggenakan pakaian terlebih dulu? Haruskah Jaejoong melihat dada telanjang yang masih basah itu?

Meski sebuah handuk tetap menghiasi area pinggang hingga lutut, namun tetap saja membuahkan apel masak pada pipi gembulnya. Padahal mereka pernah saling memperlihatkan kepolosan satu sama lain, namun kenapa Jaejoong seperti orang amatir? Ataukah ini memang sifat dasar manusia atas moral yang berlaku di masyarakat?

"Hey, kenapa kau diam?"

Lihat! Yunho sepertinya memang berniat menggodanya. Bagaimana bisa pria itu mendekat tanpa rasa malu sekaligus bersalah karena membuat Jaejoong kelu?

"Tidak ada. Ruanganmu cukup bagus."

Yunho hanya tertawa kemudian mendekati sebuah pintu yang akan membawanya pada ruang pakaian "Pengalihan yang baik,"

Tingkah canggung Jaejoong begitu jelas di mata Yunho, namun pengendalian diri itu cukup mengagumkan.

Jaejoong hanya mendengus, meski pandangannya tidak teralih dari punggung kekar Yunho. Ini bukanlah kali pertama matanya menikmati punggung seksi itu, namun ukiran tato di sana selalu saja menggoda gairah Jaejoong.

"Suka dengan apa yang kau lakukan?"

Jaejoong tersadar sebelum mengalihkan pandangannya, lebih-lebih usai melihat sudut bibir hati itu menyeringai "Kau seharusnya tahu seseorang tengah menunggumu di sini. Kenapa menghabiskan waktu cukup lama hanya untuk membersihkan diri?"

"Begitukah? Kau bosan?" Yunho kembali mendekat tanpa berniat mengenakan atasan, dimana kini sebuah celana bahan telah membalut tubuhnya "Ingin melakukan sesuatu yang menarik denganku?"

Manik bulat Jaejoong mendatar "Apakah menggodaku itu menyenangkan?"

"Sangat," tanpa segan, Yunho meraih pinggang sempit Jaejoong. Merapatkan bagian depan keduanya, dengan masing-masing dentuman dada yang saling bersahutan. Sepertinya bukan hanya dirinya yang merasa antusias, Jaejoong pun merasakan hal yang sama.

"Kenapa kau begitu indah, Jaejoong-ah?"

Jaejoong hanya tertawa, godaan seperti ini sering kali diterimanya oleh beberapa pria dulu. Yunho bukanlah yang pertama melayangkan kata tersebut, "Kau terpesona olehku?" dan kali ini, dirinya juga ingin mengikutsertakan diri dalam suasana yang diciptakan Yunho.

Yunho berbeda, meski hubungan mereka dimulai bukan dari situasi yang baik namun jiwa mereka seolah saling mengikat. Jaejoong tidak mengerti bisikan hatinya itu, namun menikmati hal ini tidak ada salahnya.

GloryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang