Chap 13

1.5K 178 26
                                    

Cinta bukan hanya sebuah perasaan. Cinta adalah seni. Dan seperti seni apapun, cinta tidak hanya membutuhkan inspirasi, melainkan juga banyak kerja keras

-Adultery, Paulo Coelho-

.

.

.

"Aku lelah sekali..."

Kalimat itu benar-benar mengganggu telinga, lebih buruknya lagi berasal dari sang putra "Kau bahkan tidak melakukan apapun selain tidur dan makan selama penerbangan,"

"Tidak perlu memperjelasnya, appa." sergah bibir ranum itu seraya mengenakan kacamata hitam, tentu saja penampilan akan selalu menjadi hal utama.

"Kau ini lebih mirip sosialita dibanding selebritis, lagipula cuaca begitu mendung untuk membuat kacamata itu berguna."

Jaejoong tidak pernah sejengkel ini selain bersama ayahnya, dan mungkin juga Yunho yang akhir-akhir ini menghantuinya "Fashion. Kau seharusnya lebih terbuka soal ini, appa."

Tuan Kim hanya mengedikan bahunya dan memasuki mobil yang telah menunggu sebelum mata tuanya menangkap begitu banyak koper yang berdampingan dengan miliknya, sepertinya dia tahu siapa pemilik koper-koper itu "Tidak kusangka kau senang sekali merepotkan diri..."

Jaejoong teralih "Siapa?"

"Apakah kau berniat menetap?"

Mendengar itu Jaejoong hanya tertawa "Persiapan. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi nanti, bukan?"

"Terserah saja." dirinya tidak ingin direpotkan oleh tingkah sang putra, lagipula tubuhnya cukup lelah dan butuh istirahat lebih sebelum beraksi. Keberadaannya di sini bukan hanya menemani Jaejoong ataupun menghadiri undangan yang Yunho berikan, namun lebih ke pekerjaan yang akan dilakukannya.

.

Lintasan luas dengan dua buah mobil yang saling melaju kencang menjadi pemandangan yang luar biasa bagi Changwook. Matanya bahkan tidak henti mengeluarkan binar antusias ketika suara deru mesin itu memenuhi telinga, mengindahkan debu dan asap kendaraan yang menghempasnya. Changwook sangat menikmati pertunjukan yang ada.

Senyumnya kian melebar begitu salah satu mobil berhenti dihadapan, tentu saja sosok Yunho yang turun dari sana dan menyambutnya dengan senyuman menyaratkan kesenangan "Paman sangat hebat!"

"Kenapa tidak menunggu di dalam? Area ini sangat berbahaya," ujar Yunho dengan keringat yang menghiasi, tentu saja dirinya dibuat kepanasan oleh mesin mobil yang tidak henti bekerja. Terlebih telinganya juga sedikit berdengung oleh guncangan kuat yang baru saja diterima.

"Aku ingin melihat paman lebih dekat,"

"Tidak ada yang melarangmu?" Yunho mengedarkan pandangan pada salah satu bawahan yang sekiranya menampilkan raut sesal oleh keberadaan Changwook di sana, sepertinya bocah ini yang memaksakan diri "Ayo kita segera ke dalam, aku harus kembali ke kantor setelah ini."

"Bisakah aku ikut mengendarai mobil balap seperti paman?"

Yunho menghentikan langkahnya, memberikan helm pelindung pada seorang asisten dengan pakaian bagian atas yang telah ditanggalkan "Tentu, tidak ada yang melarangmu."

"Benarkah?"

"Tapi bukan sekarang, aku akan meminta Will untuk mengantarmu pulang."

Changwook menampilkan raut kecewa "Apakah aku tidak bisa lagi melihat paman beraksi seperti tadi?"

"Saat ini bukan waktu yang tepat, lagipula ada tamu spesial untukmu." Yunho merusak surai Changwook sebelum menitipkannya pada sang bawahan, mendekati timnya yang tengah merundingkan hasil latihan barusan "Terjadi sesuatu?"

GloryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang