Chap 5

2.1K 259 22
                                    

Cinta bukan hanya sebuah perasaan. Cinta adalah seni. Dan seperti seni apapun, cinta tidak hanya membutuhkan inspirasi, melainkan juga banyak kerja keras

-Adultery, Paulo Coelho-

.

.

.

"Tidakkah ini terlihat berlebihan?"

Yunho hanya menoleh sekilas dan mengedikan bahunya tak acuh "Tidak ada salahnya bagi kita untuk menikmati Foncebadon lebih lama lagi,"

Mengikuti pergerakan Yunho seraya melingkarkan handuk putih pada pinggangnya, menutupi area pribadinya "Kita benar-benar akan pergi nanti malam?"

Jaejoong sigap membuang muka ketika menyadari Yunho melepaskan celananya, pun begitu sempat mendesah kecewa ketika pria tampan itu masih mengenakan sehelai kain sebagai pelindung kelelakiannya.

"Jika kau memang masih ingin menikmati desa ini, aku bisa meminta mereka untuk pergi terlebih dulu jadi kita akan menyusul setelahnya." menduduki pinggir kolam sekaligus membiarkan satu-satunya kain miliknya basah. Ketika tatapannya terarah pada Jaejoong yang masih bergeming pada bibir pintu "Tidak ingin bergabung?"

"Apakah kau menyewa seluruh tempat ini?"

Tentu saja, Jaejoong akan melayangkan pertanyaan itu. Lebih-lebih sejak keduanya tiba di sebuah hotel mungil yang terdapat kolam air panas alami, Jaejoong sama sekali tidak menemukan pengunjung lainnya selain mereka.

"Privasi dibutuhkan untuk ketenangan yang sulit ditemukan," sahut Yunho asal, kemudian menatap lekat Jaejoong yang telah mendudukan diri di sisinya "Kau tidak melepas handukmu?"

Ketika bola mata indah itu merotasi jengah "Kau sendiri masih mengenakan celana ketika berendam,"

"Ingin aku melepaskannya?"

Namun Jaejoong sudah terlebih dulu menahan Yunho untuk tidak melanjutkan niatannya "Akan sangat canggung jika kau benar-benar melakukan hal itu," kemudian menikmati air panas yang perlahan merilekskan tubuhnya "Lagipula aku tidak ingin sesuatu yang lain terjadi."

Yunho menangkap arti lain dari kalimat Jaejoong kemudian memandang lamat-lamat pria cantik yang tengah memejamkan mata itu "Memangnya kau mengharapkan aku melakukan apa?" sigap melingkarkan lengannya pada pinggang Jaejoong, dan sempat takjub oleh kelembutan permukaan pucat Jaejoong. Benar-benar membuat tangannya tidak ingin lepas dari sana.

Apakah ini benar-benar kulit yang dimiliki seorang pria?

Manik musang Yunho menjalar hingga pandangannya terarah pada jemari kaki mungil Jaejoong yang terbayang diantara air kolam, terlihat begitu menggemaskan layaknya buku-buku bayi. Nyaris saja Yunho menggapai bibir Jaejoong ketika dadanya tertahan dengan sepasang manik bulat yang menatapnya dalam.

"Kau tahu aku ini gay?"

Dahi Yunho sempat mengercit kemudian membalas tatapan Jaejoong "Yeah... lalu?" sahutnya tenang.

Namun Jaejoong terlihat tidak senang ketika respon Yunho seolah tidak mengacuhkannya "Lalu?! Bagaimana kau memintaku menjadi kekasihmu jika kau sendiri bukanlah seorang gay?!"

Hampir saja Yunho tertawa ketika Jaejoong menyerangnya tiba-tiba, namun Yunho memutuskan untuk mengikuti arah kekhawatiran tak beralasan Jaejoong "Hm... aku memang bukan gay. Namun anehnya... aku hanya menginginkanmu, apakah itu sebuah kesalahan?"

"Kau berniat memanfaatkanku?" seru Jaejoong tak terima, merasa berang sendiri oleh kelakuan Yunho yang senang sekali memutar kata-kata.

Meski reaksi berlebihan Jaejoong sungguh menghibur Yunho, namun akan sangat tidak nyaman jika melihat Jaejoong terus saja memelototinya "Bedakan hal itu dengan 'menginginkan', Jaejoong."

GloryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang