Apakah aku hanya di ciptakan untuk menunggu? Bahkan untuk mengembalikan payung pun aku harus menunggu.
****
Ibuku tidak ada di rumah, ibu dimana ya?
****
Tok.. tok.. tok..
Seseorang mengetuk pintu rumah, aku terkrjut karena, siapa? Yang akan datang bertamu pada waktu maghrib?
Aku membuka pintu dan ternyata itu adalah ibu dan ayah yang datang bersamaan.
"Ibu dari mana?"
Ibu terlihat bingung ketika aku bertanya seperti itu,
"U-udah ayo masuk udah maghrib"
Aku bingung sekaligus curiga, mengapa ibu terlihat bingung dan gelagalan menjawabku. Ah tapi aku harus membuang jauh jauh rasa kecurigaanku
Dari tadi siang aku sudah tidak merasa pusing lagi badan ku pun sudah tidak panas, dan berarti aku sudah sembuh.
"Besok aku sekolah saja"
Aku berbicara kepada ayah yang sedang membaca koran di meja makan. Aku dan ayah sedang menunggu makan malam yang sedang disiapkan oleh ibu.
"Yaudah sekolah aja kalau kamu udah baikan"
Aku mengangguk
"Abang kemana? Belum pulang?"
Aku kembali bertanya kepada ayah, yang tetap fokus membaca koran harian yang belum dibaca, tadi pagi.
"Katanya dia lagi banyak tugas, terus ngerjainnya di rumah temennya sekalian kerja bareng"
"Ooohh"
Aku hanya mengangguk angguk tanda mengerti, dengan apa yang diucapkan oleh ayah.
Aku ingin sekali mengatakan kepada ayah tentang surat misterius itu, tapi entah kenapa aku merasa kalau aku belum siap untuk mengatakannya, bagaimana jika ayah akan menanyakan banyak tentang yang lain? Ah aku masih belum siap.
****
"Alsa sebentar lagi kita bakal ngadepin banyak ujian sekolah, dan berarti sebentar lagi kita lulus dan jadi anak SMA, terus kamu masih stuck sama si Rafiz?
Ucap neisya, dengan nada sedikit mengejek. Memang benar mau sampai kapan aku menunggu Rafiz datang? Ah tapi mungkin juga dia tidak akan datang kembali, dan bisa saja sekarang ini, dia sudah melupakanku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alsa&Aksal
Teen Fiction"Alsa, Cinta itu bukan tentang memiliki, tapi tentang membahagiakan, dan dari awal niatku hanya ingin membahagiakanmu bukan memilikimu, oleh karena itu, aku rela jika bahagiamu bukan denganku, aku hanya ingin kamu bahagia, dan aku berjanji akan meng...