Bagian 4

194 24 0
                                    

Kali ini tentang surat, bukan tentangmu

****

Setelah selesai mandi aku masih penasaran dengan surat itu lantas segera aku membuka isi surat itu

Untuk alsa ranis

Selamat malam alsa ranis, jangan resah dan penasaran siapa yang mengirim surat ini, aku mengirim ini hanya ingin berbicara yang tak mampu aku bicarakan oleh mulutku.
Tersenyum lah alsa seperti sedia kala, senyummulah, yang semesta ini rindukan alsa.

Seorang yang juga rindu senyummu.

Aku tak percaya dengan yang ku baca tadi, aku langsung membaca nya lagi dan memastikan jika tidak ada sepatah katapun yang terlewat dibaca, ini siapa? Mengapa dia menyeruhku tersenyum?

Tiba tiba ada suara ketukan pintu dan suara seorang perempuan memanggil namaku, ternyata itu adalah suara ibu, akupun langsung menyembunyikan surat itu di bawah bantal agar ibu tidak melihat dan menanyakan siapa yang mengirim surat dan apa isinya, karena sungguh, aku belum siap memberi tahu apa isi surat itu kepada ibu, sebelum aku tahu siapa pengirimnya

"Tok...tok..tok..."
"Sa alsa"
"Ini susu coklatnya"

Aku langsung berlari untuk membuka pintu

"Iya bu" kataku sambil membuka knop pintu dan yang aku lihat adalah ibuku yang sedang membawa tatakan dengan susu coklat di atasnya
"Nih susunya" aku langsung mngambil susu coklat nya,tercium aroma coklat yang tak bisa aku tolak lagi untuk diminum.
"Iya bu, makasih" kataku dengan senyuman.
"Yaudah kamu segera tidur yah, ini udah larut malam" aku langsung mengangguk sambil tersenyum.

Setelah ibuku berlalu meninggalkan ambang pintu, aku langsung menutup pintu dan berjalan menuju kasur untuk membaca kembali surat itu, aku masih tidak percaya dengan isi dari surat itu.

"Ah ini siapa sih" gumamku dalam hati, aku masih bingung dengan siapa si pengirim surat ini
"Ga mungkin kalau tukang sol sepatu juga kan?" aku menggaruk tengkuk ku yang tidak gatal.

Aku memutuskan untuk menyimpan surat itu, dalam laci lemari, yang menyimpan banyak kenangan tentang Rafiz.                  

****

Hari ini cuaca tidak begitu terik, semilir angin sepoy-sepoy yang memasuki ruangan kelas IX B membuat semua siswa siswi merasa kantuk tak tertahan, di tambah bu Sri yang sedang menerangkan materi Bahasa Indonesia dengan suara yang mendayu dayu sudah seperti dongeng pengantar tidur bagi para siswa siswi, begitupun denganku, sedari tadi aku tak henti hentinya menguap.

Murid murid terlihat banyak yang tidak fokus pada pelajaran, aku melihat Rena yang menggambar gambar tidak jelas di belakang buku, Dina mengipas ngipas wajahnya dengan buku catatan mungkin agar tidak terlalu mengantuk, dan Neisya teman sebangku ku, sedari tadi terditur pulas dengan wajah yang di tutupi oleh buku.

Alsa&AksalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang