Bagian 10

90 16 0
                                    

3 bulan setelah hari bahagia itu..

Sepertinya pagi ini matahari menyambutku dengan baik. Aku menunggu metro mini yang akan aku naiki menuju ke sekolah, ya sejak hari pertama masuk SMA aku sudah menaiki metro mini sebagai alat transportasi ku setiap hari. Setiap menaiki metro mini aku selalu teringat pada Aksal yang pertama kali membuatku tidak takut lagi menaiki metro mini.

Aku bersekolah di salah satu SMA negri di kota kembang, aku terdaftar di kelas X IPA1. Di kelas ini, aku memiliki dua sahabat yang bernama Agis dan Karin mereka sangat baik dan tulus. Aku ingin sekali duduk sebangku dengan sahabat ku, namun entah jahat atau tega bapa dan ibu guru membuat peraturan bahwa siswa siswi di sekolah ini harus duduk sebangku dengan lawan jenis, entah mengapa aku belum tahu alasannya dan karena aku tidak ingin melanggar peraturan, aku duduk dengan seorang lelaki yang sangat menyebalkan dan membuatku jengkel setiap hari.

Oh iya, pasti salah satu diantara kalian yang sedang membaca ini, ada yang bertanya bagaimana perasaan ku terhadap Rafiz sampai sejauh ini? Jangan tanya itu, tolong. Karena aku lelah mengakui bahwa aku masih menunggunya datang.

Dan dengan Aksal? Aku sedang ada di titik sangat rindu pada Aksal, setelah hari bahagia itu, aku tidak melihat lagi batang hidungnya, aku sangat ingin menemui Aksal namun, aku harus mencari kemana? Jika saja aku bisa pergi ke sekolah anak anak itu, aku akan pergi dan tak akan menunggu lagi, namun aku hanya ingin mematuhi kata Aksal yang pernah bicara "alsa, jika kamu ingin pergi kesini lagi, tolong jangan pergi kesini sendiri, aku akan menjemputmudan sampai sekarang aku belum pernah tahu alasan mengapa Aksal mengatakan itu. Kali ini, aku merasa sangat menyesal karena disetiap pertemuanku dengan Aksal aku tak pernah sempat menanyakan tentang nomor telfonnya.

"Alsa, pr matematika udah belom?" seru seorang lelaki di samping ku
"Udahlah" jawabku ketus tanpa melihat kearahnya
"Mau nyalin dong"
"Aduh reza, ini pr tuh udah dari seminggu yang lalu masa kamu belum ngerjain sih" kali ini aku melihat ke arahnya dengan wajah ketus
"Kamu juga tau kan otak aku sampe mana" reza memasang wajah memelasnya
"Pokonya, abis ini gaada lagi nyalin nyalin pr, makanya jangan kebanyakan main game" reza nyengir memperlihatkan barisan giginya yang putih

Menurutku Reza adalah seorang yang pintar namun dia malas, buktinya jika dia mengerjakan ulangan harian dia tidak pernah menyontek dan dia mendapat nilai yang tidak buruk.

"Tok tok tok" suara sepatu bu Parida yang sedang menuju ke ruang kelasku membuat semua anak terdiam dan duduk rapi
"Selamat pagi anak anak" seru bu Parida setelah memasuki ruang kelas

Setelah itu, pelajaran dimulai, bu Parida menjelaskan dengan sangat cepat, membuat anak anak tidak mengerti dengan asal muasal angka angka yang ditulis bu Parida di papan tulis, begitu juga dengan aku.

Aku menoleh ke arah Reza yang sedari tadi terdiam, dan ternyata ia sedang terditur pulas. Sepertinya suara bu Parida sudah seperti dongeng pengantar tidur baginya

Bel istirahat berbunyi, membuat semua anak anak tersenyum sumringah dan kembali bersemangat

Setelah bu Parida mengakhiri pelajarannya Agis dan Karin menghampiriku dan langsung menuju ke kantin dan langsung memesan makanan, aku memesan ayam goreng kesukaanku dan teh manis dingin.

"Sa" seru Karin dan Agis kompak
Aku yang sedang bertopang dagu langsung melirik ke arah mereka "hhmm?"
"Kamu pernah jatuh cinta ga sih?" tanya Agis
"Apaan sih ah" jawabku sambil tersenyum
"Yaa abisnya kamu tuh, kaya ga bisa banget suka sama cowo, padahal cowo sebangku kamu itu menurut kita kita ganteng banget" jawab Karin sambil membayangkan wajah Reza, membuatku heran pada mereka karena penilaianku terhadap seseorang bukan karena tampangnya
"Aku sebenernya pernah jatuh cinta, tapi aku kecewa, entah karena semesta tak mengizinkan atau dia yang aku cinta, sudah lupa akan janjinya"
"Kecewa kenapa?" tanya Agis dan Karin kompak
"Aku dibuat menunggu selama 1 setengah tahun ini"
"Terus kamu masih nunggu? Dan kamu masih percaya?"  tanya Karin
Aku hanya bisa mengangguk lemah.
Mereka hanya menggeleng gelengkan kepala

Setelah kami menyantap makan siang kami, kami langsung kembali menuju kelas, karena kami bukan tipe cewe cewe yang suka nongkrong di kantin dan menggoda para kaka kelas yang tampan.

Belajar setelah makan siang memang sangat berat, aku harus fokus tetapi mataku sudah tak kuat menahan kantuk ditambah dengan angin sepoy sepoy yang memasuki ruang kelas dan udara dingin tanda langit akan menurunkan rintik rindunya pada bumi

Bel pulang sekolah berbunyi berbarengan dengan turunnya rintik hujan dari langit, aku tidak menyayangkan hujan turun. Namun aku hanya bingung, bagaimana aku pulang? Sementara aku tak membawa payung.

"Alsa, aku pulang duluan yah aku sudah di jemput kak ku" seru Karin dari belakang ku
Aku hanya mengangguk dan tersenyum
Begitupula dengan Agis yang berpamitan duluan

Aku berlali menuju ke halte metro mini untuk berteduh sambil menunggu metro mini datang, aku berfikir untuk mengambil handphone yang ada di saku rok ku untuk mengabari ibu aku pulang terlambat.

Saat aku mengambil handphone aku menyadari ada yang hilang dari saku ku, aku baru ingat yang hilang adalah kertas yang sangat berharga yaitu uang. Ah sial uang ku hilang, lalu aku pulang bagaimana jika aku berjalan untuk pulang ke rumah pasti aku akan sampai rumah nanti malam karena jarak dari sekolah ke rumah bisa dibilang jauh. Aku sangat bingung dan risau.

Tiba tiba ada seorang lelaki mengenakan baju seragam SMA membawa motor vespa putih dengan mengenakan helm nya, berhenti di depan ku. Aku tidak mengetahui siapa dia karena mukanya tertutupi helm

Lelaki itu membuka helm nya dan melihat ke arahku,

"Hei!" dia menyapa ku, dan ternyata dia adalah Aksal yang ku rindukan selama ini
"Hei, Aksal?" kataku memastikan
"Iya, aku Aksal" dia tersenyum
Aku baru sadar, daritadi dia diguyur hujan dan dia tidak mengenakan jas hujan
"Eh sini, menepi dulu, kamu tidak mengenakan jas hujan"
"Ah tak apa" dia turun dari motornya dan mengambil sesuatu di bagasi motornya
"Ini, pakailah setelah itu naik motor ini lalu aku akan antar kamu pulang, ibumu pasti sudah risau" seru Aksal sambil menyodorkan lipatan jas hujan berwarna biru tua.

Aku selalu tak mengerti dengan pemikiran Aksal, dia selalu datang disaat aku sangat membutuhkannya, dan kedatangannya selalu tiba tiba dan sangat bisa membuatku senang.

Aku ingin sekali menanyakan banyak hal kepadanya. Mengapa dia bisa tau aku bersekolah disini? Mengapa dia tak mengizinkanku pergi sendiri ke sekolah itu? Dan masih banyak lagi.

"Sudah, tahan dulu pertanyaan mu itu, pakai dulu jas hujan nya, matahari sudah berpamitan pada bumi" kata Aksal yang semakin menambah daftar pertanyaanku padanya

Setelah aku memakai jas hujan, aku langsung naik ke motor vespanya itu bukan motor yang istimewa namun, jika yang menjalankannya adalah Aksal motor vespa itu akan sangat istimewa

Lalu aksal menjalankan motornya dengan kecepatan sedang,

"Aksal kamu tidak kedinginan?"
"Jika kamu suka senja, maka aku sangat suka hujan" Ucap Aksal
Aku tersenyum.

Wahai semesta, jika tujuanmu meminta hujan turun hanya untuk membebaskan rinduku pada Aksal, maka aku akan sangat berterimaksih padamu.





Alsa&AksalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang