Bagian 9

120 16 3
                                    

"Aku membawamu kesini, karena aku ingin memperkenalkan duniaku padamu, dan inilah duniaku Alsa"

Aku bingung, karena penjelasan dari Aksal belum bisa mengisi semua pertanyaanku

"Dan sekarang aku sudah kenal dengan duniamu"

Aksal tersenyum melihat ke arahku, aku melihat ke arah aksal untuk melanjutkan bicara

"Masih banyak pertanyaan yang ingin aku tanyakan sama kamu"

"Sebelum kamu bertanya, aku akan jelaskan semua nya jika kamu berkenan mendengarkannya"

Aku pun mengangguk dengan hati yang sungguh sungguh penasaran semua tentang Aksal

"Anak anak itu, adalah anak anak yang tidak tahu dimana orang tuanya, bahkan diantara mereka ada yang sudah yatim piatu"

Aku mengangguk tanda mengerti

"Dan, dulu saat aku seusia mereka, akupun bernasib sama seperti mereka"

Kalimat yang terucap dari Aksal sangat membuat ku terkejut, aku tidak menyangka kalau orang yang seperti Aksal memiliki masa kanak kanak yang tidak menyenangkan

"Sebelum aku bernasib seperti mereka, dulu aku memliki keluarga yang sederhana, aku anak tunggal dari ayah yang kasar dan ibu yang sangat lembut, meskipun begitu aku bahagia memiliki keluarga seperti mereka, sampai pada suatu waktu ibuku dan ayahku bertengkar hebat hingga ayahku pergi meninggalkan rumah, saat aku kelas 3 sd ibuku sakit parah, kami tidak memiliki uang untuk berobat ke rumah sakit, bahkan untuk makan pun bisa dibilang tidak cukup, dan akhirnya aku pun putus sekolah. Pada suatu hari aku memutuskan untuk mengamen di jalan saat aku pulang ke rumah, di depan rumah ku sudah ada bendera kuning dan ternyata ibuku yang meninggal dunia"

Aku meneteskan air mata mendengar Aksal bercerita tentang masa kecil nya

"Aku hampir putus asa. Karena ibuku dan ayahku sudah tidak memiliki kerabat dekat, aku memutuskan untuk hidup di jalanan, aku mengamen dari toko ke toko dan dari situlah aku belajar menjadi pribadi yang kuat, dan aku tidak ingin menghambur hamburkan uang karena aku tahu betapa sulitnya mencari uang. Sampai pada suatu hari aku berjalan ke daerah sini dan menemukan sekolahan aku di sambut dengan baik oleh pemiliknya"

Aku kembali meneteskan air mata, disaat Aksal mengamen di jalan mungkin saja aku sedang bermain dengan teman teman sebayaku, aku tidak pernah merasa kelaparan aku hanya tinggal makan saja

"Lalu pemiliknya sekarang kemana?"

"Dia sudah meninggal, aku lanjutkan ya Alsa"

Aksal menoleh ke arah ku

"Hey, kenapa kamu menangis?"

Aku tersenyum ke arah Aksal

"Aku kagum kepadamu, lanjutkan Aksal"

Aksal mengangguk dan menyusut tetesan air mata di pipiku setelah selesai, dia kembali melanjutkannya

"Setelah 1 tahun tinggal disini, tepatnya aku sudah menginjak 9 tahun, ibu pemilik sekolah ini meninggal dunia dan sebelum kepergian nya aku di titipi pesan agar menjaga sekolah ini, lalu seiring berjalannya waktu teman temanku banyak yang mengadopsi, saat itu tinggal sisa aku dan satu orang anak kecil perempuan, bernama Sania yang bernasib sama sepertiku aku sudah menganggap nya seperti adikku sendiri, saat aku berusia 10 tahun dan Sania berusia 7 tahun kami di adopsi oleh keluarga yang kaya dan mereka tidak memiliki anak, dan itulah ibu angkat ku sekarang namanya Widya dia sangat baik sekali"

Aku tersenyum, aku sangat kagum dengan perjalanan hidup Aksal, aku terenyuh mendengarnya hingga air mataku jatuh

"Lalu kamu masih mengelola tempat ini Aksal?"

Alsa&AksalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang