Kamu, adalah gunung yang menjulang tinggi, aku sanggup mendaki namun rimbunnya pohon melarangku, untuk menggapai puncak nya, Katanya aku terlalu munafik untuk puncak yang suci, aku pun sadar diri.
****
Sejak hari itu, sudah ku putuskan untuk menghindari aksal. Setiap hari ia berkunjung ke rumah ku, walau ia tahu aku takkan pernah lagi, aku membukakan pintu.
Aku tidak berniat menjadi wanita pemberi harapan palsu, tapi aku hanya ingin menyelesaikan kisah yang belum selesai di masa lalu, yaitu Rafiz.
Sudah ku putuskan untuk kembali pada diriku sebelum bertemu aksal, sebelum semuanya menjadi sesulit ini.
Aku kembali menjadi wanita dengan segala harapan. Setiap hari yang ku lalui, selalu ku sisipkan "semoga" Dan di lanjutkan dengan doa untuk kembalinya dia.
"Kenapa? Kamu lagi marahan sama aksal?" Tanya ibuku, suatu hari
Sebuah pertanyaan sederhana namun sulit untukku jawab, aku tidak bertengkar dengan nya, aku hanya tak ingin melukai dirinya lebih dalam. Akhirnya aku hanya diam membuat ibu menjadi kebingungan.
Sungguh ini bukan keinginan ku, jika waktu bisa di ulang aku taakan pernah ingin untuk menjawab ucapanmu di loteng saat itu, aku tak pernah ingin datang di kehidupan aksal. Karena ternyata aku dan dia hanya terjebak di dalam rasa yang harus sama sama kita tahan.
Maaf, hanya maaf yang bisa aku katakan padamu saat terkahir kali aku membukakan pintu untukmu.
Hari ini, tekad ku sudah bulat untuk kembali pada masa lalu, menyelesaikan kisah yang belum sampai pada akhirnya, kuputuskan untuk kembali menyelami rasa sakit nya penantian.
Hari ini, aku sekolah seperti biasa, duduk di bangku yang aku tak suka. Ya, duduk dengan reza bukan pilihan ku.
"Lesu amat, kenapa si?"
"Bukan urusan kamu"
"Galak"Bukan percakapan sepeti itu yang aku inginkan. Reza bukan teman dekatku tetapi bukan juga musuhku, tapi pagi ini sepertinya mood ku sedang tidak baik.
****
Semua pelajaran telah selesai, saat nya untuk pulang, tapi aku tak langsung pulang karena hujan menahan ku untuk tetap berada di sekolah setelah ia reda
Setelah hujan sedikit reda aku berlari menuju halte untuk menaiki metro mini.
Ah metro mini, membuatku teringat pada Aksal
Ah Aksal,
****
"Alsaaaaa aku mumet di rumah terus jalan yuuuu"
Suara neisya di telfon sampai terdengar oleh ibu di sebelah ku, sebenarnya aku malas untuk pergi ke mana mana saat ini, tapi daripada diam di rumah dengan bayangan bayangan aksal.
"Iyaa ayo"
Aku segera bersiap siap, memilih baju yang pantas dan pamit pada ibu, lalu pergi ke tempat neisya dengan menaiki metro mini
****
"Lama banget"
"Maaf"
"Kenapa?"
"Apanya?"
"Ngga"
KAMU SEDANG MEMBACA
Alsa&Aksal
Teen Fiction"Alsa, Cinta itu bukan tentang memiliki, tapi tentang membahagiakan, dan dari awal niatku hanya ingin membahagiakanmu bukan memilikimu, oleh karena itu, aku rela jika bahagiamu bukan denganku, aku hanya ingin kamu bahagia, dan aku berjanji akan meng...