Ada satu kata yang sangat mendeskripsikan siapa Jeon Wonwoo menurut dirinya sendiri;
Pecundang.
Setelah membuat hancur hidup seseorang, pecundang sepertinya lepas begitu saja dari sesuatu yang dinamakan tanggung jawab. Dan kini, penyesalan itu terus mengendap didalam dirinya selama lebih dari empat tahun lamanya. Tepatnya, ketika perempuan bernama Han Jungyeon itu memutuskan untuk memulai hidup barunya bersama Kim Mingyu di Washington sana.
"Anakku sudah besar."
Laki-laki itu bergumam pada sebuah foto yang tertampil di layar ponsel. Bocah perempuan yang sedang tersenyum dibawah rindangnya pohon Maple itu adalah putrinya, anak kucingnya. Kalau tidak salah menghitung, umur bocah perempuan itu di bulan ini genap tiga tahun lebih empat bulan. Berlebihan memang, namun Wonwoo selalu ingat tanggal 16 di tiap bulan yang ia lewati selama beberapa tahun terakhir ini.
Laki-laki itu menyambungkan jaringan nirkabel ponselnya pada mesin printer yang terletak diseberang mejanya. Dalam hitungan detik saja, foto bocah kecil itu telah menjelma menjadi bentuk fisik diatas sebuah kertas. Senyumannya semakin melebar, ia membawa kertas berukuran A4 itu kemudian menempelkannya pada dinding yang terletak tepat dibelakangnya.
"Lihat, lihat, ruang kerjamu sudah seperti galeri pribadi sekarang." Suara perempuan berambut pirang itu menginterupsi dari ambang pintu. Kebiasaan, Park Chaewon tidak pernah bisa bertindak sopan setiap kali berkunjung ke ruang kerjanya.
"Untuk apa kau kemari? Aku sudah memberikanmu bahan cerita yang bagus untuk project novelmu itu kan?" Wonwoo kembali duduk di kursinya, berpura-pura fokus pada layar komputer didepannya yang hanya stuck di layar desktop.
"Bodoh, apa gunanya melihat layar desktop seperti itu hah?" Chaewon duduk diatas sofa yang terletak ditengah-tengah ruangan. Jabatan tinggi memang segalanya, ruangan berukuran super besar ini begitu mewah dan elegan dengan interior yang membuat mata terasa segar. "Kau belum memberitahu bagaimana kehidupan si JY di Seattle sana."
"Aku tidak tahu, selesaikan ceritamu sampai penderitaanku saja." Jeon Wonwoo bangkit dari duduknya, sempat menekan salah satu tombol pada telepon untuk meminta tim sekretarisnya mengantarkan minuman kedalam sini.
"Kau putus komunikasi dengan ibunya Jiwon?" Tanyanya, "Menyedihkan, tapi kau tidak pantas dikasihani. Balasan itu sudah setimpal untuk perbuatanmu. Ha, hahaha." Tawanya terdengar dipaksakan. Dan hal itu seribu kali lebih menyebalkan dibanding mendengar tawa lepas yang jelas-jelas memiliki maksud untuk mengejek.
"Hutangku lunas, loloskan tesis S2-ku."
Perempuan berdarah British itu adalah Park Chaewon, dosen S2 di Universitas Seoul. Sialnya, perempuan hitung-hitungan itu membuat hidup Wonwoo semakin rumit karena obsesinya terhadap dunia literasi yang selalu dia bumbui dengan romansa-romansa menggelikan. Perempuan yang terpaut usia dua tahun lebih tua darinya itu menjadikan cerita hidup Wonwoo sebagai jaminan atas lolos atau tidaknya tesis yang laki-laki itu ajukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
F R O S T [JWW]
Fanfiction[O N H O L D] [A Sequel of G R E Y] ✡️Cerita ini bisa dibaca dengan atau tanpa membaca cerita sebelumnya✡️ 'They are a frost under the grey sky' Start : 18 Nov, 2018.