"Ah, sial!"
Seo Hajin meringis ketika air panas yang ia tuangkan kedalam gelas meluap, mengenai tangannya yang saat itu memegang badan gelas. Ia mengibaskan tangannya, meniupinya beberapa kali untuk meredakan rasa panas dan perih yang sekarang tengah menyerang.
"Kau harus hati-hati, Terapis Seo." Seorang cleaning servis mengambil alih gelas yang dipegang Hajin. Perempuan setengah baya itu mengelap permukaan meja dispenser yang basah karena ulah Hajin yang teledor. Dengan sigap, perempuan beranak tiga itu memberikan gelas baru kepada Hajin, kali ini telah ia isi menggunakan air hangat untuk menghindari kecelakaan seperti tadi.
"Kau banyak melamun hari ini, tenangkan dirimu dulu, Terapis Seo. Aku permisi." Ia pamit sembari menyeret lap pel dan ember bekas perasan. Hajin mendengus, mengambil air hangatnya menuju meja kecil didalam dapur khusus pegawai ini dengan langkah gontai. Semenjak pertemuannya dengan Woozi dan juga Wonwoo kemarin siang, fokusnya buyar. Bahkan beberapa kali ia salah menuliskan prognosa pasien diatas kertas prognosisnya.
Berkat candaan yang kemarin dilontarkan oleh Jeon Wonwoo kepadanya, hari ini Lee Woozi berubah sikap. Laki-laki itu tidak banyak bicara, berpapasan saja ia tidak menyapa. Hajin tahu, seharusnya ia tidak memikirkan hal ini secara serius. Lee Woozi bukan lagi suaminya, dan hubungan yang terjalin diantara mereka tak lebih dari seorang dokter dengan terapis saja.
Jika mengingat kembali bagaimana Lee Woozi menghancurkan rumah tangganya setahun lalu, Hajin tidak semestinya merasa setidak enak ini kepada laki-laki itu. Mungkin harusnya Hajin bertepuk tangan, atau mengejek laki-laki bertubuh pendek itu sepuas yang ia mau. Tapi perempuan itu tidak mampu, bagaimanapun dulu dirinya pernah sangat mencintai Lee Woozi hingga diduakan saja ia mau. Tolong garis bawahi, dulu, jauh sebelum ia bisa berpikir dua kali.
Hajin menghentakkan gelasnya dengan kencang. Rasa tidak enaknya itu mendadak hilang saat bayangan mantan suaminya yang sedang bercumbu bersama wanita lain kembali terputar di kepalanya. Ia mengikat rambutnya dengan asal, kemudian mengecek ponselnya yang selalu sepi tanpa satu pemberitahuan pun dengan malas. Hajin merogoh sesuatu dalam saku baju yang dia pakai, sebuah kartu nama berdesain elegan yang ia dapatkan dari perawat di meja registrasi berhasil dipegangnya sekarang.
"Sialan kau, Jeon Wonwoo." Ia mengutuk nama yang tertulis diatas kertas berbentuk persegi panjang itu, "kau harus bertanggung jawab untuk kekacauan yang telah kau buat sekarang." Desisnya, kemudian jemari lentiknya mengetikkan sepuluh digit angka di layar ponsel. Perempuan itu memilih opsi pesan, menuliskan beberapa kata didalam sana untuk selanjutnya ia kirim kepada si pemilik nomor.
***
'Ini Seo Hajin. Aku mau mempertimbangkan tawaranmu untuk bekerja di WJ Grup, mari kita bertemu di suatu tempat sore nanti.'
Samar-samar Wonwoo tersenyum. Laki-laki yang sedang memasak dibalik pantry itu menyimpan ponselnya keatas laci setelah membalas pesan yang didapatnya dari perempuan bernama Seo Hajin itu. Ia menoleh kebelakang, memastikan kalau Kim Jiwon masih bermain didalam tenda kecil yang sengaja ia bangun di ruang tengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
F R O S T [JWW]
Fanfiction[O N H O L D] [A Sequel of G R E Y] ✡️Cerita ini bisa dibaca dengan atau tanpa membaca cerita sebelumnya✡️ 'They are a frost under the grey sky' Start : 18 Nov, 2018.