17. My Monster's

5.5K 667 199
                                    

"Kim Jiwon tidak apa-apa?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kim Jiwon tidak apa-apa?"

Pertanyaan itu Wonwoo dapatkan dari Seo Hajin yang sekarang sedang berdiri dalam jarak dua meter dihadapannya. Beberapa hari lalu Kim Jiwon menangis karena tersedak, bocah perempuan itu bahkan mengamuk karena Yoo Seonho mengerjainya hingga Jiwon melemparkan semua barang yang ada di dekatnya. Bertepatan dengan itu, Seo Hajin harus pulang karena katanya teman semasa SMA-nya di Daegu berkunjung ke rumahnya. Dan empat hari setelahnya, mereka tidak bertemu karena kesibukan Jeon Wonwoo yang sangat luar biasa itu.

"Dia hanya menangis, setelah itu dia tidur." Jawab Wonwoo. Laki-laki itu sudah rapi sekali di waktu sepagi ini. Dia memakai kemeja berwarna merah bata dengan celana katun panjang. Ini hari sabtu, dan sekarang Jeon Wonwoo berada di rumahnya untuk menjemput dirinya. Hajin hampir saja lupa, ini adalah hari pertama dirinya bekerja di Yayasan milik WJ Grup sebagai terapis bagi peserta penerima santunan di Yayasan Sosial itu.

"Waktu itu kau mengajakku ke rumahmu untuk apa? Kita tidak sempat berbicara karena Kim Jiwon dan aku yang harus segera pulang." Seo Hajin tersenyum saat Jeon Wonwoo membukakan pintu mobil untuknya. Lama tidak ada jawaban sampai laki-laki itu duduk dibelakang kemudi sambil menyalakan mesin mobilnya.

"Tadinya aku ingin menunjukkan surat nikah kita, tapi karena ada kejadian tidak terduga ... semuanya gagal," laki-laki itu menarik napasnya, "Gagal total, termasuk itu."

Hajin menahan senyumannya, ia mengerti dengan 'itu' yang Wonwoo maksud. Keduanya hampir saja berciuman untuk yang kedua kalinya—atau mungkin bisa lebih jika Kim Jiwon tidak merusak suasana. "Tidak apa-apa, anakmu bisa mati jika kita tidak segera keluar saat itu."

Wonwoo tertawa, entah kenapa ia masih tidak habis pikir dengan kelakuan Kim Jiwon yang tidak sesuai dengan dirinya itu. "Omong-omong, undangannya sudah aku sebar. Kau tahu kan kalau hari Jumat nanti kita akan mengadakan resepsi?"

Hajin terbatuk, "Jeon Wonwoo, kenapa tidak mendiskusikannya lagi denganku?"

"Kau tidak mau?"

"Bukan begitu! Aku bahkan belum mencairkan uang di Bank untuk biaya pernikahannya."

Wonwoo menoleh meskipun ia harus lebih ekstra lagi membagi perhatiannya pada jalanan didepannya. "Kau pikir aku mau menerimanya? Aku tidak semiskin itu. Kalau mau, aku bisa memboyong semua tamu undangan ke Hawaii."

Hajin berdecih, si sombong ini sedang beraksi rupanya. "Tetap saja aku tidak enak, pokoknya kita bagi dua." Tegasnya.

Wonwoo mendengus sebal, "Tidak, aku yang membayar semuanya. Kau hanya perlu mempersiapkan diri sampai hari itu tiba, oke?" Laki-laki itu menambah laju kendaraannya ketika lampu lalu lintas berada di warna kuning. Wonwoo tidak mau kebagian mengantri dibelakang lampu merah, dirinya sudah terlambat datang ke Yayasan karena ini.

"Tapi waktu itu kau bilang aku istrimu, bukankah aneh kalau kau menyebar undangannya sekarang?" Hajin baru ingat, di peresmian yayasan tempo hari Wonwoo menyebut Hajin istrinya.

F R O S T [JWW]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang