Seo Hajin masih tidak mengerti dengan arah pikiran Jeon Wonwoo. Mungkin seharusnya, Seo Hajin tidak terperdaya dengan lamaran laki-laki itu yang bilang akan menikahi dirinya. Saat bersama dengan Ibunya Jiwon dulu saja, Wonwoo melakukan hal serupa. Apalagi dengannya yang bisa dibilang baru saling mengenal tanpa sedikitpun rasa yang lebih dari sekedar suka.
Sudah lima hari, dan Jeon Wonwoo tidak kunjung menunjukkan batang hidungnya dihadapan Hajin. Jangankan mendatangi perempuan itu, menghubunginya lewat telepon atau pesan singkat saja tidak. Semua laki-laki tidak ada bedanya, entah kenapa rasa trauma yang kemarin sudah terkikis sedikit demi sedikit itu kini menghantui pikiran Hajin lagi.
Pasiennya tidak terlalu banyak hari ini. Setiap hari jum'at, Hajin hanya menangani enam pasien saja. Berbanding terbalik dengan hari-hari biasa, perempuan itu dapat menangani delapan sampai sepuluh pasien sekaligus. Kalau tidak ada pasien baru yang mendaftar, setelah ini mungkin Hajin bisa saja pulang cepat-cepat.
"Otot-otot Michaela sudah cukup kuat. Tetap latih dia dirumah supaya perkembangannya semakin cepat lagi. Tapi ada satu hal yang membuat saya khawatir." Ibu tunggal didepan Hajin berubah cemas, seperti belum siap dengan penjelasan yang akan Hajin sebutkan soal anaknya. "Kakinya agak bengkok, kalau dibiarkan kaki Michaela akan membentuk huruf X sampai besar nanti. Saya akan memberikan rujukan ke Ahli Ortopedi untuk mendapat terapi lanjutan."
Perempuan berwajah blaster itu mengusap dadanya pelan, kemudian ia mencium bocah lima tahun yang tubuhnya masih sebesar bayi satu tahun itu dengan penuh kasih sayang. Michaela Lim mengalami gangguan perkembangan, sehingga pertumbuhannya lebih lambat lima kali lipat dibanding anak-anak seusianya.
"Terimakasih, Terapis Seo." Katanya seraya membungkuk pada Hajin. Dengan segera perempuan itu membalas bungkukan Ibu tunggal yang membesarkan anak tanpa adanya seorang suami. Kalau Hajin boleh berpendapat, ia yakin jika Michaela pernah digugurkan namun gagal sehingga berdampak pada kondisi tubuhnya sekarang.
Hajin melambai, tepatnya ketika bocah lima tahun itu menggerakkan tangan kearahnya. Perlahan senyumannya memudar saat sosok bocah itu menghilang sepenuhnya dari ruang terapi. Ia menghela napas, kemudian bersiap-siap untuk segera pulang dengan cara mengemas semua barang-barang miliknya.
Perempuan itu masih resah. Ia mengakui kalau egonya lebih tinggi dan tidak bisa dikalahkan. Memang apa sulitnya mengirim pesan lebih dulu jika dia ingin berkabar? Sayangnya, Hajin bukan tipe perempuan yang akan mencari kekasihnya. Ia tidak mau dicap sebagai perempuan posesif padahal berhubungan saja mereka baru beberapa hari.
Hajin menggeleng, menyadarkan dirinya sendiri supaya tidak memikirkan Jeon Wonwoo secara berkelanjutan. Tanpa dia sadari, dengan memikirkannya Jeon Wonwoo, Seo Hajin telah berhasil menghapus nama Woozi sepenuhnya dari dalam kepalanya.
***
"Dokter Lee sedang memiliki pasien."
Wonwoo memalingkan wajahnya, nampaknya Lee Woozi sangat bersikeras untuk menghindari dirinya. Laki-laki itu bersidekap didepan meja perawat, menatap perempuan yang sedang duduk di belakang layar monitor itu lurus-lurus. "Bilang padanya, aku Jeon Wonwoo." Katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
F R O S T [JWW]
Fanfiction[O N H O L D] [A Sequel of G R E Y] ✡️Cerita ini bisa dibaca dengan atau tanpa membaca cerita sebelumnya✡️ 'They are a frost under the grey sky' Start : 18 Nov, 2018.